Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) general_alomedika 2022-04-22T12:27:50+07:00 2022-04-22T12:27:50+07:00
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Oleh :
Josephine Darmawan
Share To Social Media:

Diagnosis Sindrom Distres Pernapasan Akut/Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis ARDS pada umumnya dapat ditegakkan bila penyebab kardiogenik dan etiologi lain yang dapat menyebabkan hipoksemia akut telah disingkirkan, serta memenuhi Kriteria Berlin. [1,3,4,14]

Kriteria Berlin

Kriteria Berlin meliputi:

  • Onset akut < 1 minggu atau perburukan gejala respiratorik,
  • Edema paru dibuktikan dengan opasitas bilateral pada foto toraks

  • Rasio PaO2/FiO2 ≤300 pada tekanan ekspiratori positif (PEEP)

Derajat Keparahan berdasarkan Kriteria Berlin

Berdasarkan kriteria Berlin, derajat keparahan ARDS juga dapat dibedakan menjadi:

  • ARDS ringan: PaO2/FiO2 201 sampai ≤ 300 mmHg pada ventilator dengan PEEP atau CPAP ≥5 cm H2O.

  • ARDS sedang: PaO2/FiO2 100 sampai ≤200 mmHg pada ventilator dengan PEEP atau CPAP ≥5 cm H2O

  • ARDS berat: PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg pada ventilator dengan PEEP atau CPAP ≥5 cm H2O

Derajat Keparahan dengan Skor Lung Injury Score (LIS)

Selain itu, derajat keparahan ARDS juga dapat dinilai dengan sistem skoring seperti skor LIS (Lung Injury Score).[1,5,14,15]

Tabel 1. Skor LIS

Indikator Hasil Skor
Konsolidasi pada foto toraks Tidak ada 0
1 kuadran 1
2 kuadran 2
3 kuadran 3
4 kuadran 4

Hipoksemia (PaO2 / FiO2)

> 300 0
225-299 1
175-224 2
100-174 3
<100 4
Skor PEEP

< 5 cm H2O

0

6-8 cm H2O

1

9-11 cm H2O

2

12-14 cm H2O

3

> 15 cm H2O

4
Komplians sistem respiratorik

>80 ml/cmH2O

0

60-70 ml/cmH2O

1

40-59 ml/cmH2O

2

20-39 ml/cmH2O

3

<19 ml/cmH2O

4

Interpretasi:

  • LIS 0 = tidak terdapat kerusakan paru
  • LIS 0.1–2.99 = kerusakan ringan hingga sedang
  • LIS  ≥ 3 = kerusakan berat

Skor LIS dihitung dengan menjumlahkan total skor pada setiap komponen dibagi dengan jumlah komponen yang dipakai. [1,5,14,15]

Anamnesis

Anamnesis pada pasien ARDS umumnya dilakukan untuk mencari faktor penyebab. Keluhan utama pada pasien ARDS adalah dispnea dan hipoksemia akut. Onset umumnya dalam 12-48 jam atau beberapa hari setelah faktor penyebab terjadi. Beberapa faktor penyebab yang harus ditanyakan adalah trauma, sepsis, overdosis obat, transfusi, dan tersedak.

Dispnea umumnya ditemukan pada saat ekspirasi pada fase awal dan dapat mengalami perburukan menjadi:

  • Dispnea saat istirahat

  • Takipnea

  • Agitasi

  • Ansietas

  • Gasping

  • Diaforesis

Kegagalan multiorgan juga dapat terjadi pada fase awal. Pasien yang dapat melewati fase awal dengan baik pada umumnya akan mengalami perbaikan oksigenasi dan ventilasi. [1,2,5,14]

Pada fase lanjut, pasien yang masih mengalami hipoksemia persisten dan bergantung dengan ventilator pada umumnya akan mengalami gagal napas. Hal ini umumnya terjadi setelah 10 hari. Fungsi paru juga semakin memburuk, ditandai dengan penurunan komplians paru, peningkatan dead space, dan hipertensi pulmonal. [1,2,5,14]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada pasien-pasien ARDS adalah:

  • Tanda vital dan saturasi oksigen
  • Kepala: dapat ditemukan napas cuping hidung
  • Leher: peningkatan JVP dapat menandakan kelainan jantung
  • Toraks: retraksi, penggunaan otot bantu napas
  • Kardio: bila terdapat S3 atau S4 gallop dan murmur,
  • Pulmonal: pada ARDS dapat ditemukan ronkhi basah bilateral, penurunan taktil vokal fremitus, dan penurunan suara napas
  • Abdomen: hepatomegali ditemukan bila terdapat edema paru kardiogenik
  • Ekstremitas: akral dingin, sianosis, edema dapat ditemukan pada kelainan jantung

