Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Bell's Palsy general_alomedika 2022-04-28T14:06:53+07:00 2022-04-28T14:06:53+07:00
Bell's Palsy
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Penatalaksanaan Bell's Palsy

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Penatalaksanaan Bell’s palsy yang penting diketahui oleh dokter umum adalah mengidentifikasi dan merujuk ke dokter spesialis saraf. Dengan kata lain, dokter umum harus mampu menyingkirkan diagnosis lain yang mungkin sebelum menegakkan diagnosis Bell’s palsy. Yang pertama kali harus dilakukan setelah penegakan diagnosis adalah segera memulai farmakoterapi dan melindungi mata.

Medikamentosa

Karena paralisis otot wajah akan berdampak terhadap penampilan, kualitas hidup, dan psikologis, maka seringkali farmakoterapi diberikan untuk menurunkan resiko terjadinya pemulihan yang tidak sempurna. Farmakoterapi diberikan sesuai dengan penyebabnya.

Kortikosteroid

Karena umumnya gejala dipicu oleh edema dan pembengkakan nervus fasialis, maka bisa diberikan antinflamasi kortikosteroid, kecuali bila ada kontraindikasi. Baugh, et al. merekomendasikan bahwa pemberian kortikosteroid sebaiknya diberikan dalam 72 jam setelah onset. Terapi bisa dimulai dengan 60 mg prednisone selama 6 hari kemudian ditappering off 10 mg per hari pada 5 hari berikutnya. Kedua metode ini dilaporkan mempunyai efektivitas yang sama.[2,6,8]

Pemberian kortikosteroid harus dilakukan dengan hati-hati pada pasien dengan tuberkulosis, kondisi immunocompromise, kehamilan, infeksi aktif, sarkoidosis, sepsis, tukak lambung, diabetes mellitus, disfungsi renal atau hepar, dan hipertensi.

Antiviral

Bila terdapat kecurigaan penyebab viral, maka antivirus bisa dipertimbangkan. Namun sebaiknya antiviral tidak digunakan sebagai modalitas tunggal tapi dikombinasikan dengan kortikosteroid.[2,6] Antivirus yang bisa diberikan adalah acyclovir 400 mg lima kali sehari selama tujuh hari dan valacyclovir 1 gram tiga kali sehari selama tujuh hari[3]. Kombinasi kortikosteroid dan antiviral direkomendasikan pada dengan yang mengalami gejala berat sampai paralisis sempurna.[1]

Terapi Suportif

Jika pada pemeriksaan ditemukan adanya gangguan dalam penutupan kelopak mata (muskulus orbicularis oculi), maka perlu diberikan intervensi untuk menjaga kelembaban kornea. Intervensi yang diberikan berupa pemberian air mata buatan pada siang hari dan salep lubrikan pada malam hari untuk mencegah iritasi pada mata.

Hal ini karena air mata yang disekresikan oleh kelenjar lakrimal diratakan ke seluruh mata gerakan menutup kelopak mata. Akibatnya pada Bell’s palsy terjadi epiphora karena air mata yang disekresikan tidak bisa diratakan ke seluruh mata. Bila mata dibiarkan kering terlalu lama, maka iritasi yang terjadi akan bisa memicu timbulnya keratitis dan ulserasi. Jika terdapat tanda-tanda adanya keratitis atau ulserasi, pasien perlu dirujuk ke spesialis mata.[2,6]

Pertimbangkan juga untuk melakukan oklusi mata menggunakan plester atau eye patch selama 1-2 hari jika terdapat erosi pada kornea untuk membantu penyembuhannya. Pastikan kelopak mata tertutup sempurna.

