Epidemiologi Klaudikasio Intermiten
Penelitian epidemiologi klaudikasio intermiten cukup terbatas. Hal ini diperkirakan karena hanya 10-50% dari pasien klaudikasio intermiten saja yang memeriksakan diri ke dokter. Di Indonesia, angka ini tidak diketahui jelas karena terbatasnya data penelitian. Namun, sebuah studi menunjukkan terdapat 135 subjek dari 333 sampel yang memiliki gejala klaudikasio intermiten di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Global
Pada populasi global, prevalensi klaudikasio pada usia 40 tahun adalah 3% sedangkan pada usia 60 tahun adalah 6%. Di Amerika Serikat, peripheral arterial disease (PAD) memiliki prevalensi hingga 10% populasi dengan 30% di antaranya mengalami gejala klaudikasio. Laki-laki memiliki prevalensi lebih tinggi, yaitu 5%, dibandingkan perempuan, yaitu 2,5%.[11]
Kelompok lain yang memiliki insidensi lebih tinggi pada klaudikasio dan peripheral arterial disease (PAD) adalah usia lebih dari 70 tahun, perokok, pasien diabetes melitus dengan usia 50-69 tahun, dan pasien dengan penyakit kardiovaskular aterosklerosis, seperti sindrom koroner akut.[2,12]
Di Asia, penelitian tentang PAD dengan diabetes mellitus tipe 2 di Asia di 5 negara yaitu Thailand, Pakistan, India, China, dan Taiwan menunjukkan rata-rata 17,82% dari pasien diabetes mengalami PAD.[13]
Indonesia
Di Indonesia, pernah dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi PAD dengan klaudikasio di Kabupaten Sikka tahun 2014. Kabupaten Sikka adalah salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia. Prevalensi hipertensi di Kabupaten Sikka pada tahun 2014 usia 55-64 tahun, 65-74 tahun, dan >75 tahun berturut-turut adalah 53,7%, 63,5%, dan 67,3% dari seluruh populasi. Hasilnya, dari 333 subjek penelitian acak (dengan atau tanpa hipertensi) didapatkan 135 subjek memiliki gejala klaudikasio intermiten dan 39 diantaranya (28,89%) menderita PAD.[14]
Mortalitas
Klaudikasio intermiten merupakan PAD yang tidak mengancam jiwa dan tidak mengancam ekstremitas, atau berisiko dilakukan amputasi, kecuali ada komorbid yang lain. Penelitian menunjukkan bahwa insidensi amputasi pada pasien klaudikasio adalah 0,4% per tahun.[15]