Penatalaksanaan Aneurisma Aorta
Penatalaksanaan definitif aneurisma aorta adalah pembedahan, baik pembedahan elektif pada aneurisma yang belum ruptur, maupun pembedahan cito pada kasus ruptur atau pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik.
Penatalaksanaan Awal
Penatalaksanaan awal aneurisma aorta secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2: penatalaksanaan elektif atau gawat darurat pada kasus yang dicurigai mengalami ruptur aorta.
Penatalaksanaan Gawat Darurat
Penatalaksanaan gawat darurat harus diterapkan pada setiap pasien yang memiliki gejala yang sesuai dengan atau sugestif aneurisma aorta abdominalis atau diseksi aorta, yaitu dengan:
- Memastikan pernapasan yang memadai
- Pemberian oksigen 100% bersamaan dengan elektrokardiografi (EKG) kontinu dan pemantauan tanda vital saat dalam perjalanan ke rumah sakit
- Mengatasi syok: gunakan akses intravena ukuran besar (14 atau 16 gauge) sejak dalam perjalanan bila memungkinkan
- Memperoleh informasi yang berguna mengenai riwayat sehingga mempercepat perawatan pada saat kedatangan di gawat darurat[1,3]
Prinsip perawatan gawat darurat pada kasus yang dicurigai mengalami rupture aorta adalah operasi sesegera mungkin. Berikut poin-poin yang harus diperhatikan dalam perawatan gawat darurat pasien aneurisma aorta di UGD:
- Resusitasi cairan, transfusi darah, dan konsultasi bedah segera
- Konsep hipotensi permisif, di mana resusitasi cairan agresif dihindari agar tidak memperparah perdarahan dengan menaikkan tekanan darah terlalu banyak, harus dipertimbangkan
- Pengobatan untuk koagulopati dapat dimulai di UGD untuk pasien yang menerima warfarin atau heparin[3]
Penatalaksanaan Elektif
Penatalaksanaan awal elektif untuk aneurisma aorta sangat tergantung dari risiko ruptur, yang ditentukan oleh diameter aneurisma dan kecepatan pertumbuhannya. Apabila ukuran aneurisma kecil (diameter < 5cm), tidak bergejala, tidak bertumbuh dengan cepat (pertumbuhan aneurisma umumnya 0.07 dan 0.19 cm/tahun untuk aneurisma aorta asenden dan desenden berturut-turut), dan tidak ada kelainan bawaan (seperti sindrom Marfan), pasien masih dapat ditatalaksana awal secara dengan medikamentosa dan pemantauan, sebelum pada akhirnya dioperasi secara elektif bila ditemukan indikasi.
Penatalaksanaan medikamentosa aneurisma aorta kasus elektif, antara lain:
- Kontrol tekanan darah pasien dengan agen antihipertensi dan analgesik. Tujuan terapi awal termasuk menghilangkan rasa sakit dan mengurangi tekanan darah sistolik menjadi 100-120 mmHg atau ke tingkat terendah yang konsisten dengan perfusi organ vital (jantung, otak, atau ginjal) yang memadai. Setiap kali hipertensi sistolik terjadi, beta blocker dapat digunakan untuk mengurangi tingkat kenaikan tekanan aorta
- Cegah eksaserbasi pada takikardia dan hipertensi dengan morfin sulfat intravena. Ini mengurangi kekuatan kontraksi jantung sehingga dapat menunda ruptur[3]
Pemantauan pada aneurisma aorta kasus elektif berbeda-beda tergantung dari diameter aneurisma saat ditemukan:
- 5 – 3 cm: skrining ulang setiap interval 10 tahun
- 3 – 3.9 cm: pencitraan setiap interval 3 tahun
- 4 – 4.9 cm: pencitraan setiap interval 12 bulan
- 5 – 5.4 cm: pencitraan setiap interval 6 bulan[3]
Penatalaksanaan Definitif
Penatalaksanaan definitif aneurisma aorta adalah tindakan operasi / pembedahan. Terdapat 2 pendekatan dalam hal ini, yakni:
- Operasi terbuka tradisional (baik open thoracostomy atau laparotomi)
- Stent endovaskular graft[1,3]
Operasi Terbuka
Salah satu penatalaksanaan definitif aneurisma aorta adalah dengan pendekatan invasif operasi terbuka. Metode ini sudah lama digunakan untuk memperbaiki aneurisma aorta. Pada operasi terbuka ini, dokter juga menggunakan graft untuk menggantikan situs aneurisma. Pada prosedur operasi terbuka, dokter akan membuat sayatan besar di abdomen, menghentikan aliran darah pada situs aneurisma (dengan mengklem aorta pada sisi atas dan bawah dari situs aneurisma), kemudian memasang graft tersebut dalam situs aneurisma. Setelah situs aneurisma diperbaiki, kedua klem dilepas dan sayatan kulit pun dijahit kembali.[1,3,9]
Stent Endovaskular Graft
Penatalaksanaan definitif aneurisma aorta yang menjadi pilihan utama saat ini adalah dengan stent endovaskular graft, atau disebut juga endovascular aortic repair (EVAR), baik untuk aneurisma aorta abdominalis maupun torakalis. Pendekatan ini dilakukan dengan memasang stent graft pada aorta abdominalis / torakalis yang menjadi situs aneurisma secara endovaskular yang lebih non-invasif. Pada prosesnya, stent graft disalurkan melalui akses vaskular, dan sesampainya di situs aneurisma, graft akan dilepaskan dan mengembang untuk mempertahankan dinding pembuluh darah pada situs aneurisma tersebut.[1,3,9]
Indikasi operasi pada pasien aneurisma aorta adalah sebagai berikut:
- Ruptur aneurisma
- Diameter aneurisma melebihi batas berikut ini:
- 5 cm (aorta asenden) dan 6.5 cm (aorta desenden): pada pasien tanpa kelainan bawaan
- 5 cm (aorta asenden) dan 6 cm (aorta desenden): pada pasien dengan kelainan bawaan; misalnya sindrom Marfan
- 5 – 5.4 cm untuk aorta abdominalis
- Pertumbuhan aneurisma aorta yang cepat (³ 1cm / tahun)
- Simtomatik
- Pseudoaneurisma
- Aneurisma saccular besar
- Aneurisma mikotik
- Koarktasio aorta
- Penekanan bronkus oleh aneurisma
- Fistula aorto-bronkial atau aorto-esofageal[1]
Pemantauan Postoperatif
Setelah mendapat penatalaksanaan definitif, pasien aneurisma aorta harus menjalani pemantauan postoperatif. Pemantauan postoperatif pada pasien aneurisma aorta berupa pencitraan (CT scan atau MRI) setiap 3-6 bulan pada tahun pertama, kemudian dilanjutkan setiap 6 bulan.[1]