Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Gagal Jantung Akut general_alomedika 2025-01-13T13:48:33+07:00 2025-01-13T13:48:33+07:00
Gagal Jantung Akut
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Gagal Jantung Akut

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan
Share To Social Media:

Penatalaksanaan gagal jantung akut dilakukan dalam tiga fase, yaitu fase pre-hospital, in-hospital, dan pre-discharge. Penatalaksanaan gagal jantung akut bergantung pada gambaran klinisnya.

Pre-Hospital

Fase pre-hospital adalah fase di mana pasien mendapatkan pertolongan pertama kali hingga dibawa ke rumah sakit. Pada fase ini, pasien gagal jantung akut perlu mendapatkan pemantauan non-invasif, seperti pemantauan oksimetri, tekanan darah, denyut jantung melalui monitoring irama elektrokardiografi (EKG), dan laju napas.

Pemberian oksigenasi perlu dipertimbangkan berdasarkan penilaian klinis, kecuali pada pasien dengan saturasi oksigen kurang dari 90%, di mana oksigenasi wajib dilakukan. Pada pasien dengan distress pernapasan, di mana laju napas lebih dari 25 kali per menit dan saturasi oksigen kurang dari 90%, maka ventilasi non-invasif wajib dilakukan pada pasien. Tidak kalah penting, setiap persiapan pre-hospital tidak sampai menunda keberangkatan pasien ke rumah sakit.[1,3,7,10-12]

Intra-Hospital

Penatalaksanaan gagal jantung akut pada fase intra-hospital, mulai dari pasien diterima di rumah sakit hingga pasien menerima perawatan, dilakukan berdasarkan gambaran klinisnya, yaitu gagal jantung akut dekompensata, edema paru akut, isolated right ventricular ventricle, atau syok kardiogenik.

Oksigenasi

Setiap pasien gagal jantung akut perlu mendapatkan pemantauan ketat terhadap tanda vital dan perbaikan gejala yang dialami. Pertimbangan terhadap kebutuhan perawatan intensif juga perlu dilakukan. Inisiasi dan titrasi naik terapi medikamentosa dilakukan sesuai dengan pemantauan tanda vital dan gejala yang dialami pasien. Terapi oksigenasi direkomendasikan pada pasien dengan saturasi <90% atau PaO2 <60 mmHg.[1,3,7,10-12]

Diuretik

Setiap pasien dengan gagal jantung akut perlu mendapatkan loop diuretic, di mana terdapat dua kondisi pemberian, yaitu:

  • Pasien yang telah mendapatkan furosemide oral sebelumnya: Diberikan furosemide secara intravena dengan dosis 1-2 kali dosis oral.
  • Pasien yang belum pernah mendapatkan furosemide oral sebelumnya: Diberikan furosemide secara intravena dengan dosis 20-40 mg.

Pemberian furosemide intravena dapat dilakukan secara rutin setiap 12 jam dengan memantau urine output dengan target 100-150 ml/jam dan urinary spot sodium dengan target 50-70 mEq/L setiap 2-6 jam. Dosis intravena dapat dinaikkan 2 kali lipat hingga dosis maksimal apabila tidak ditemukan perbaikan kedua parameter tersebut.[1,3,7,10-12]

Inotropik atau Vasopresor

Pada kondisi tertentu, pemberian inotropik atau vasopresor diperlukan, berupa:

  • Dobutamine infus 2-20 μg/kgBB/menit

  • Dopamine infus 3-5 μg/kgBB/menit

  • Norepinephrine 0,2-1,0 μg/kgBB/menit

  • Epinephrine 0,05-0,5 μg/kgBB/menit.[1,3,7,10-12]

Profilaksis Tromboemboli

Profilaksis tromboemboli dengan low-molecular-weight heparin direkomendasikan pada pasien yang belum pernah mendapatkan maupun memiliki kontraindikasi terhadap terapi antikoagulan. Profilaksis tromboemboli diperlukan untuk mencegah risiko emboli paru dan deep vein thrombosis.[1,3,7,10-12]

Gagal Jantung Akut Dekompesata

Pada pasien dengan gagal jantung akut dekompensata, hal yang perlu dinilai pada pasien adalah adanya hipoperfusi. Bila tanda dan gejala hipoperfusi tidak ditemukan, pemberian loop diuretic perlu dilakukan. Bila pada pasien ditemukan tanda resistensi diuretik maupun gagal ginjal tahap akhir, maka terapi pengganti ginjal, seperti dialisis, hemofiltrasi, atau hemodiafiltrasi, perlu dilakukan terhadap pasien.

Bila ditemukan tanda dan gejala hipoperfusi pada pasien, maka pemberian loop diuretic perlu diberikan dengan pertimbangan pemberian inotropik maupun vasopresor. Bila ditemukan adanya hipoperfusi persisten hingga kerusakan organ setelah pemberian inotropik, penggunaan mechanical circulatory support (MCS) dengan atau tanpa terapi pengganti ginjal perlu dilakukan.[1,3,7,10-12]

Edema Paru Akut

Terapi oksigenasi perlu dilakukan segera pada pasien dengan kecurigaan edema paru akut. Ventilasi non-invasif dapat dilakukan dengan mempertimbangan kondisi klinis pasien.

