Efek Samping dan Interaksi Obat Vaksin Polio
Efek samping vaksin polio oral lebih serius dibandingkan vaksin polio inaktif, yaitu vaccine-associated paralytic poliomyelitis dan infeksi vaccine derived poliovirus. Interaksi obat berupa pengurangan efek vaksin pada penggunaan imunosupresan, belimumab, fingolimod, dan venetoclax.
Efek Samping
Efek samping vaksin polio berbeda tergantung bentuk sediaan. Vaksin polio oral memiliki risiko efek samping yang lebih serius.
Vaksin Polio Oral
Efek samping vaksin polio oral berupa vaccine-associated paralytic poliomyelitis (VAPP) dan infeksi vaccine derived poliovirus (VDPV).
Vaccine-Associated Paralytic Poliomyelitis (VAPP):
Terdapat kasus-kasus paralitik yang berhubungan dengan vaksin polio (Vaccine-associated paralytic poliomyelitis/ VAPP) setelah pemberian vaksin polio oral, atau orang yang berada dalam kontak dekat dengan individu yang baru divaksin. Tampilan VAPP adalah paralisis yang serupa dengan infeksi poliomyelitis liar. Angka kejadian adalah satu di antara 2.7 juta dosis yang diberikan, dan kemungkinan besar kejadian yang tidak diinginkan ini terjadi setelah pemberian dosis oral pertama. VAPP disebabkan oleh strain virus polio yang berubah secara genetik saat berada di saluran cerna yang berbeda dengan strain yang berada di vaksin polio oral [15]. Faktor risiko kejadian VAPP adalah bila individu tersebut memiliki penyakit imunodefisiensi, terkadang juga injeksi intramuskular sebelum menerima OPV dapat mencetuskan VAPP [16].
Infeksi Vaccine Derived Poliovirus (VDPV):
Poliovirus yang didapat dari vaksin (vaccine derived poliovirus/ VDPV) adalah strain polio yang sangat jarang, yang berubah secara genetik dari strain yang berada di dalam vaksin oral [15]. Bentuk strain yang baru dapat menyebabkan paralisis dan mungkin dapat bertahan hingga sirkulasi antar manusia (circulating VDPV / cVDPV).[15,16]
Vaksin Polio yang Diinaktivasi
Vaksin polio yang diinaktivasi memiliki efek samping per sistem organ sebagai berikut:
-
Lokal
- Sangat sering (>10%): Nyeri di lokasi injeksi, nyeri lokal, pembengkakan lokal
- Sering (1-10%): Eritema lokal
- Jarang (0.1 – 1%): Massa di lokasi injeksi
-
Sistemik
-
Sangat sering (>10%): Suhu di atas 38.9° C
- Sering (1-10%): Menangis terus menerus, sinkop
- Frekuensi tidak diketahui: Kematian
-
-
Psikiatrik
-
Sangat sering (>10%): Irritability, kelelahan
-
-
Metabolik
- Sangat sering (>10%): Anoreksia
-
Gastrointestinal
-
Sering (1-10%): Diare, mual/muntah
-
-
Sistem Saraf
- Frekuensi tidak diketahui: Sindroma Guillain-Barre
-
Hipersensitivitas
- Hipersensitivitas tipe 1
-
Muskuloskeletal
- Atralgia, mialgia
-
Hematologik
- Limfadenopati
-
Dermatologik
-
Urtikaria, rash[3]
-
Interaksi Obat
Interaksi obat vaksin polio berupa pengurangan efek vaksin pada penggunaan bersama dengan belimumab, fingolimod, venetoclax, atau imunosupresan seperti azathioprine. Vaksin sebaiknya diberikan setidaknya 2 minggu sebelum pemberian obat-obat tersebut. Bila vaksin diperlukan saat terapi dengan obat-obat tersebut, lakukan vaksinasi ulang 2-3 bulan setelah terapi selesai.
Vaksin polio juga dapat mengurangi sensitivitas tes tuberkulin selama 4-6 minggu.[3]