Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Farmakologi Chloroquine general_alomedika 2022-10-19T14:19:27+07:00 2022-10-19T14:19:27+07:00
Chloroquine
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Farmakologi Chloroquine

Oleh :
dr.Reni Widyastuti, Sp.FK
Share To Social Media:

Chloroquine, atau klorokuin, merupakan suatu 4-aminoquinolin sintetik yang diformulasikan sebagai garam fosfat untuk penggunaan oral. Farmakodinamik chloroquine dalam tubuh adalah efektif membunuh skizon dalam darah, dengan cara merusak membrane sel parasit melalui proses oksidatif. Selain itu, chloroquine juga memiliki efek imunomodulator dan antiinflamasi, serta dapat menghambat replikasi beberapa virus.[1-5,13]

Farmakodinamik                                                                

Sebagai anti parasit, chloroquine bekerja dengan mencegah biokristalisasi heme menjadi hemozoin, sehingga menyebabkan toksisitas pada parasit akibat akumulasi heme bebas yang bersifat toksik. Hal ini menyebabkan kerusakan pada membran sel parasit melalui proses oksidatif.[2,3,4,13]

Akumulasi chloroquine pada limfosit dan makrofag menyebabkan obat ini memiliki kemampuan antiinflamasi sehingga digunakan dalam terapi beberapa penyakit seperti rheumatoid arthritis, lupus eritematosus sistemik, dan sarkoidosis yang ditandai dengan overproduksi tumor necrosis factor α (TNFα) oleh makrofag alveolar. Chloroquine mengurangi sekresi berbagai sitokin proinflamatori, khususnya TNFα. Chloroquine juga mengurangi ekspresi permukaan reseptor TNFα pada human monocytic cell line dan mengurangi pensinyalan TNFα yang dimediasi reseptor.[1,5]

Mekanisme kerja lain dari chloroquine adalah dengan menghambat aktivitas lisosom dan autofagi. Chloroquine meningkatkan pH kompartemen endosomal sehingga mengganggu maturasi lisosom. Gangguan terhadap fungsi lisosom ini dapat mengganggu fungsi limfosit dan memiliki efek imunomodulator bahkan efek anti-inflamasi. Lisosom terlibat dalam pemrosesan antigen dan presentasi MHC (major histocompatibility complex) kelas II sehingga secara tidak langsung membantu aktivasi imun. Chloroquine juga mengganggu presentasi antigen melalui jalur lisosomal. Chloroquine dapat mengurangi produksi berbagai tipe sitokin antiinflamasi, seperti IL-1, IFNα, dan TNF.[1,5]

Chloroquine juga dapat menghambat replikasi beberapa virus dengan cara menghambat endosome-mediated viral entry. Beberapa virus memasuki sel targetnya melalui proses endositosis. Proses ini mengarahkan virus ke kompartemen lisosomal dimana pH yang rendah pada kompartemen tersebut dibantu oleh beberapa enzim akan memecah partikel virus dan membebaskan asam nukleat yang bersifat infeksius. Chloroquine menghambat fase entri tersebut dengan meningkatkan pH endosomal.[5,6,19]

Farmakokinetik

Farmakokinetik chloroquine, atau klorokuin, adalah diabsorpsi secara cepat di saluran cerna, kemudian didistribusikan berikatan dengan protein plasma, dan dimetabolisme dalam hepar. Bioavailabilitas mencapai 78-89%, waktu paruh eliminasi sampai 20-60 hari, sehingga obat ini diekskresikan melalui urin dalam waktu lama.[12,14]

Absorbsi

Setelah diberikan secara oral, bioavailabilitas chloroquine mencapai 78-89%. Chloroquine secara cepat diabsorpsi dari saluran cerna dan hanya sebagian kecil dari dosis yang akan ditemukan di feses. Sekitar 55-60% dari obat di plasma akan berikatan dengan protein plasma.[12,14]

Distribusi

Chloroquine didistribusikan secara ekstensif, dengan volume distribusi 200-800 L/kg ketika dikalkulasi dari konsentrasi plasma dan 200 L/kg ketika diestimasi dari data darah lengkap (whole blood).  Chloroquine di deposit di jaringan dalam jumlah yang cukup banyak. Pada hewan, sekitar 200-700 kali konsentrasi plasma bisa ditemukan di hati, limpa, ginjal, dan paru. Leukosit juga dapat mengkonsentrasikan obat. Otak dan korda spinalis mengandung hanya 10-30 kali konsentrasi obat di plasma.[12,14]

Metabolisme

Chloroquine mengalami degradasi di dalam tubuh. Chloroquine dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450 menjadi dua metabolit aktif, yaitu desetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin. Konsentrasi desetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin secara berturut-turut mencapai 40% dan 10% dari konsentrasi chloroquine. Obat dan metabolitnya dapat dideteksi di urin berbulan-bulan setelah pemberian dosis tunggal. Chloroquine dan desetilklorokuin secara kompetitif menghambat reaksi yang dimediasi oleh CYP2D1/6. Studi in vitro dan data preliminari dari penelitian klinik menunjukkan bahwa CYP3A dan CYP2D6 merupakan dua isoform utama yang terlibat dalam metabolisme chloroquine.[12,14]

