Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Mikrognatia general_alomedika 2020-03-30T20:25:43+07:00 2020-03-30T20:25:43+07:00
Mikrognatia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Mikrognatia

Oleh :
dr. Sandy S Sopandi
Share To Social Media:

Penatalaksanaan mikrognatia mencakup manajemen jalan napas, manajemen nutrisi, dan koreksi bedah ortodontik.[1,5,7] Observasi ketat dan pemantauan sebagai tata laksana konservatif dilaporkan bermanfaat pada mayoritas pasien.[4,5]

Terapi Nonfarmakologis

Observasi jalan napas dan tanda klinis merupakan tata laksana yang penting dilakukan pada pasien neonatus dengan mikrognatia. Observasi dimulai sejak jam-jam pertama kelahiran.[8] Bila pasien dirawat di rumah, orang tua perlu diedukasi untuk menghindari fleksi leher, menjaga mulut bebas sekresi, dan mendeteksi tanda seperti napas berbunyi, mulut terbuka ketika bernapas, bibir atas pecah-pecah, dan keterlambatan pertumbuhan.[4,7]

Tata Laksana Jalan Napas

Posisi supinasi dilaporkan memperparah obstructive sleep apnea (OSA) karena palatum mole menyusut dan menebal, sementara panjang lidah berkurang dan cenderung terjatuh ke belakang, sehingga ruang udara berkurang. [6] Karena itu, terapi posisi pronasi atau lateral menunjukkan efisiensi dalam manajemen jalan napas pada kasus kesulitan bernapas yang bersifat ringan dan intermiten. Hal ini dikarenakan pada posisi ini, gravitasi akan menarik lidah ke depan, sehingga memperlebar jalan napas. Bila berhasil, posisi ini mungkin diperlukan hingga pasien berusia 6 bulan. Observasi klinis tetap diperlukan karena pada posisi ini sebagian tanda kesulitan bernapas seperti retraksi supraklavikula, substernal, dan interkosta mungkin sulit terdeteksi dan diasosiasikan dengan peningkatan risiko sudden infant death syndrome.[4-7,9]

Bila langkah ini inadekuat, manajemen dapat dilakukan dengan pemasangan jalan napas oral, NPA (nasopharyngeal airway), masker laring, nasopharyngeal stenting, CPAP (continuous positive airway pressure) nasal, dan intubasi jangka pendek (<2 minggu). Mikrognatia berpotensi mempersulit tindakan intubasi.[4,5,9]

Tata Laksana Kesulitan Makan

Kesulitan makan dapat ditata laksana dengan teknik memberi makan dan menyusui pada posisi tegak (setengah duduk), modifikasi ujung botol susu, penggunaan botol susu yang dapat ditekan, penggunaan feeding tube nasogastrik atau orogastrik sementara, gastrostomi, dan palatal plates (bila pasien menderita sumbing palatum). Alat-alat bantu ini dapat dilepas setelah anak mampu makan secara oral. Edukasi teknik kegawatdaruratan seperti maneuver Heimlich penting karena ada risiko bayi tersedak makanan. [4,5] Selama perawatan, pasien distimulasi untuk mengisap dot atau jari sebagai stimulasi lingual untuk meningkatkan koordinasi neuromuskuler.[7]

Rujukan Orthodonti

Pasien dapat dirujuk ke dokter gigi ahli ortodonti untuk evaluasi dan manajemen orthodonti sekitar usia 7-8 tahun.[1] Manajemen orthodonti bertujuan untuk mengatasi maloklusi.[5,6]

Pembedahan

Intervensi bedah diperlukan pada <10% pasien dengan mikrognatia nonsindromik.[9] Terapi bedah diindikasikan pada kondisi gangguan jalan napas yang menimbulkan distress pernapasan berat atau kegagalan pertumbuhan akibat kesulitan pemberian makan.[4] Hipoksemia dan hiperkapnia yang menetap setelah dilakukan terapi konservatif juga merupakan indikasi operasi.[10]

Distraksi Osteogenesis

Distraksi osteogenesis gradual dapat memanjangkan mandibula, melebarkan ruang faring, dan meregangkan perlekatan lidah pada mandibula (otot genioglossus) sehingga posisi lidah menjadi lebih anterior. Distraksi osteogenesis dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan apnea obstruktif untuk mencegah trakeostomi, pada usia lebih dewasa untuk mengangkat trakeostomi (dekanulasi) atau mengatasi OSA, atau setelah tulang wajah selesai bertumbuh untuk memperbaiki fungsi estetik. Prosedur ini juga berguna untuk memperbaiki refluks gastroesofageal dan fungsi menelan, sehingga meningkatkan status gizi pasien.[4,5,7,9]

Distraksi osteogenesis juga menunjukkan hasil lebih baik terkait saturasi oksigen, indeks apnea-hipopnea, insidensi trakeostomi (mencegah trakeostomi pada >90% kasus), resolusi jalan napas, dan menghindari gastrostomi dibanding glossopeksi.[5,9] Tingkat keberhasilan distraksi osteogenesis lebih rendah pada pasien mikrognatia sindromik.[9]

