Diagnosis Emfisema Subkutis
Diagnosis emfisema subkutis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien umumnya datang dengan keluhan pembengkakan pada kulit, namun kasus emfisema subkutis juga dapat langsung dijumpai oleh dokter pasca tindakan medis.[1,9]
Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat penyakit pasien. Keluhan yang biasanya muncul adalah pembengkakan pada area leher, wajah, dada, atau perut. Pasien juga mungkin mengeluhkan adanya nyeri dada, nyeri tenggorokan, mengi, dan kesulitan bernapas.
Pada emfisema subkutis yang terjadi pada area leher, dapat dijumpai perubahan suara pasien akibat akumulasi udara pada mukosa faring. Anamnesis terkadang tidak diperlukan mengingat emfisema subkutis juga bisa muncul langsung pasca tindakan medis tertentu.
Selain itu, perlu juga ditanyakan mengenai riwayat pasien yang mencakup faktor risiko terjadinya emfisema subkutis, seperti riwayat penyakit yang pernah dialami, riwayat cedera atau trauma, dan riwayat tindakan medis yang dijalani sebelumnya.[1,3]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, akan terlihat pembengkakan difus pada area kulit leher, dada, wajah atau perut. Pada saat palpasi permukaan kulit, akan ditemukan krepitasi pada area yang terlibat. Krepitasi terasa seperti menekan bubble wrap. Selain itu, pada pasien trauma, perlu juga dilakukan pemeriksaan adanya cedera yang mendasari, misalnya pneumothorax atau fraktur iga.[1,3]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan yaitu reaksi alergi, angioedema, dan sindroma nefrotik.[1,3]
Reaksi Alergi
Reaksi alergi merupakan hipersensitivitas sistem imun tubuh terhadap alergen tertentu. Gejala pembengkakan wajah dan kesulitan bernafas yang ada pada emfisema subkutis sering disalah diartikan sebagai reaksi alergi, sehingga penatalaksanaan bisa saja tidak tepat dan tidak sesuai. Untuk membedakannya, bisa dengan melakukan palpasi pada lesi untuk menemukan krepitasi.[1,16]
Angioedema
Angioedema merupakan pembengkakan pada jaringan submukosa, subkutan, dan dermis akibat peningkatan permeabilitas dari pembuluh kapiler disertai dengan ekstravasasi plasma lokal. Gejala khas angioedema adalah non pitting edema pada kulit yang terasa sakit dan gatal. Pada kondisi ini tidak akan ditemukan adanya tanda krepitasi. Kondisi ini bisa dibedakan dengan emfisema subkutis dengan pemeriksaan rontgen toraks dan CT scan.[1,17]
Sindroma Nefrotik
Manifestasi klinis klasik dari sindroma nefrotik adalah edema pada wajah terutama pagi hari saat bangun tidur, yang ditandai dengan pembengkakkan kelopak mata. Selain itu, edema juga terjadi pada ekstremitas bawah. Edema dapat menjadi difus, sehingga menyebabkan edema anasarka dengan ascites, hidrokel, atau efusi pleura. Untuk membedakannya dapat dengan melakukan pemeriksaan palpasi, dimana pada pasien sindroma nefrotik tidak dijumpai krepitasi. Selain itu, pada pasien dengan sindroma nefrotik akan terdapat proteinuria, hipoalbuminemia, serta dislipidemia.[1,18]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosis emfisema subkutis adalah pemeriksaan radiologi, yaitu rontgen toraks dan CT scan. Pada pemeriksaan rontgen toraks, emfisema subkutis dapat terlihat sebagai suatu gambaran radiolusen pada otot pektoralis mayor. Pemeriksaan CT scan lebih dapat mengonfirmasi emfisema subkutis sebagai suatu kantung udara berwarna hitam pada daerah subkutan. Pemeriksaan laringoskopi, bronkoskopi, dan pemeriksaan ultrasonografi (USG) juga dapat dipertimbangkan untuk dilakukan.[1,6]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada penderita emfisema subkutis tidak rutin dilakukan, namun dapat diperiksa sesuai dengan kondisi pasien dan pertimbangan dokter. Pemeriksaan analisis gas darah umumnya hanya dilakukan apabila saturasi pasien <92% dan tidak dilakukan apabila gejala klinis pasien ringan-sedang.[1,9]
Rontgen Toraks
Diagnosis emfisema subkutis umumnya dapat didukung dengan pemeriksaan rontgen toraks. Rontgen toraks biasanya akan menunjukkan gambaran udara pada jaringan subkutan dan kadang menunjukkan striasi radiolusen di sekitar jaringan dari otot mayor pektoralis. Pemeriksaan rontgen toraks juga dapat dapat digunakan untuk mengevaluasi atau mengkonfirmasi patologi paru yang mendasari.[1,5]
CT scan
Pemeriksaan CT scan sangat membantu untuk menemukan gambaran emfisema subkutis, dimana kantong udara terlihat sebagai area gelap yang terletak di jaringan subkutan. Penyebab dasar dari emfisema subkutis seringkali tidak dapat diketahui dengan hanya mengandalkan rontgen toraks, namun dapat diketahui dengan menggunakan pemeriksaan CT scan. Pemeriksaan CT scan juga bisa menilai luas dan area sebaran udara. Selain itu, CT Scan dapat mengevaluasi penyebab emfisema subkutis, seperti fraktur, pneumothorax, atau pneumoperitoneum.[5,19]