Patofisiologi Dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ)
Patofisiologi dislokasi temporomandibular joint (TMJ) atau dislokasi mandibula berkaitan dengan koordinasi dari pergerakan mandibula yang kompleks. Berbagai komponen myofasial berkontribusi saat melakukan gerakan membuka dan menutup rahang. Berdasarkan fungsinya, muskulus yang berperan dapat dikelompokan menjadi muskulus elevators (masseter, temporalis, medial pterygoid), retruders (temporalis, digastrik), protruders (lateral pterygoid), dan depressors (digastrik, mylohyoid, geniohyoid). Secara umum, awalnya dislokasi TMJ disebabkan karena kurangnya koordinasi berbagai muskulus tersebut saat proses penutupan mulut, sehingga menyebabkan kepala kondilus mandibula tidak berada pada posisi normalnya, yaitu pada fossa glenoid.[1-3]
Hilangnya Koordinasi Komponen Myofasial
Hilangnya koordinasi dari komponen myofasial ini dapat disebabkan karena myospasm, trauma, atau penyimpangan dari berbagai gerakan rahang. Kurangnya relaksasi dari muskulus protruders bersamaan dengan muskulus elevators dapat menyebabkan myospasme. Myospasme ini menyebabkan mekanisme umpan balik yang menyebabkan kontraksi spastik, sehingga mencegah kembalinya temporomandibular joint (TMJ) ke posisi normal (self-reduction) saat kepala kondilus terjebak pada jaringan lunak fossa infratemporal.
Berdasarkan kemampuan untuk kembali secara spontan, dislokasi TMJ dibagi menjadi dislokasi dengan reduksi (reducible) jika kondilus dapat secara spontan kembali pada fossa glenoid (atau disebut juga subluksasi) dan dislokasi tanpa reduksi (irreducible) ketika satu atau kedua kondilus tetap dalam keadaan dislokasi (atau disebut juga luksasi). Pada dislokasi tanpa reduksi, mulut akan menjadi tetap terbuka dan gigi-geligi depan tidak dapat beroklusi.[1,3]
Faktor Lain yang Menyebabkan Dislokasi TMJ
Walaupun secara umum penyebab dislokasi awal adalah hilang atau berkurangnya koordinasi muskular pada rahang, patogenesis dari dislokasi TMJ merupakan kondisi multifaktorial. Terdapat berbagai jaringan lain yang penting untuk menjaga stabilisasi sendi, seperti kapsul sendi yang didukung oleh berbagai ligament. Oleh karena itu, dislokasi TMJ juga dapat berkaitan dengan capsular weakness dan kelemahan ligament.
Perpidahan kondilus mandibula keluar dari fossa glenoid juga dapat dipengaruhi oleh perubahan morfologi dari kondilus, fossa glenoid, eminensia artikularis, arcus zygomatic, dan fissura squamotympanic, yang menyebabkan kondilus terhalang untuk kembali pada posisi normal.[3,5]
Dislokasi kondilus mandibula dapat terjadi pada arah anterior, posterior, superior, medial, maupun lateral dari eminensia artikularis. Dislokasi anterior adalah yang paling banyak terjadi di mana kondilus mandibula berada di depan atau di atas dari eminensia artikularis. Dislokasi ini terjadi karena elevasi dari mandibula oleh muskulus temporalis dan masseter terjadi sebelum relaksasi dari muskulus lateral pterygoid, biasanya disebabkan karena pembukaan mulut yang terlalu lebar. Dislokasi TMJ ke arah posterior biasanya disebabkan karena tekanan atau pukulan pada rahang yang menyebabkan kondilus mandibula terdorong ke arah posterior. Dislokasi lateral biasanya terjadi karena terdapat fraktur pada mandibula, kondilus dapat berada di sebelah lateral dari fossa glenoid, atau di lateral-superior pada fossa temporalis melebihi arcus zygomaticus. Dislokasi superior dapat terjadi karena pukulan saat mulut terbuka sebagian, yang menyebabkan perpindahan kondilus ke arah atas.[1-3,6]