Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Bayi general_alomedika 2021-11-02T08:26:37+07:00 2021-11-02T08:26:37+07:00
Gastroesophageal Reflux Bayi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Bayi

Oleh :
dr. Utari Nur Alifah
Share To Social Media:

Penatalaksanaan gastroesophageal reflux bayi yang utama adalah meyakinkan orang tua bahwa gejala pasien akan membaik seiring berjalannya waktu. Apabila pasien tidak mengalami gastroesophageal reflux disease (GERD) ataupun komplikasinya, farmakoterapi dan intervensi medis umumnya tidak diperlukan.  Pada kebanyakan bayi dengan gastroesophageal reflux, tata laksana konservatif dapat memperbaiki gejala dan gejala akan hilang saat bayi menginjak usia 1 tahun.[3]

Terapi Nonfarmakologi

Terapi nonfarmakologi saja umumnya cukup untuk bayi dengan gastroesophageal reflux tanpa komplikasi. Uncomplicated gastroesophageal reflux dapat didiagnosis pada bayi yang tidak memiliki tanda bahaya, memiliki kenaikan berat badan adekuat, dapat makan dengan baik, tidak mengalami iritabilitas, dan menunjukkan hasil pemeriksaan fisik yang normal.

Kebanyakan pasien yang mengalami refluks adalah pasien dengan uncomplicated gastroesophageal reflux. Meski demikian, selain menjalani terapi nonfarmakologi, bayi perlu menjalani pemantauan adanya tanda bahaya, awitan gejala baru, ataupun perburukan gejala secara rutin. Pada kebanyakan kasus, regurgitasi akan hilang saat bayi berusia 1 tahun. Jika gejala tidak membaik saat bayi berusia 18-24 bulan, evaluasi ulang diperlukan dan penyebab selain GERD harus dipertimbangkan.

Jika gejala regurgitasi mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya, atau jika regurgitasi menyebabkan kongesti nasal ataupun gangguan tidur, maka terapi seperti penggunaan pengental makanan, 2 minggu percobaan diet hipoalergenik, dan pemosisian tegak setelah makan dapat dicoba untuk meringankan gejala. Selain itu, sampaikan pada orang tua bahwa pasien tetap harus tidur dalam posisi supinasi untuk mencegah sudden infant death syndrome (SIDS). Tata laksana nonfarmakologi lain mencakup menghindari paparan asap rokok dan mencegah overfeeding.[2,8,12-14]

Menghindari Paparan Asap Rokok

Asap rokok dilaporkan dapat menurunkan tekanan sfingter esofagus inferior. Selain itu, terdapat studi yang menunjukkan bahwa asap rokok menyebabkan peningkatan frekuensi refluks. Sampaikan pada pengasuh pasien bahwa menghindari paparan asap rokok juga membawa banyak manfaat kesehatan lain bagi pasien.[2,8,12-14]

Menghindari Overfeeding

Distensi gaster dapat menyebabkan gastroesophageal reflux, sehingga pemberian makan dalam porsi lebih kecil dapat membantu mengurangi frekuensi dan volume regurgitasi. Pada bayi yang mendapat ASI, menyusui harus diteruskan karena ASI telah dilaporkan memiliki efek proteksi terhadap gastroesophageal reflux. Pada bayi yang mendapat susu formula, sarankan pemberian makan dalam porsi kecil dengan frekuensi yang lebih sering.[2,8,12-14]

Terapi Postural

Terapi postural dapat dilakukan dengan memposisikan bayi dalam posisi tegak selama 20-30 menit setelah makan. Tindakan ini bertujuan untuk membantu mengurangi episode regurgitasi.[2,8,12-14]

Diet Hipoalergenik

Diet hipoalergenik dilakukan selama 2 minggu dengan menyingkirkan susu sapi dan kedelai dari diet pasien (atau ibu pasien pada bayi ASI). Percobaan diet hipoalergenik ini dapat dilakukan pada pasien gastroesophageal reflux yang mengalami kenaikan berat badan tidak adekuat, iritabilitas, atau penolakan makan (feeding refusal).

Pada bayi ASI, efek dari diet hipoalergenik pada ibu bisa menunjukkan hasil yang memakan waktu lebih lama. Hal ini karena eliminasi protein alergenik dari ASI memakan waktu (tidak serta merta terjadi).[2,8,12-14]

Pengental Makanan

Penggunaan pengental makanan dapat memberi manfaat derajat sedang pada bayi dengan gastroesophageal reflux, kecuali pada bayi prematur atau kelebihan berat badan. Pada ibu yang menyusui, penggunaan pengental makanan bisa menyulitkan karena ibu perlu untuk memerah ASI. Oleh karenanya, perlu diingat bahwa pemberian pengental makanan tidak boleh sampai mengganggu atau menghentikan pemberian ASI.[2,8,12-14]

Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi untuk menangani gastroesophageal reflux bayi hanya diberikan pada bayi dengan esofagitis yang telah terkonfirmasi dari endoskopi. Penggunaan farmakoterapi secara rutin pada gastroesophageal reflux dan GERD dianggap kurang rasional karena kondisi ini dapat mengalami resolusi secara spontan seiring pertambahan usia. Terapi farmakologi juga tidak bermanfaat pada pasien uncomplicated gastroesophageal reflux berusia kurang dari 1 tahun.