Gangguan pada muskulus orbicularis oris juga bisa menimbulkan abrasi sampai ulserasi mukosa akibat proses mastikasi makanan. Jika kelemahan pada muskulus orbicularis oculi signifikan, maka disarankan untuk diet cair atau lunak. Bisa juga diberikan dental spacer untuk mencegah mukosa buccal tergigit ketika mengunyah makanan.[6]

Nonfarmakoterapi

Terapi operatif dengan tujuan untuk dekompresi bisa dilakukan pada kasus dengan pemulihan tidak sempurna, namun tidak direkomendasikan sebagai terapi lini pertama [2]. Terapi nonfarmakologis lain yang bisa diberikan termasuk heat therapy, electrostimulation, denervasi, pijat, mime therapy, dan biofeedback.[6]

Manajemen Sekuele

Manajemen untuk penanganan sekuele Bell’s palsy telah berkembang dari tehnik untuk suspensi sudut bibir dan penutupan kelopak mata menjadi pendekatan multimodal yang mencakup fisioterapi, chemodenervation, dan prosedur bedah selektif untuk mengoptimalkan fungsi dan kosmetik.[6]

Sinkinesis bisa ditangani dengan fisioterapi, dengan focus pada latihan-latihan biofeedback untuk melatih kembali simetri fasial dan denervasi selektif dengan injeksi toksin botulinum. Pendekatan lainnya adalah dengan metode operatif untuk mengangkat otot (myomektomi) atau inervasi (neurektomi).[6]

Referensi

1. de Almeida JR, Guyatt GH, Sud S, Dorion J, Hill MD, Kolber MR, et al. Management of Bell palsy: clinical practice guideline. CMAJ Can Med Assoc J. 2014; 186(12): 917–22. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4150706/)
2. Baugh RF, Basura GJ, Ishii LE, Schwartz SR, Drumheller CM, Burkholder R, et al. Clinical Practice Guideline: Bell’s Palsy. Otolaryngol-Head Neck Surg. 2013; 149 (3_suppl): S1–27. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24189771)
3. Greco A, Gallo A, Fusconi M, Marinelli C, Macri GF, de Vincentiis M. Bell’s palsy and autoimmunity. Autoimmun Rev. 2012; 12(2): 323–8. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22684016)
6. Eviston TJ, Croxson GR, Kennedy PGE, Hadlock T, Krishnan AV. Bell’s palsy: aetiology, clinical features and multidisciplinary care. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2015; 86(12):1356–61. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25857657)
8. Madhok VB, Gagyor I, Daly F, Somasundara D, Sullivan M, Gammie F, et al. Corticosteroids for Bell’s palsy (idiopathic facial paralysis). Cochrane Database Syst Rev. 2016; (https://www.readcube.com/articles/10.1002/14651858.CD001942.pub5)

Diagnosis Bell's Palsy
Prognosis Bell's Palsy

Artikel Terkait

  • Membedakan Paralisis Nervus Fasialis Sentral dan Perifer
    Membedakan Paralisis Nervus Fasialis Sentral dan Perifer
  • Pendekatan Diagnosis Kelainan Saraf Fasialis Unilateral
    Pendekatan Diagnosis Kelainan Saraf Fasialis Unilateral
  • Efikasi Antivirus dan Kortikosteroid pada Bell’s Palsy
    Efikasi Antivirus dan Kortikosteroid pada Bell’s Palsy
Diskusi Terkait
dr.Amalia Rosdiani
14 Mei 2022
Pasien dengan Bell's Palsy apakah boleh dosis prednison diberikan dg dosis terbagi 5 x perhari
Oleh: dr.Amalia Rosdiani
1 Balasan
Selamat sore dr. Immaculata , Sp. SSaya izin bertanya untuk penatalaksanaan Bell's Palsy, apakah boleh dosis prednison diberikan dg dosis terbagi 5 x...
dr. Ridwan Juansyah
18 November 2021
Terapi kortikosteroid pada bells palsy - Saraf Ask The Expert
Oleh: dr. Ridwan Juansyah
2 Balasan
Alo.dr. Immaculata. Sp. NIjin bertanya dok untuk pasien bell palsy yg mendapat terapi kortikosteroid untuk pemberianya brp lama dan berapa dosis awal yg...
dr. Ajeng Paramita
22 Oktober 2021
Bels Palsy Karena AC - Kesehatan Kerja Ask The Expert
Oleh: dr. Ajeng Paramita
1 Balasan
Alo dr. Fani Syafani, MKK, ijin bertanya. Saya pernah menemui pasien perempuan usia 25 tahun dengan gejala bells palsy. Dari beberapa pertanyaan yang saya...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.