Penatalaksanaan Furunkulosis
Penatalaksanaan furunkulosis melibatkan modalitas farmakologi dan nonfarmakologi. Modalitas farmakologi yang terpenting adalah pemberian antibiotik. Pemilihan antibiotik perlu mempertimbangkan kemungkinan infeksi methicillin resistant S. aureus (MRSA). [3] Antibiotik yang tidak tepat meningkatkan risiko rekurensi dan penyebaran. [2,3,6,11] Tata laksana nonfarmakologi melibatkan drainase abses dan perawatan luka. [1,2,11]
Terapi Farmakologis
Antibiotik spektrum luas dipertimbangkan pada kasus rekuren atau nodul berada di berbagai bagian tubuh yang bertumbuh secara cepat dalam waktu yang singkat. Indikasi lain adalah adanya penyakit sistemik, pasien imunosupresi, usia sangat muda atau lanjut, dan lokasi lesi di area yang sulit untuk dilakukan insisi seperti wajah, tangan, atau kelamin. Antibiotik juga perlu dipertimbangkan jika furunkulosis tidak membaik setelah insisi dan drainase.
Pilihan antibiotik untuk furunkulosis menurut Infectious Disease Society of America adalah clindamycin, kotrimoksazol, tetrasiklin, doxycycline, dan linezolid secara per oral untuk pasien rawat jalan.
Pada pasien rawat inap dengan infeksi komplikata, selain dari debridemen dan antibiotik spektrum luas, pemberian terapi empiris MRSA perlu dipertimbangkan sembari menunggu hasil kultur. Antibiotik yang dapat diberikan adalah vancomycin 1 gram 2 kali sehari secara intravena, linezolid 600 mg 2 kali sehari intravena, daptomycin 4 mg/kgbb/dosis sekali sehari intravena, atau clindamycin 600 mg intravena 3 kali sehari. Antibiotik diberikan selama 7-14 hari sesuai respon klinis pasien. [1,2]
Dekolonisasi
Dekolonisasi dipertimbangkan pada pasien dengan furunkulosis rekuren. Dekolonisasi dengan antibiotik sistemik tidak direkomendasikan.
Dekolonisasi dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik topikal selama 5-10 hari. Antibiotik yang dapat digunakan adalah mupirocin topikal dua kali sehari di lubang hidung, disertai dengan mandi menggunakan sabun chlorhexidine 4%. Selain itu, kumur-kumur menggunakan cairan chlorhexidine 0,2% sebanyak 3 kali sehari dilaporkan efektif mengurangi flora faringeal. [1]
Terapi Nonfarmakologis
Kasus furunkulosis pada orang dewasa sehat biasanya sembuh dengan sendirinya. Namun, menjaga kebersihan daerah infeksi dan memberi kompres menggunakan air hangat dapat membantu penyembuhan luka. [3,11]
Luka ditutup dengan pembalut yang kering dan bersih. Jaga kebersihan tangan dan tubuh dengan mandi secara teratur dan mencuci tangan atau menggunakan gel antibakteri terutama sebelum menyentuh area luka.
Penggunaan alat cukur berulang atau bersama orang lain tidak direkomendasikan. Selain itu, untuk menghindari penyebaran infeksi, jangan gunakan linen atau handuk berbarengan dengan orang lain. [1]
Pembedahan
Insisi dan drainase dilakukan untuk evakuasi pus. Insisi dan drainase tanpa pemberian antibiotik dapat dilakukan pada lesi soliter. [1-3]