Epidemiologi Atrial Flutter
Data epidemiologi global atrial flutter terutama berasal dari Amerika Serikat, sedangkan data insidensi atrial flutter di Indonesia masih belum tersedia. Atrial flutter secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan risiko kematian. Intervensi berupa ablasi kateter dapat menekan angka kematian tersebut dalam jangka panjang.
Global
Data prevalensi global atrial flutter masih terbatas dan lebih didominasi oleh studi epidemiologi yang berasal dari Amerika Serikat.
Granada et al pada tahun 2000 melaporkan bahwa rerata insidensi atrial flutter pada populasi umum sebesar 88/100.000 orang-tahun dengan pola peningkatan insidens seiring dengan pertambahan usia. Analisis lanjutan mengungkap bahwa insidens atrial flutter tanpa disertai atrial fibrilasi hanya 37/100.000 orang-tahun. [26]
Temuan yang mirip juga dilaporkan oleh Rahman et al yang menganalisis data epidemiologi atrial flutter pada populasi studi Framingham. Mereka menemukan bahwa insidensi atrial flutter mencapai 36/100.000 orang-tahun dengan rerata usia partisipan saat terdiagnosis atrial flutter 72 tahun dan sekitar 70% penderita atrial flutter pada populasi ini adalah pria. [27]
Indonesia
Seperti halnya dengan banyak negara berkembang di seluruh dunia, data epidemiologi tentang atrial flutter di Indonesia masih sangat terbatas. Keterbatasan data epidemiologi ini dipengaruhi oleh belum adanya sistem yang terintegrasi untuk mengenali dan mencatat diagnosis atrial flutter berbasis EKG. [28]
Mortalitas
Data mortalitas atrial flutter mengisyaratkan bahwa atrial flutter berkaitan dengan peningkatan risiko kematian. Insidensi kematian pada individu dengan atrial flutter 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan individu tanpa atrial flutter (126 vs 57 per 1000 orang-tahun). [27]