Komplikasi prosedur distraksi mandibula mencakup cedera saraf alveolar minor, cedera saraf fasialis, abnormalitas konsolidasi segmen mandibula, infeksi, kerusakan gigi, dan ankilosis sendi temporomandibular.[6]

Trakeostomi

Trakeostomi adalah prosedur yang sering dikerjakan dan merupakan terapi pilihan untuk obstruksi berat atau nonresponsif terhadap metode lain.[5,6] Trakeostomi juga merupakan terapi pilihan pada pasien dengan anomali kongenital penyerta, pasien dengan kontraindikasi distraksi osteogenesis (abnormalitas saluran pernapasan bawah, apnea sentral), dan obstruksi jalan napas multifaktorial.[9] Komplikasi prosedur mencakup obstruksi saluran, infeksi, fistula, perdarahan, stenosis trakea, dan pneumothorax.[6]

Prosedur Lain

Prosedur lain mencakup pelepasan subperiosteal dasar mulut serta glossopeksi atau adhesi lidah-bibir. Glossopeksi sebaiknya dilepaskan sebelum gigi mulai berkembang signifikan (usia 9-12 bulan).[4,5,9] Namun glossopeksi tidak mengatasi penyebab obstruksi yang mendasari, dan sering disertai komplikasi dehisensi luka, kesulitan makan, laserasi lidah, cedera duktus Wharton, infeksi, parut, dan pneumonia aspirasi.[6,9] Pelepasan dasar mulut tidak disertai keberhasilan yang cukup sehingga sudah banyak ditinggalkan.[9]

Koreksi bedah untuk mengatasi defisiensi mandibula dilakukan melalui prosedur pembedahan ortognatik, umumnya berupa bilateral sagittal split osteotomy. Prosedur dapat dilakukan oleh ahli bedah plastik atau bedah mulut. Perencanaan pembedahan dapat dibuat dengan bantuan virtual surgical planning dan 3D printing.[1]

 

Referensi

1. Jenzer AC, Schlam M. Retrognathia. [Updated 2019 Nov 18]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538303/
4. Tewfik TL, Meyers AD. Pierre Robin syndrome. 15 Agustus 2019. Diunduh dari https://emedicine.medscape.com/article/844143-overview
5. Tolarova MM, Elluru RG. Pierre Robin sequence. 30 Oktober 2018. Diunduh dari https://emedicine.medscape.com/article/844143-overview
6. Giudice A, dkk. Pierre Robin sequence: a comprehensive narrative review of the literature over time. J Stomatol Oral Maxillofac Surg 2018;119(5):419-28.
7. Gomez OJ, Baron OI, Penarredonda ML. Pierre Robin sequence: an evidence-based treatment proposal. J Craniofac Surg 2018:29(2):332-8.
8. Neuschulz J, Wilhelm L, Christ H, Braumann B. Prenatal indices for mandibular retrognathia/micrognathia. J Orofac Orthop 2015;76::30-40.
9. Breik O, Tivey D, Umapathysivam K, Anderson P. Mandibular distraction osteogenesis for the management of upper airway obstruction in children with micrognathia: a systematic review. Int J Oral Maxillofac Surg 2016;45(6):769-82.
10. Almajed A, Viezel-mathieu A, Gilardino MS, Flores RL, Tholpady SS, Cote A. Outcome following surgical interventions for micrognathia in infants with Pierre Robin Sequence: a systematic review of the literature. Cleft Palate Craniofac J 2011;48:614-8.

Diagnosis Mikrognatia
Prognosis Mikrognatia
Diskusi Terbaru
dr.Dizi Bellari Putri
Hari ini, 13:53
Suplemen Omega-3 Meningkatkan Risiko Atrial Fibrilasi - Artikel SKP ALOMEDIKA
Oleh: dr.Dizi Bellari Putri
1 Balasan
ALO Dokter!Tahukah, Dok? Beberapa studi telah melaporkan bahwa penggunaan suplemen asam lemak omega-3 dapat meningkatkan risiko atrial fibrilasi. Padahal...
dr.Dizi Bellari Putri
Hari ini, 09:35
Ask the Expert Spesialis Mata di Forum Diskusi Alomedika - Selasa 5 Juli 2022
Oleh: dr.Dizi Bellari Putri
1 Balasan
Alo Dokter!Alomedika akan kembali mengadakan "Ask the Expert" bersama Dokter Spesialis Mata. Yuk, catat tanggal dan jamnya!- Hari: Selasa, 5 Juli 2022-...
Anonymous
Hari ini, 08:06
Salep 24 bagaimana cara penggunaannya
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Izin dok berdiskusi perihal salep 24 yang digunakan untuk pasien scabies dibawah 2 bulan dipakai 3 hari berturut” 72 jam terus menerus atau seperti permetrin...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.