Indikasi dan Dosis Vaksin Haemophilus influenzae Tipe B
Indikasi vaksin Haemophilus influenzae tipe B (HiB) untuk mencegah pneumonia dan meningitis akibat infeksi HiB pada balita. Dosis pemberian baik menurut rekomendasi CDC maupun menurut rekomendasi IDAI adalah 3x pemberian diikuti dengan 1x booster.
Dosis Vaksin Haemophilus Influenzae Tipe B untuk Anak
Dosis vaksin HiB untuk anak sedikit berbeda antara rekomendasi CDC dan IDAI. Rekomendasi CDC adalah sebagai berikut :
- Dosis pertama: usia 2 bulan
- Dosis kedua: 4 bulan
- Dosis ketiga: 8 bulan
- Booster: 12-15 bulan
- Dosis per pemberian 0,5 mL
Rekomendasi IDAI adalah sebagai berikut :
- Dosis pertama: usia 2 bulan
- Dosis kedua: usia 3 bulan
- Dosis ketiga: usia 4 bulan
- Booster: 15-18 bulan
- Dosis per pemberian 0,5 mL
Perlu diperhatikan bahwa vaksin HiB juga dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi. Vaksin kombinasi yang digunakan adalah Pentabio yang diberikan bersama dengan DPT dan Hepatitis B.
Apabila anak telat divaksinasi, segera berikan vaksinasi dosis berikutnya tanpa perlu mengulang dosis yang sudah diberikan sebelumnya. Pada anak berusia <12 bulan yang belum mendapat vaksinasi HiB, imunisasi kejar diberikan 3 dosis dengan selang 4 minggu, dilanjutkan dengan dosis booster pada usia 18 bulan. Apabila anak datang pada usia 1-5 tahun, vaksin HiB hanya diberikan 1 kali.
Anak di atas usia 5 tahun tidak perlu diberikan karena kebanyakan anak pada usia ini sudah memiliki kekebalan alami terhadap penyakit HiB. [17,18]
Dosis Vaksin Haemophilus Influenzae Tipe B untuk Dewasa
Vaksinasi HiB rutin untuk dewasa tidak diperlukan karena sebagian besar sudah diberikan vaksinasi saat anak-anak dan risiko pemaparan minimal akibat sistem kekebalan tubuh yang sudah terbentuk. Lebih dari 95% orang dewasa telah memiliki kekebalan terhadap infeksi Hib. Namun, CDC merekomendasikan dua kelompok yang sebaiknya diberikan vaksinasi, yaitu pasien yang menjalani transplantasi sumsum tulang dan pasien yang memiliki faktor risiko sebagai berikut :
-
Penyakit anemia sel sabit (sickle cell disease) yang dapat menyebabkan anemia hemolitik
- Asplenia
- Infeksi HIV
- Immunodefisiensi
- Penyakit keganasan yang sedang menjalani kemoterapi, terapi radiasi dan transplantasi sumsum tulang [16]