Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Dermatitis Kontak Alergi general_alomedika 2023-04-28T10:10:55+07:00 2023-04-28T10:10:55+07:00
Dermatitis Kontak Alergi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Pendahuluan Dermatitis Kontak Alergi

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Dermatitis kontak alergi merupakan inflamasi kulit akibat reaksi alergi atau hipersensitivitas tipe lambat (tipe 4) pada zat alergen pencetus. Elisitasi sel T spesifik pada alergen atau hapten pasca paparan berulang akan menimbulkan gejala klinis berupa rasa gatal, lesi eritema, edema, papul, vesikel, fisura, likenifikasi, bahkan pigmentasi, yang dapat timbul tak hanya pada area kontak tetapi dapat menyebar ke area tubuh lain.[1,2]

Beberapa contoh alergen yang dapat menimbulkan dermatitis kontak alergi yakni tanaman rambat, nikel, karet (biasanya pada sarung tangan), pewarna rambut, bahan kimia untuk tekstil, bahan pengawet, parfum, dan tabir surya. Salah satu bentuk dermatitis kontak alergi adalah hand dermatitis akibat mencuci tangan dengan sabun yang mengandung alergen.

Allergic,Rash,Dermatitis,Eczema,Skin,Of,Patient,Hand.

Reaksi pada kulit biasanya tidak berbatas jelas. Meskipun dominan di area kontak, reaksi dapat menyebar luas ke area lain. Pada dermatitis kontak alergi ektopik, alergen mencapai kulit pasien melalui rute seperti autotransfer, heterotransfer, ataupun udara.[1-3]

Dermatitis kontak alergi muncul sebagai eritema, edema, vesikel, keluarnya cairan, disertai pruritus yang intens. Pada kasus ringan, hanya eritema yang terlihat di tempat kontak. Pada beberapa kasus, jenis zat pencetus sudah dicurigai. Pada dermatitis kontak alergi kronis, lesi yang timbul mencakup hiperkeratosis, deskuamasi, dan likenifikasi. Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan tes cukit kulit atau patch test untuk mengidentifikasi zat pencetus.[1,2]

Identifikasi dan menghindari agen penyebab alergi atau alergen merupakan langkah terapi utama. Terapi medikamentosa dapat berupa pemberian terapi topikal maupun sistemik, disesuaikan dengan derajat keparahan.

Steroid topikal seperti clobetasol diberikan apabila dermatitis kontak alergi hanya melibatkan <20% permukaan kulit tubuh. Steroid oral seperti prednison diperlukan bila dermatitis telah melibatkan >20% permukaan kulit tubuh. Pilihan terapi lain adalah obat oral antihistamin untuk meredakan gatal, kompres, pelembab kulit, kalsineurin inhibitor topikal, dan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi sekunder.[1]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahmah

Referensi

1. Murphy PB, Atwater AR, Mueller M. Allergic Contact Dermatitis. StatPearls. NCBI. 2022.
2. Helm TN. Allergic Contact Dermatitis. Medscape, 2022. https://emedicine.medscape.com/article/1049216-overview#a1
3. Brites GS, Ferreira I, Sebastiao AI, et al. Allergic contact dermatitis: from pathophysiology to development of new preventive strategies. Pharmacological Res. 2020; 162: 105282.

Patofisiologi Dermatitis Kontak ...

Artikel Terkait

  • Membedakan Dermatitis Kontak Iritan dengan Dermatitis Kontak Alergi
    Membedakan Dermatitis Kontak Iritan dengan Dermatitis Kontak Alergi
  • Membandingkan Potensi Kortikosteroid Topikal dan Penggunaannya di Bidang Dermatologi
    Membandingkan Potensi Kortikosteroid Topikal dan Penggunaannya di Bidang Dermatologi
  • Penanganan Hand Dermatitis pada Tenaga Kesehatan di Era Pandemi COVID-19
    Penanganan Hand Dermatitis pada Tenaga Kesehatan di Era Pandemi COVID-19
Diskusi Terkait
Anonymous
08 April 2023
Pengganti pelembab selain urea untuk dematitis kontak
Oleh: Anonymous
2 Balasan
alo dokter. saya mau tanya untuk kasus dermatitis kontak, mendapat terapi untuk pelembabnya dgn urea, tp pasien ada efek samping gatal dan perih setelah...
Anonymous
28 Maret 2023
Cara mengatasi hand dermatitis pada tenaga kesehatan
Oleh: Anonymous
6 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien yang bekerja sebagai perawat di RS yang mengharuskan tangannya harus dicuci dan menggunakan handsanitaizer terus menerus....
Anonymous
10 Februari 2023
Bintik di kulit dekat siku disertai rasa gatal hilang timbul
Oleh: Anonymous
6 Balasan
Alo dokter izin konsulPasien usia 29 thn, laki laki, pekerjaan karyawan kantorSudah 1 bulan ini, di tangan atas dekat siku nya ada bintik. Kadang gatal,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.