Pemeriksaan fisik umumnya dilakukan untuk membedakan edema paru karena jantung ataupun paru. Penyebab jantung harus disingkirkan sebelum menegakkan diagnosis ARDS. [1,5,14]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding ARDS yang harus disingkirkan terutama adalah penyebab jantung seperti gagal jantung kongestif dan gagal jantung kiri. Hal ini dapat dilakukan menggunakan pemeriksaan fisik.[1,2,5,14]

Keseluruhan diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

Diagnosis Banding ARDS

Gagal napas akut
Penyakit paru lain Pneumosistis pneumonia

Pneumonia aspirasi

Pneumonia bronkitis obliterans
Pneumonia akut interstisial
Pneumonia akut eosinofilik
Edema paru nonkardiogenik
Asthma
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
Transfusion-related acute lung injury (TRALI)
Penyakit sistemik Sepsis bacterial
Syok sepsis
Reaksi obat
Lupus
Keganasan Granulomatosis Wegener
Karsinoma bronkoalveolar
Penyakit Lainnya sindrom Good Pasture
sindrom Hamman-Rich
sindrom asam retinoid

Toksisitas salisilat

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang utama yang dilakukan pada pasien-pasien ARDS adalah foto rontgen toraks dan analisa gas darah. Pemeriksaan lain juga dapat dilakukan untuk mencari etiologi, menilai prognosis, dan komplikasi, tetapi tidak spesifik untuk menegakkan diagnosis ARDS. [1,5,14]

Radiologi

Foto toraks merupakan pemeriksaan utama yang dapat dengan mudah dilakukan. Foto toraks dapat membantu menyingkirkan diagnosis penyakit paru lain, menyingkirkan penyebab kardiologis, serta menegakkan diagnosis ARDS. Pada ARDS, umumnya ditemukan adanya infiltrat difus bilateral atau unilateral yang dapat memburuk secara cepat dalam 3 hari. Infiltrat yang ditemukan umumnya terletak interstisial dan/atau alveolar. Pada tahap awal, infiltrat dapat ditemukan menyebar hingga ke perifer dan dapat memburuk menjadi infiltrat difus bilateral dengan penampakan ground glass. [1,5,14,16]

CT scan dapat dilakukan hanya apabila foto toraks tidak dapat menyimpulkan penyebab distress pernapasan. CT scan umumnya lebih sensitif untuk mendeteksi adanya emfisema interstisial, pneumomediastinum, efusi pleura, dan limfadenopati mediastinal. [1,5]

Analisa Gas Darah

Analisa gas darah (AGD) pada umumnya dapat menunjukkan hipoksemia dan alkalosis respiratorik. Kadar PaO2 / FiO2 juga dapat dinilai melalui analisa gas darah. Pemeriksaan AGD juga dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan akses yang tersedia dengan baik. [3,5]

Laboratorium

Tidak terdapat pemeriksaan spesifik untuk ARDS. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:

  • Darah rutin: dapat ditemukan leukositosis atau leukopenia, terutama bila terdapat sepsis. Trombositopenia juga dapat ditemukan bila terdapat koagulasi intravaskular diseminata.
  • Fungsi ginjal: fungsi ginjal umumnya menurun bila terdapat komplikasi pada ARDS akibat adanya iskemia ataupun nekrosis tubular akut
  • Fungsi hepar: dapat menurut bila terdapat kerusakan hepatosit atau kolestasis
  • Kultur darah atau sputum: dapat menunjukkan adanya sepsis atau fokus infeksi. Kultur darah juga dapat membantu menentukan pemberian antibiotik.

Pemeriksaan laboratorium lain yang dapat dilakukan adalah brain natriuretic peptide (BNP) dan sitokin interleukin (IL)-1, IL-6, dan IL-8. BNP <100 pg/ml dapat menunjukkan adanya ARDS, tetapi BNP tinggi tidak dapat menyingkirkan kemungkinan ARDS. IL-1, IL-6, dan IL-8 umumnya juga ditemukan meningkat pada ARDS.[1,3,5]

