Farmakologi Vaksin Polio
Farmakologi vaksin polio yang merangsang sistem imun tubuh seolah terjadi infeksi virus tanpa gangguan ke sistem saraf pusat.
Farmakodinamik
Aspek penting dari farmakologi vaksin polio adalah mekanisme sistem imun tubuh yang dapat bereaksi seolah terjadi infeksi oleh virus polio, tanpa gangguan ke sistem saraf pusat. Vaksin polio memicu pembentukan antibodi di darah yang melindungi tubuh bila infeksi virus polio terjadi. Terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu vaksin polio inaktif (IPV) dan vaksin polio oral (OPV). Terlebih lagi, penggunaan vaksin oral dapat membentuk respon imun lokal di lapisan mukosa usus yang digunakan sebagai lokasi utama multiplikasi virus polio. Antibodi yang terbentuk di mukosa usus dapat menghambat multiplikasi virus polio liar.[2,5]
Farmakokinetik
Vaksin polio diinaktivasi terdiri dari gabungan tiga tipe poliovirus yang dikembangkan di kultur sel manusia atau dari kultur sel ginjal monyet. Setelah pemberian dua dosis, penerima akan terlindungi 90% dari virus polio, dan setelah pemberian tiga dosis imunitas mencapai 99%. Jangka waktu imunitas ini belum dapat dipastikan.
Vaksin polio oral sering kali terdiri dari virus polio yang hidup tetapi dilemahkan. Pada vaksin polio oral, virus berada di faring selama satu hingga dua minggu dan dikeluarkan melalui feses selama beberapa minggu setelah pemberian vaksin. Vaksin polio oral mengurangi sirkulasi virus polio liar karena meningkatkan imunitas di saluran cerna dan imunitas yang dihasilkan lebih lama dibandingkan vaksin yang diinaktivasi, seringkali imunitas terbentuk untuk seumur hidup.[5,6]
Resistensi
Penggunaan vaksin polio telah mengurangi angka kejadian polio sebanyak 99% selama 30 tahun silam. Namun, menurut beberapa sumber tetap ditemukan beberapa epidemik seperti kejadian di republik Kongo pada tahun 2010, di Tajikistan tahun 2010 dan di Cina tahun 2011. Kasus epidemik di Kongo diperiksa lebih lanjut karena memiliki tingkat mortalitas hingga 47% dan ditemukan dua mutasi di sekuensi DNA virus polio. Mutasi ini mengurangi efektivitas vaksin terhadap strain virus yang ditemukan di Kongo. Di Indonesia sendiri, tidak ada data mengenai resistensi vaksin polio.[7,8]