Patofisiologi Dermatitis Kontak Alergi
Patofisiologi dermatitis kontak alergi (Dermatitis KA) melibatkan reaksi hipersensitivitas tipe IV. Reaksi hipersensitivitas tersebut merupakan hipersensitivitas tipe lambat yang dimediasi sel. Pada prinsipnya, reaksi tersebut timbul pasca paparan alergen yang kontak dengan kulit. Paparan alergen memicu reaksi imun yang diawali fase sensitisasi kemudian diikuti fase elisitasi saat paparan ulang. [4,5]
Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi terjadi setelah paparan hapten. Sel presentan antigen atau antigen presenting cells (APC) yakni sel langerhans atau sel dendritik dermis akan membentuk ikatan dengan hapten. APC akan membawa kompleks molekul tersebut ke sel T CD4 dan CD8. Pengenalan antigen akan memicu terbentuk sel T memori. Paparan berulang akan mengelisitasi reaksi sel T. [4]
Fase Elisitasi
Pada fase elisitasi, sel T spesifik hapten teraktivasi ketika terdeteksi adanya paparan ulang terhadap alergen yang sama. Reaksi peradangan ditandai pelepasan mediator inflamasi seperti sitokin proinflamasi, interferon gamma (IFN gamma) dan Tumor Necrosis Factor (TNF). Pelepasan mediator tersebut akan memicu makrofag dan keratinosit melepas sitokin lebih banyak. [4]