Pengunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Milrinone
Penggunaan milrinone pada kehamilan tidak direkomendasikan, sehingga harus menimbang risiko dan manfaat. Penggunaan pada ibu menyusui perlu waspada, karena belum ada data yang cukup untuk mengetahui apakah milrinone diekskresikan di ASI.
Penggunaan pada Kehamilan
Menurut FDA, penggunaan milrinone pada kehamilan masuk ke dalam kategori C. Artinya, studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Menurut TGA, milrinone masuk dalam kategori B3. Jumlah pasien hamil dan menyusui yang mengonsumsi obat tersebut masih terbatas; observasi pada pasien-pasien tersebut tidak menunjukkan adanya peningkatan frekuensi malformasi atau risiko lain terhadap janin.[5]
Pemberian milrinone oral kepada tikus dan kelinci hamil selama organogenesis tidak menunjukkan bukti teratogenesis pada tingkat dosis hingga 40 mg/kg/hari dan 12 mg/kg/hari. Secara intravena, studi pada hewan juga tidak menunjukkan bukti teratogenesis pada dosis sekitar 2,5 kali dosis manusia yang direkomendasikan, yaitu hingga 3 mg/kg/hari pada tikus dan 12 kg/kg/hari pada kelinci. Namun, terjadi peningkatan laju resorpsi pada dosis yang lebih tinggi, yaitu 8 mg/kg/hari dan 12 mg/kg/hari.
Belum ada studi yang memadai dan terkontrol dengan baik pada wanita hamil. Milrinone harus digunakan selama kehamilan hanya jika manfaat jauh melebihi potensi risiko terhadap janin.[2]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Belum diketahui apakah milrinone diekskresikan di ASI, sehingga penggunaan pada ibu menyusui harus diwaspadai. Milrinone digunakan jika manfaat terapi untuk ibu melebihi risiko yang dapat ditimbulkan ke bayi.[9,10]