Pendahuluan Patent Ductus Arteriosus
Patent ductus arteriosus (PDA) adalah salah satu penyakit jantung bawaan karena kegagalan tertutupnya ductus arteriosus setelah kelahiran. Ductus arteriosus sendiri adalah pembuluh darah janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dan aorta, sehingga darah yang mengandung oksigen dari plasenta dapat masuk ke paru janin yang belum mengembang. Pada bayi yang lahir aterm, ductus arteriosus akan menutup sendiri dalam 3 sampai 3 hari pertama kehidupan, namun pada keadaan di mana ductus arteriosus tidak menutup atau patent ductus arteriosus, maka kondisi ini akan menyebabkan masalah pada bayi baru lahir, seperti sirkulasi darah berlebih pada paru maupun hipoperfusi sistemik.[1,2]
Faktor risiko yang paling mempengaruhi kejadian penyakit jantung bawaan ini adalah kelahiran prematur, dengan insidensi yang terkait dengan usia kehamilan saat kelahiran. Selain itu, faktor genetik diduga berpengaruh dalam kejadian patent ductus arteriosus. Penyakit ini dapat terjadi bersamaan dengan penyakit genetik, seperti sindrom Char, sindrom Cantu, sindrom Down, maupun sindrom Noonan.[1,2]
Keluhan yang dialami pasien dengan PDA bergantung pada derajat penyakit yang diukur berdasarkan pulmonary-to-systemic-flow ratio (Qp:Qs) menjadi kecil, sedang, hingga besar. Patent ductus arteriosus (PDA) ukuran kecil dan sedang jarang menyebabkan keluhan langsung pada pasien, sehingga biasanya penyakit diketahui secara tidak sengaja melalui pemeriksaan fisik, seperti murmur pada pemeriksaan jantung. Pada pasien dengan patent ductus arteriosus ukuran besar, pasien dapat datang dengan tanda dan gejala gagal jantung, seperti gagal tumbuh, sulit makan, dan gangguan nafas. Pasien anak dapat mengeluhkan gejala nafas berat dan sesak maupun mudah lelah, disertai adanya murmur pada pemeriksaan jantung.[1-3]
Penatalaksanaan PDA dilakukan dengan tujuan untuk menutup ductus atau meminimalisir gejala yang dialami oleh pasien, terdiri dari terapi konservatif, medikamentosa, dan pembedahan.