Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Pengawasan Klinis Eritropoietin Beta general_alomedika 2021-03-15T16:45:04+07:00 2021-03-15T16:45:04+07:00
Eritropoietin Beta
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Pengawasan Klinis Eritropoietin Beta

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Pengawasan klinis, pemakaian eritropoietin beta, perlu dilakukan selama masa terapi.  Pengawasan klinis yang perlu dilakukan antara lain adalah melakukan pemeriksaan kadar ferritin dalam darah, pemeriksaan hemoglobin secara berkala, menyingkirkan risiko kontraindikasi seperti hipertensi serta memantau ada tidaknya tanda dan gejala PRCA.

Pemeriksaan Kadar Ferritin dalam Darah

Pada pasien yang sedang menjalani terapi dengan eritropoietin beta, perlu diberikan suplementasi besi pada semua pasien yang kadar feritin serumnya di bawah 100 mcg/L atau dengan saturasi transferin di bawah 20%. Hal ini perlu menjadi perhatian karena kondisi penyerta seperti defisiensi zat besi, asam folat atau vitamin B12 dapat mengurangi efektivitas kerja eritropoietin beta.[3,11]

Pemeriksaan Hemoglobin Berkala

Pemeriksaan hemoglobin berkala diperlukan untuk menilai capaian target terapi. Bila kadar hemoglobin sebagai target terapi telah tercapai (kadar Hb antara 10-12 g/dL), dapat segera dilakukan penyesuaian dosis eritropoietin beta dari dosis inisial menjadi dosis pemeliharaan. Kadar hemoglobin harus dijaga tidak melebihi 12 g/dL karena akan meningkatkan risiko pembentukan trombus.[1,8]

Pemeriksaan Tekanan Darah Berkala

Pada pasien yang menjalani terapi dengan agen stimulasi eritropoiesis seperti eritropoietin beta kondisi efek samping yang paling sering terjadi adalah hipertensi yang tidak terkontrol. Hipertensi yang tidak terkontrol sendiri merupakan salah satu kontraindikasi pemberian eritropoietin beta.[3,8]

Pemeriksaan EKG Berkala

Eritropoietin beta akan meningkatkan risiko terbentuknya trombus. Hal ini menyebabkan peningkatan risiko kejadian infark miokard pada pasien yang menjalani terapi dengan eritropoietin beta. Saat pasien datang berkunjung untuk melakukan pemeriksaan diri secara berkala, perlu dilakukan pemantauan irama jantung dengan EKG untuk menyingkirkan kemungkinan risiko infark miokard yang tidak diketahui.[3]

Pemantauan Kondisi Pure Red Cell Aplasia

Pengawasan klinis juga diperlukan agar dapat segera menghentikan pemberian terapi eritropoietin beta bila terjadi Pure Red Cell Aplasia (PRCA). Karakteristik PRCA antara lain adalah anemia berat, nilai hitung Retikulosit <1% dan jumlah persentase eritroblas matang di sumsum tulang <0.5%. kondisi ini terjadi akibat tubuh pasien yang membentuk antibodi terhadap eritropoietin yang diberikan (anti-Epo antibodi). Kondisi ini angka kejadiannya <0.03 per 10,000 pasien pertahun.[3,11]

 

 

Referensi

1. Badan POM RI. Epoetin beta. 2015. Available from : http://pionas.pom.go.id/monografi/epoetin-beta
3.Jelkmann, W. Physiology and Pharmacology of Erythropoietin. Transfus Med Hemother 2013;40:302-309. Available from : https://www.karger.com/Article/FullText/356193
8.Neorecormon (epoetin beta (recombinant human erythropoietin))New Zealand data sheet. 2003 (Revisi 2020). Available from : https://medsafe.govt.nz/profs/Datasheet/n/Neorecormoninj.pdf
11. Badan POM RI. 9.1.3 Anemia Hipoplastik, Hemolitik dan Renal. 2015. Available from : http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-9-gizi-dan-darah/91-anemia-dan-gangguan-darah-lain/913-anemia-hipoplastik-hemolitik-dan

Kontraindikasi dan Peringatan Er...

Artikel Terkait

  • Panduan Klinis Diet untuk Orang dengan Penyakit Ginjal Kronis
    Panduan Klinis Diet untuk Orang dengan Penyakit Ginjal Kronis
  • Risiko Perdarahan pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis
    Risiko Perdarahan pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis
  • Metformin vs Sulfonilurea pada DM Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronis
    Metformin vs Sulfonilurea pada DM Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronis
  • Penurunan Berat Badan sebagai Prediktor Mortalitas pada Penyakit Ginjal Kronis
    Penurunan Berat Badan sebagai Prediktor Mortalitas pada Penyakit Ginjal Kronis
  • Pemilihan Formula Tinggi Kalori untuk Bayi dengan Penyakit Kronis yang Dirawat di Rumah Sakit
    Pemilihan Formula Tinggi Kalori untuk Bayi dengan Penyakit Kronis yang Dirawat di Rumah Sakit

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Kaleb Daud Samson Salossa
Hari ini, 08:47
Pasien perempuan 64 tahun dengan Suspek CKD ec HPT Renalis
Oleh: dr. Kaleb Daud Samson Salossa
0 Balasan
Pasien 64 Tahun MRS dengan keluhan lemah badan akibat muntah2. riwayat hipertensi Uncontrolled. Pasien tampak sedikit sesak dengan saturasi 96 %. pemeriksaan...
Anonymous
3 hari yang lalu
Tatalaksana pasien CHF dengan dehidrasi - Kardiologi Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Sonny, Sp. JP izin Tanya, pada tatalaksana pasien CHF diperlukan retriksi cairan dan terapi diuretik. Namun pada kondisi tertentu seperti pada pasien...
dr. Kaleb Daud Samson Salossa
16 hari yang lalu
Pasien laki-laki usia 57 tahun dengan Hipertensi dan suspek penyakit ginjal kronis
Oleh: dr. Kaleb Daud Samson Salossa
2 Balasan
Pasien laki-laki, umur 57 tahun dengan dengan Riwayat hipertensi Kronis suspek CKD (chronic kidney disease). keluhan sebelumnya ada piting edema di Tungkai...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.