Bila tekanan darah sistolik pasien setidaknya 110 mmHg, pemberian loop diuretic dengan atau tanpa vasodilator dengan nitrogliserin perlu dilakukan. Namun, pada pasien dengan tekanan darah sistolik di bawah 110 mmHg disertai adanya tanda dan gejala hipoperfusi, pemberian loop diuretic perlu diberikan bersama dengan inotropik atau vasopresor. Pemberian inotropik/vasopresor maupun vasodilator tidak diperlukan pada pasien dengan tekanan darah di bawah 110 mmHg tanpa hipoperfusi, di mana pemberian loop diuretic tetap diperlukan.

Terapi pengganti ginjal mungkin diperlukan bila tidak terdapat pengurangan kongesti setelah tata laksana.[1,3,7,10-12]

Isolated Right Ventricle Failure

Setiap pasien dengan isolated right ventricle failure perlu dipastikan tidak disertai adanya sindrom koroner akut maupun edema paru akut. Bila ditemukan, penatalaksanaan yang dilakukan spesifik terhadap kedua kondisi tersebut.

Bila isolated right ventricle failure ditemukan dengan tanda kongesti, maka diperlukan pemberian loop diuretic. Bila ditemukan adanya hipoperfusi perifer atau hipotensi persisten, maka pemberian vasopresor dengan atau tanpa inotropik perlu dilakukan. Terapi pengganti ginjal dan right ventricular assist device dilakukan terhadap pasien yang tidak menunjukkan respon terhadap penatalaksanaan.[1,3,7,10-12]

Syok Kardiogenik

Bila ditemukan kondisi khusus sebagai penyebab syok kardiogenik, seperti sindrom koroner akut maupun gangguan struktur jantung lainnya, penatalaksanaan spesifik diperlukan untuk mengatasi kondisi tersebut. Contohnya adalah percutaneus coronary intervention pada sindrom koroner akut.

Pemberian oksigen atau bantuan ventilasi perlu dipertimbangkan sesuai dengan klinis pasien. Selain itu, pertimbangan pemberian inotropik atau vasopresor juga perlu dilakukan. Bila tidak ditemukan perbaikan terhadap kondisi hipoperfusi hingga didapatkan tanda kerusakan organ, terapi pengganti ginjal atau mechanical circulatory support (MCS) perlu dilakukan terhadap pasien.[1,3,7,10-12]

Pre-Discharge

Setiap pasien gagal jantung akut yang akan lepas rawat inap perlu dievaluasi dengan teliti untuk menyingkirkan kemungkinan adanya tanda kongesti persisten. Kongesti persisten setelah lepas rawat inap terkait dengan peningkatan risiko rawat inap ulang dan mortalitas. Optimisasi terapi, terutama diuretik, diperlukan untuk mencegah munculnya kongesti pada pasien.[1,3,7,10-12,17]

Optimal Medical Therapy (OMT) Oral

Optimal medical therapy (OMT) oral perlu diberikan terhadap kondisi gagal jantung yang dialami pasien setelah rawat inap. Optimisasi terapi medikamentosa memiliki tujuan mengurangi kongesti, menangani komorbiditas, maupun memulai OMT oral dengan manfaat maksimal terhadap pasien. Medikamentosa yang menjadi bagian dari OMT oral dapat dilihat pada Tabel 2.[1,3,7,10-12,17]

Tabel 2. Medikamentosa Pada Gagal Jantung

Dosis awal Dosis target/maksimal
ACE-inhibitor
Captopril 6,25 mg tiga kali sehari 50 mg tiga kali sehari
Enalapril 2,5 mg dua kali sehari 10 - 20 mg dua kali sehari
Lisinopril 2,5 - 5 mg sekali sehari 20 - 35 mg sekali sehari
Ramipril 2,5 mg dua kali sehari 5 mg dua kali sehari
Trandolapril 0,5 mg sekali sehari 4 mg sekali sehari
Angiotensin receptor - neprilysin inhibitor (ARNI)
Sacubitril/valsartan 49/51 mg dua kali sehari 97/103 mg dua kali sehari
Angiotensin receptor blocker (ARB)
Candesartan 4 mg sekali sehari 32 mg sekali sehari
Losartan 50 mg sekali sehari 150 mg sekali sehari
Valsartan 40 mg dua kali sehari 160 mg dua kali sehari
Beta-blocker
Bisoprolol 1,25 mg sekali sehari 10 mg sekali sehari
Carvedilol 3,125 mg dua kali sehari 25 mg dua kali sehari