Ekokardiografi

Ekokardiografi transtorakal umumnya digunakan sebagai metode diagnostik utama, namun ekokardiografi 2-dimensi juga dapat digunakan menyingkirkan kemungkinan penyebab kardiologis. Bila ditemukan adanya penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri, disfungsi diastolik berat, disfungsi katup mitral atau aorta berat, shunting foramen ovale maka distress pernapasan umumnya disebabkan oleh edema paru kardiogenik atau kardiomiopati berat.[1,5]

Bronkoskopi

Bronkoskopi umumnya dilakukan untuk bronchoalveolar lavage (BAL). Pemeriksaan BAL akan membantu menentukan penyakit paru, seperti pneumonia eosinofilik akut, pneumonitis, sarcoidosis, atau pneumonia bronkiolitis obliterans/bronchiolitis obliterans-organizing pneumonia (BOOP), atau lipoid pneumonia.[1,5,14]

Histologi

Biopsi paru dapat dilakukan apabila pemeriksaan secara klinis dan penunjang lain tidak dapat menyingkirkan kemungkinan lain penyebab hipoksemia. Pemeriksaan histologis dapat menunjukkan fase ARDS yang sedang terjadi. Pada fase awal umumnya akan ditemukan kerusakan alveolar difus, edema interstisial, perdarahan alveolar, formasi membrane hialin, dan kongesti kapiler pulmonalis. Pada fase proliferatif umumnya ditemukan pertumbuhan sel pneumosit tipe 2 pada dinding alveolar, fibroblas, miofibroblas, dan disposisi kolagen interstisial. Pada fase fibrotik, ditemukan penebalan dinding alveolar oleh jaringan ikat. Infiltrat dan edema sudah tidak ditemukan. [1,5]

Referensi

1. Ware L, Matthay M, Evans T. Acute Respiratory Distress Syndrome. BMJ Best Practice. 2018. Diakses dari: https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/374
2. Amin Z, Pitoyo C, Uyainah A, Rumende M, Singh G, Amanda A. Acute respiratory distress syndrome. Ina J CHEST Crit Emerg Med. 2016;3:54–6.
3. Thompson B, Chambers R, Liu K. Acute Respiratory Distress Syndrome. N Engl J Med. 2017;377:562–72.
4. American Medical Association. Acute Respiratory Distress Syndrome: the Berlin Definition. JAMA. 2012;307: 2526-33.
5. Harman E, Pinsky M. Acute Respiratory Distress Syndrome. Medscape. 2018. Diakses dari: https://emedicine.medscape.com/article/165139-overview
14. Saguil A, Fargo M. Acute Respiratory Distress Syndrome: Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 2012.
15. Chen W, Ware L. Prognostic factors in the acute respiratory distress syndrome. Clin Transl Med. 2015;4:23.
16. Fan E, Brodie D, Slutsky AS. Acute respiratory distress syndrome advances in diagnosis and treatment. JAMA. 2018;319:698–710.

Epidemiologi Acute Respiratory D...
Penatalaksanaan Acute Respirator...

Artikel Terkait

  • Intubasi dan Ventilasi pada Pasien ARDS dengan COVID-19
    Intubasi dan Ventilasi pada Pasien ARDS dengan COVID-19
  • Ventilasi Mekanik pada Acute Respiratory Distress Syndrome
    Ventilasi Mekanik pada Acute Respiratory Distress Syndrome
  • Manfaat Posisi Pronasi pada Pasien COVID-19 Gejala Ringan Sedang
    Manfaat Posisi Pronasi pada Pasien COVID-19 Gejala Ringan Sedang
  • RJP pada Pasien COVID-19 dengan Posisi Prone
    RJP pada Pasien COVID-19 dengan Posisi Prone
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
19 Juli 2021
Indikasi pemberian agen antifibrotik dapat diberikan pada pasien COVID-19 dengan ARDS - Paru Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
1 Balasan
Alo DR. dr. Harsini, Sp.P(K), FISR, izin bertanya dokter.Bagaimana indikasi pemberian agen antifibrotik pada pasien ARDS yang dipicu COVID-19? Apakah...
Anonymous
19 Juli 2021
Tata laksana pneumonia dan ARDS akibat COVID-19 - Paru Ask the Expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo DR. dr. Harsini, SpP(K), FISRSaya ingin bertanya dok, pada kondisi seperti saat ini di mana banyak ICU dan kamar biasa di rumah sakit pun penuh, bila...
Anonymous
23 Juni 2021
Weaning ventilasi mekanik - Anestesi Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
 Alo, dr. Andrian, Sp.AnUntuk pasien yang menggunakan ventilasi mekanik tetapi sudah menunjukkan pernapasan spontan, kira-kira apakah ekstubasi dapat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.