Panduan e-Prescription Alomedika Hipertiroid
Panduan e-prescription hipertiroid ini dapat digunakan Dokter pada saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Hipertiroid merupakan gangguan endokrin yang ditandai dengan peningkatan hormon tiroid secara berlebihan. Penyebab tersering hipertiroid adalah Grave’s disease, toksik multinodular goiter, dan toksik adenoma.[1,2]
Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada hipertiroid adalah:
- Tremor
Palpitasi, takikardia
- Cemas dan labilitas emosi
- Intoleransi terhadap panas
Penurunan berat badan walaupun nafsu makan bertambah
- Peningkatan frekuensi defekasi dan miksi
- Oligomenore atau amenore pada perempuan
Ginekomastia dan disfungsi ereksi pada pria
- Eksoftalmus
- Pergerakan kelopak mata terbatas atau terhambat (lid lag)
Kelenjar tiroid teraba dan terlihat membesar[3,4]
Peringatan
Tanda dan gejala hipertiroid mungkin kurang spesifik. Bila diagnosis dan etiologi belum ditegakkan secara pasti, pasien perlu dirujuk untuk berkonsultasi dengan dokter secara langsung, untuk menjalani pemeriksaan fisik, laboratorium, dan USG leher.[3,4]
Pilihan pengobatan, seperti ablasi yodium radioaktif dan pembedahan, dibahas lebih rinci di halaman penatalaksanaan.
Medikamentosa
Sebelum memberikan obat antitiroid, perlu pemeriksaan kadar serum thyroid stimulating hormone (TSH), free thyroxine (fT4), free triiodothyronine (fT3), dan T3 total. Indikasi pemberian obat antitiroid adalah kondisi berikut:
- Hipertiroid overt(clinical hyperthyroidism), di mana kadar serum TSH rendah/tidak terdeteksi (umumnya <0,01 mIU/L) serta fT4 dan T3 total tinggi.
- Hipertiroid subklinis dengan TSH <0,1 mIU/L, jika terjadi pada pasien lansia (usia >65 tahun), atau pada pasien berusia <65 tahun yang disertai komorbiditas (penyakit kardiovaskular, osteoporosis, atau simptomatik) dan/atau TSH masih meningkat setelah 3–6 bulan.
- Hipertiroid subklinis dengan TSH 0,1–0,4 mIU/L, jika terjadi pada lansia dengan TSH masih meningkat setelah 3–6 bulan, atau pada pasien berusia <65 tahun yang disertai komorbiditas dan/atau TSH masih meningkat setelah 3–6 bulan.[5]
Propranolol
Propranolol berperan menghambat konversi perifer T4 ke T3, dan mengobati gejala seperti takikardia, palpitasi, dan kecemasan.
Dosis awal diberikan 10 mg sebanyak 3 kali sehari. Kemudian, dosis dapat ditingkatkan hingga 40 mg sebanyak 3 kali sehari.
Methimazole
Methimazole atau disebut juga thiamazole adalah obat antitiroid yang dapat diberikan sebagai dosis tunggal, atau 1 kali dalam sehari. Di Indonesia, tersedia tablet methimazole 10 mg.
Dosis Dewasa:
- Dosis inisial: 20 mg/hari untuk kasus ringan atau 40 mg/hari untuk kasus berat, di mana obat dapat diberikan 1 kali/hari atau dibagi menjadi 2 dosis pemberian
- Dosis maksimal: total 40 mg/hari
- Dosis pemeliharaan saat sudah eutiroid: 5 mg diberikan 1 kali/hari[6]
Sementara itu, American Thyroid Association (ATA) menganjurkan dosis inisial methimazole berdasarkan kadar fT4, yaitu:
- fT4 1–1,5 kali batas atas normal: mulai methimazole 5–10 mg/hari
- fT4 1,5–2 kali batas atas normal: mulai methimazole 10–20 mg/hari
- fT4 2–3 kali batas atas normal: mulai methimazole 30–40 mg/hari[5]
Dosis Anak:
- Dosis inisial: 0,5 mg/kgBB/hari terbagi menjadi 2 dosis
- Dosis pemeliharaan saat sudah eutiroid: 0,2 mg/kgBB/hari terbagi menjadi 2 dosis, atau sekitar ½ dari dosis inisial
- Methimazole sebaiknya diberikan bersama makanan[6]
Evaluasi laboratorium dan titrasi dosis dilakukan setiap 4–6 minggu sesuai kebutuhan. Kondisi eutiroid biasanya tercapai setelah beberapa bulan. Terapi diberikan minimal 12–18 bulan. Pemeriksaan level anti-TSH receptor antibodies (TRAb) bisa dilakukan untuk evaluasi remisi. Jika TRAb normal dan kondisi eutiroid, terapi dapat dihentikan. Jika level TRAb tinggi, pasien berisiko tinggi relapse setelah berhenti terapi.[5]
Propylthiouracil (PTU)
Propiltiourasil (PTU) diberikan 3 kali/hari, karena durasi aksinya lebih pendek daripada methimazole. Di Indonesia, PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 mg dan 100 mg.
Dosis Dewasa:
- Dosis inisial: 300 mg/hari terbagi dalam 3 dosis, yang dapat ditingkatkan menjadi 400 mg/hari terbagi dalam 3 dosis pada kasus hipertiroid berat, di mana jarak pemberian obat harus tepat setiap 8 jam
- Dosis maksimal: 900 mg/hari
- Dosis pemeliharaan saat sudah eutiroid: 150 mg/hari terbagi dalam 3 dosis[7]
Dosis Anak:
- PTU tidak diberikan untuk anak di bawah 6 tahun
- Dosis inisial anak usia 6‒10 tahun: 50 mg/hari terbagi dalam 3 dosis, yang dapat ditingkatkan menjadi 150 mg/hari terbagi dalam 3 dosis pada kasus hipertiroid berat, di mana jarak pemberian obat harus tepat setiap 8 jam
- Dosis inisial >10 tahun: 150 mg/hari terbagi dalam 3 dosis, yang dapat ditingkatkan menjadi 300 mg/hari terbagi dalam 3 dosis pada kasus hipertiroid berat, di mana jarak pemberian obat harus tepat setiap 8 jam
- Dosis maksimal: 7 mg/kgBB/hari atau 150 mg/hari untuk anak usia 6–10 tahun dan 300 mg/hari untuk anak usia >10 tahun
- Dosis pemeliharaan saat sudah eutiroid: umumnya ⅓–⅔ dosis inisial, dengan pemberian 2–3 kali/hari[7,8]
Terapi pada Ibu Hamil
Manajemen hipertiroid dalam kehamilan sangat penting, karena dikaitkan dengan peningkatan risiko keguguran, serta dapat menyebabkan masalah kesehatan pada janin dan neonatus.
PTU merupakan obat pilihan pada trimester pertama, karena berkaitan dengan insiden dan keparahan embriopati yang lebih rendah daripada methimazole. Pengobatan dapat diganti ke methimazole setelah 16 minggu gestasi.[5]