Metoprolol succinate

12,5 - 25 mg sekali sehari 200 mg dua kali sehari
Nebivolol 1,25 mg sekali sehari 10 mg sekali sehari
Mineralocorticoid receptor antagonist (MRA)
Spironolactone 25 mg sekali sehari 50 mg sekali sehari
Eplerenone 25 mg sekali sehari 50 mg sekali sehari
SGLT2-inhibitor
Dapaglifozin 10 mg sekali sehari 10 mg sekali sehari
Empaglifozin 10 mg sekali sehari 10 mg sekali sehari
Loop diuretic
Bumeranide 0,5 - 1 mg satu atau dua kali sehari 10 mg per hari
Furosemide 20 - 40 mg satu atau dua kali sehari 600 mg per hari
Torsemide 10 - 20 mg sekali sehari 200 mg per hari
Thiazide diuretic
Chlorthiazide 250 - 500 mg satu atau dua kali sehari 1.000 mg per hari
Chlorthalidone 12,5 - 25 mg sekali sehari 100 mg per hari
Hydrochlorothiazide 25 mg satu atau dua kali sehari 200 mg per hari
Indapamide 2,5 mg sekali sehari 5 mg per hari
Metolazone 2,5 mg sekali sehari 20 mg per hari
Lainnya
Ivabradine 5 mg dua kali sehari 7,5 mg dua kali sehari
Vericiguat 2,5 mg sekali sehari 10 mg sekali sehari
Digoxin 62,5 μg sekali sehari 250 μg sekali sehari
Hydralazine/ISDN 37,5/20 mg tiga kali sehari 75/40 mg tiga kali sehari

Sumber: dr. Michael Sintong Halomoan, Alomedika, 2022.[1,3,7,10-12]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra

Referensi

1. Arrigo M, Jessup M, Mullens W, Reza N, Shah AM, Sliwa K, Mebazaa A. Acute heart failure. Nature Reviews Disease Primers. 2020 Mar 5;6(1):1-5.
3. McDonagh TA, Metra M, Adamo M,et al. 2021 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure: Developed by the Task Force for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure of the European Society of Cardiology (ESC) With the special contribution of the Heart Failure Association (HFA) of the ESC. European heart journal. 2021 Sep 21;42(36):3599-726.
7. Lee JH, Kim MS, Kim EJ, et al. KSHF guidelines for the management of acute heart failure: part I. definition, epidemiology and diagnosis of acute heart failure. Korean Circulation Journal. 2019 Jan 1;49(1):1-21.
10. Tsutsui H, Ide T, Ito H, et al. JCS/JHFS 2021 guideline focused update on diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure. Circulation Journal. 2021 Nov 25;85(12):2252-91.
11. Lelonek M, Grabowski M, Kasprzak JD, et al. An expert opinion of the Heart Failure Association of the Polish Cardiac Society on the 2021 European Society of Cardiology guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure—heart failure guidelines from a national perspectiv. Kardiologia Polska (Polish Heart Journal). 2022 Jan 25.
12. Authors/Task Force Members:, McDonagh TA, Metra M, Adamo M, et al. 2021 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure: Developed by the Task Force for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure of the European Society of Cardiology (ESC). With the special contribution of the Heart Failure Association (HFA) of the ESC. European Journal of Heart Failure. 2022 Jan;24(1):4-131.

Diagnosis Gagal Jantung Akut
Prognosis Gagal Jantung Akut

Artikel Terkait

  • Waspadai Obat yang Dapat Memperparah Kondisi Gagal Jantung Berikut Ini
    Waspadai Obat yang Dapat Memperparah Kondisi Gagal Jantung Berikut Ini
  • Penggunaan Digoxin Pada Gagal Jantung: Keamanan dan Manfaat
    Penggunaan Digoxin Pada Gagal Jantung: Keamanan dan Manfaat
  • BNP dan NT-proBNP sebagai Penanda Diagnosis Gagal Jantung
    BNP dan NT-proBNP sebagai Penanda Diagnosis Gagal Jantung
  • Tekanan Nadi dan Implikasi Klinisnya
    Tekanan Nadi dan Implikasi Klinisnya
  • Kalkulator PREVENT untuk Prediksi Risiko Penyakit Kardiovaskular
    Kalkulator PREVENT untuk Prediksi Risiko Penyakit Kardiovaskular

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 19 Desember 2024, 07:06
Myocarditis dengan ASTO negatif
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya mendapatkan pasien anak2 usia 12 tahun datang dengan keluhan muntah2 sering setiap makan dan minum, lemas, keringat dingin. Sampao di IGD...
Anonymous
Dibalas 22 Oktober 2024, 13:26
Tatalaksana hipertensi dengan edema kedua tungkai di puskesmas
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin tanya dok, px tidak ada keluhan. Namun pada pemeriksaan kaki edema +/+. Riwayat penyakit hipertensi tidak berobat rutin, TD 150/70. Baiknya penanganan...
Anonymous
Dibalas 30 September 2024, 11:40
Apakah chf dan stroke tidak ada hubungannya?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin diskusi dokter. Pasien 62 th setelah rawat inap dan d rawat oleh 2 sp. SpJp dgn dx chf dan spN dgn dx stroke.. kmdian pasien kontrol stlah rawatan,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.