Pilihan terapi farmakologi yang dapat diberikan adalah obat golongan antagonis reseptor H2 dan penghambat pompa proton. Pilihan obat lain seperti antasida, agen prokinetik, dan agen pelindung permukaan lambung dapat dipertimbangkan sesuai indikasi.[2,8,12-14]

Antagonis Reseptor H2

Antagonis reseptor H2 dapat mengurangi sekresi asam lambung dengan penghambatan interaksi antara histamin dan reseptor H2 pada sel parietal lambung secara kompetitif, juga mengurangi keluaran pepsin dan volume asam lambung. Antagonis reseptor H2 tidak mengurangi frekuensi refluks gastroesofagus sehingga kurang efektif dibanding penghambat pompa proton (PPI) namun lebih efektif dibandingkan placebo. Penggunaan dalam jangka panjang tidak direkomendasikan karena dapat timbul toleransi. Contoh obat golongan antagonis reseptor H2 adalah ranitidin.[8]

Penghambat Pompa Proton (Proton Pump Inhibitor/PPI

Penghambat pompa proton (PPI) dapat secara efektif menghambat sekresi asam dengan menghalangi pompa hidrogen-kalium-adenosin trifosfatase yang berada pada membran sel parietal lambung. Obat golongan PPI disarankan untuk dikonsumsi 30 menit sebelum pemberian makan pertama setiap harinya. PPI juga tidak menimbulkan toleransi pada penggunaan jangka panjang. Contoh obat golongan ini adalah omeprazole dan lansoprazole.[8]

Pilihan Obat Lain

Antasida tidak bermanfaat dalam pengobatan gastroesophageal reflux bayi. Antasida dapat dipertimbangkan untuk penggunaan jangka pendek pada anak yang lebih besar untuk meredakan nyeri ulu hati.

Secara teoritis, agen prokinetik dapat meningkatkan pengosongan lambung dan meningkatkan tekanan sfingter esofagus, namun efikasinya dalam pengobatan gastroesophageal reflux belum didukung basis bukti adekuat. Beberapa agen prokinetik juga dikaitkan dengan efek samping berbahaya, seperti efek sistem saraf pusat akibat metoklopramid dan aritmia akibat cisapride.[8]

Tindakan Bedah

Tindakan bedah hanya diindikasikan jika terdapat kondisi yang mengancam jiwa seperti kegagalan kardiopulmoner, apnea, dan ancaman sudden infant death syndrome (SIDS)yang diakibatkan oleh GERD bayi. Tindakan bedah juga dapat dipertimbangkan pada bayi dengan gagal tumbuh, esofagitis, striktur esofagus, emesis yang sulit diatasi, atau kondisi kronis yang berkaitan dengan GERD bayi yang tidak respon terhadap terapi farmakologis.

Tindakan bedah yang dapat dipertimbangkan untuk mengatasi bayi adalah fundoplikasi. Tindakan ini memiliki tingkat keberhasilan 60-90%. Risiko dari tindakan ini adalah infeksi di lokasi bedah, perdarahan, perforasi usus, pneumothorax, hernia hiatus, striktur esofagus, kelainan refleks muntah, hingga obstruksi usus.[8,12,13]

Referensi

2. Schwarz SM. Pediatric Gastroesophageal Reflux. Medscape. 2019. Available at: https://emedicine.medscape.com/article/930029-overview
3. Baird DC, Harker DJ, Karmes AS. Diagnosis and Treatment of Gastroesophageal Reflux in Infants and Children. Am Fam Physician. 2015 Oct 15;92(8):705-14. PMID: 26554410.
8. Leung AK, Hon KL. Gastroesophageal reflux in children: an updated review. Drugs Context. 2019;8:212591. Published 2019 Jun 17. doi:10.7573/dic.212591
12. Ciciora SL, Woodley FW. Optimizing the use of medications and other therapies in infant gastroesophageal reflux. Pediatric Drugs. 2018; 20(6), 523-537.
13. Poddar U. Gastroesophageal reflux disease (GERD) in children. Paediatrics and international child health. 2019; 39(1), 7-12.
14. Bingham SM, Muniyappa P. Pediatric gastroesophageal reflux disease in primary care: Evaluation and care update. Current Problems in Pediatric and Adolescent Health Care. 2020; 50(5), 100784.

Diagnosis Gastroesophageal Reflu...
Prognosis Gastroesophageal Reflu...

Artikel Terkait

  • Latihan Pernapasan Diafragma untuk Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease
    Latihan Pernapasan Diafragma untuk Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease
  • Komplikasi Pulmonal pada GERD
    Komplikasi Pulmonal pada GERD
  • Peran Obat Sitoprotektor pada GERD dan Gastritis
    Peran Obat Sitoprotektor pada GERD dan Gastritis
  • Dispepsia – Panduan E-Prescription Alomedika
    Dispepsia – Panduan E-Prescription Alomedika
  • Perbandingan Vonoprazan dengan PPI Untuk GERD
    Perbandingan Vonoprazan dengan PPI Untuk GERD

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
21 Desember 2022
Apakah GERD dapat menyebabkan batuk?
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter, apakah GERD dapat menyebabkan batuk - batuk?
Anonymous
27 September 2022
Vonoprazan apakah lebih efektif daripada PPI untuk terapi GERD - Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO Dokter,Apakah vonoprazan terbukti lebih efektif dibandingkan obat-obat golongan PPI untuk terapi GERD? Terima kasih dok.
dr. Gabriela Widjaja
14 September 2022
Vonoprazan: Harapan Baru dalam Terapi GERD - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela Widjaja
1 Balasan
ALO Dokter!Sebanyak 16% pasien GERD yang telah diberikan terapi PPI ditemukan tetap mengalami keluhan yang persisten. Penyakit GERD sendiri merupakan kondisi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.