Diagnosis Ventricular Extrasystole
Diagnosis ventricular extrasystole meliputi anamnesis mengenai riwayat penyakit dan obat obatan serta gejala yang timbul, pemeriksaan fisik dengan auskultasi, dan penunjang awal dengan menggunakan elektrokardiografi.
Anamnesis
Pasien dengan ventricular extrasystole sering kali tidak mengalami gejala. Namun, beberapa pasien dapat mengalami palpitasi, kelelahan, dan pusing. Pasien dapat merasakan sensasi jantung berhenti sejenak yang kemudian berdebar. Sensasi ini dapat timbul akibat pause yang diikuti dengan hiperkontraktilitas yang terjadi setelah denyut ventricular extrasystole.
Pasien dengan penyakit jantung penyerta dapat mengalami dispnea dan angina. Pasien juga dapat mengalami episode sinkop atau presinkop jika terjadi ventricular extrasystole yang banyak dan berkepanjangan. Hal ini disebabkan oleh penurunan stroke volume dan curah jantung akibat denyut yang tidak efektif.[2,7]
Pada anamnesis, dokter perlu mengetahui riwayat penyakit jantung sebelumnya, obat-obat yang sedang dikonsumsi, serta ada tidaknya konsumsi obat yang memiliki risiko proaritmia atau obat yang dapat menurunkan kadar kalium dan magnesium dalam darah. Riwayat penggunaan obat simpatomimetik, seperti efedrin, dan penggunaan stimulan, seperti cocaine, juga perlu digali
Penggalian riwayat penting untuk mencari penyebab yang mendasari ventricular extrasystole.[2,3]
Selain itu, riwayat keluarga inti yang mengalami kematian mendadak atau meninggal pada usia muda penting diketahui untuk mencari gangguan yang diturunkan sebagai faktor risiko ventricular extrasystole dan kematian jantung mendadak. Jika didapatkan riwayat keluarga yang mengalami hal tersebut, maka pasien dengan ventricular extrasystole perlu dicurigai memiliki displasia ventrikel kanan atau kardiomiopati yang diturunkan.[2,4]
Pemeriksaan Fisik
Ventricular extrasystole dapat ditemukan secara insidental dari hasil pemeriksaan fisik pada pasien yang tidak bergejala. Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan adalah ritme jantung ireguler yang terdiri dari denyut premature, lalu diikuti dengan pause, kemudian kembali lagi ke ritme reguler.
Pada auskultasi, juga bisa didapatkan suara S1 yang tajam atau split S2. Pada pemeriksaan palpasi nadi, didapatkan bahwa nadi dari denyut ektopik dapat melemah atau tidak teraba.[1,7]
Pemeriksaan lainnya yang penting untuk dilakukan adalah:
Pemeriksaan tekanan darah
Efek dari ventricular extrasystole dapat berujung pada ketidakstabilan hemodinamik. Pasien dapat mengalami hipotensi, terutama pada pasien dengan penyakit jantung yang mendasari
- Pemeriksaan pulse oximetry dapat mendeteksi hipoksia yang dapat memperberat ventricular extrasystole
- Pemeriksaan fisik juga dapat menunjukkan temuan klinis gagal jantung dan peningkatan tekanan vena jugularis[2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding ventricular extrasystole adalah sebagai berikut:
Premature Atrial Contraction (PAC)
Pada umumnya, gejala yang dirasakan mirip dengan ventricular extrasystole, tetapi PAC lebih ringan daripada VES. Pada PAC, didapatkan juga jeda kompensasi yang lebih pendek daripada VES. Berbeda dengan VES, konduksi pada PAC didapatkan dari impuls atrium sehingga ditandai dengan morfologi gelombang P yang berbeda dari denyut sinus lainnya, sedangkan morfologi kompleks QRS sempit
Non-Sustained Ventricular Tachycardia
VES yang terjadi tiga kali atau lebih secara berurutan dapat dikategorikan sebagai ventricular tachycardia. Jika kondisi ini berlangsung <30 detik, maka dapat disebut juga sebagai non-sustained tachycardia.
Idioventricular Escape Rhythm
Idioventricular escape rhythm merupakan ritme yang dihasilkan oleh ventrikel saat konduksi dari nodus sinoatrial (SA) dan atrioventrikular (AV) tidak dapat dihantarkan dengan baik atau gagal berfungsi. Kondisi ini ditandai dengan kompleks QRS yang lebar dengan frekuensi 20–40 kali per menit.[2,7]
Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiografi merupakan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis awal ventricular extrasystole. EKG 12 lead dapat menyediakan informasi mengenai frekuensi dan lokasi terjadinya VES
Elektrokardiografi
Jika pasien datang dengan gejala dan tanda serta tuman klinis yang mengarah ke VES, maka pemeriksaan EKG perlu dilakukan selama 30–50 detik agar frekuensi VES dapat lebih terlihat. EKG dapat juga berfungsi untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab yang mendasari, seperti:
- Iskemia jantung yang sedang berlangsung (elevasi atau depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T)
- Pasien dengan riwayat infark miokard sebelumnya (gelombang Q patologis, bundle branch block)
- Kelainan elektrolit (gelombang T hiperakut, perpanjangan QT)
- Efek obat (pelebaran kompleks QRS, perpanjangan interval QT)[1-3]
Morfologi VES yang dapat ditemukan pada EKG adalah:
- Durasi kompleks QRS >120 msec
- Morfologi bizzare yang tidak menyerupai aberasi biasa (right or left bundle branch block)
- Gelombang T yang berlawanan arah dari vektor QRS utama
- Terdapat jeda kompensasi penuh (interval PP di sekitar VES adalah dua kali interval PP sinus)
- VES dapat muncul dalam pola bigemini (setiap denyut kedua), trigemini (setiap denyut ketiga), atau quadrigemini (setiap denyut keempat). VES dengan morfologi yang identik pada sebuah investigasi disebut juga dengan monomorfik atau unifokal. VES yang menunjukkan dua atau lebih morfologi berbeda disebut polimorfik.[7,13]
Echocardiography
Echocardiography dilakukan untuk menilai struktur dan fungsi jantung. Echocardiography dapat memberikan info apakah terdapat kelainan struktur jantung yang meningkatkan risiko terjadinya VES, seperti kardiomiopati, penyakit jantung iskemik, dan displasia ventrikel kanan aritmogenik.
Tes Stres Elektrokardiografi
Tes stres EKG dapat mengevaluasi respons VES terhadap kegiatan olahraga, melihat morfologi VES, serta menentukan apakah dengan kegiatan VES berpotensi berkembang menjadi VT. Tes stres EKG juga dilakukan untuk mengevaluasi jika terdapat tanda-tanda iskemia.
Holter Monitoring
Monitor ambulatori 24 jam dengan menggunakan Holter merupakan gold standard untuk mengevaluasi VES. Tujuan pemasangan Holter adalah untuk menghitung frekuensi VES, mengetahui morfologi VES, dan mengevaluasi apakah VES tersebut maligna atau benigna.
Pemeriksaan Laboratorium
Pengujian laboratorium penting dilakukan terutama dalam mengidentifikasi etiologi potensial dari VES. Hitung darah lengkap, kadar kalium, kalsium, magnesium, dan hormon tiroid dapat diperiksa untuk mengidentifikasi penyebab VES.[1,2,7]