Eliminasi

Ekskresi chloroquine sangat lambat, tapi dapat meningkat dengan meningkatkan keasaman urin. Pada sukarelawan sehat, konsentrasi chloroquine dapat dideteksi di darah dan urin secara berturut-turut hingga 52 dan 119 hari setelah pemberian dosis tunggal 300 mg. Setelah pemberian regimen profilaksis 300 mg/minggu selama 10 minggu, chloroquine masih didapatkan di serum setelah 70 hari dan di urin hingga 1 tahun setelah pemberian dosis terakhir. Proses distribusi dan redistribusi, dari berbagai kompartemen tubuh kembali ke ruang intravaskuler, merupakan faktor yang lebih dominan dibandingkan eliminasi yang lambat dalam mempengaruhi konsentrasi chloroquine selama berbulan-bulan setelah pemberian.[12,14]

Meskipun waktu paruhnya panjang, chloroquine memiliki klirens total yang tinggi, yaitu sekitar 0,1 L/jam/kg dari data darah lengkap dan 0,7-1 L/jam/kg dari data plasma. Di urin, setelah pemberian chloroquine dosis tunggal atau multipel, sekitar 50% dari dosis yang diberikan akan ditemukan dalam bentuk chloroquine yang tidak berubah, dan sekitar 10% ditemukan sebagai desetilklorokuin/metabolit primer. Setelah pemberian dosis tunggal, sebanyak 50% chloroquine diekskresikan melalui ginjal. Hati dan ginjal berkontribusi terhadap eliminasi chloroquine sehingga dosisnya harus dimodifikasi pada pasien dengan insufisiensi ginjal atau hepar.[10,12]

Resistensi

Resistensi terhadap chloroquine disebabkan adanya mutasi pada gen pfcrt parasit yang mengkode transporter pada membran vakuola makanan parasit yang merupakan tempat degradasi hemoglobin dan tempat kerja chloroquine.[3,4]

 

 

Referensi

1. Schrezenmeier E, Dörner T. Mechanisms of action of hydroxychloroquine and chloroquine: implications for rheumatology. Nat Rev Rheumatol. 2020 Mar;16(3):155-166.
2. Rosenthal PJ. Antiprotozoal Drug. In Katzung BG, Basic and Clinical Pharmacology, 2018, 14th edition, p.918-919.
3. Muller IB, Hyde JE. Antimalarial drugs: Mode of action and mechanisms of parasite resistance. Future Microbiol. 2010; 5(12):1857–73
4. Vinetz, JM. Chemotherapy of Malaria. In Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics. McGraw Hill, New York, 2018, 13th edition, p.975-7
5. Savarino A, Boelaert JR, Cassone A, Majori G, Cauda R. Effects of chloroquine on viral infections: an old drug against today’s disease. Lancet Infect Dis 2003; 3: 722–27
6. Gao J, Tian Z, Yang X. Breakthrough: Chloroquine phosphate has shown apparent efficacy in treatment of COVID-19 associated pneumonia in clinical studies. DOI: 10.5582/bst.2020.01047
12. Food and Drugs Administration. Chloroquine. 2022. https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2013/006002s043lbl.pdf
13. TY Park, Y Jang, W Kim, J Shin, HT Toh, CH Kim, HS Yoon, P Leblanc, KS Kim. Chloroquin modulates inflammatory autoimmune responses through Nurr1 in autoimmune diseases. 2019;9:15559
14. Julie Ducharme, Robert Farinotti. Clinical Pharmacokinetics and Metabolism of Chloroquine. Clinical Pharmacokinetics. 1996;31:257–74
19. Yao X, Ye F, Zhang M, et al. In Vitro Antiviral Activity and Projection of Optimized Dosing Design of Hydroxychloroquine for the Treatment of Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). 2020. Clinical Infectious Diseases. Oxford Academic. DOI: https://doi.org/10.1093/cid/ciaa237

Pendahuluan Chloroquine
Formulasi Chloroquine

Artikel Terkait

  • Profilaksis Malaria
    Profilaksis Malaria
  • Upaya Kesehatan Masyarakat dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona
    Upaya Kesehatan Masyarakat dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona
  • Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
    Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
  • Efek Jangka Panjang dari COVID-19
    Efek Jangka Panjang dari COVID-19
  • Fibrosis Paru Pada Pasien COVID-19
    Fibrosis Paru Pada Pasien COVID-19

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Peter Fernando
15 Juli 2023
Mnemonic #17: Gejala Malaria
Oleh: dr.Peter Fernando
0 Balasan
M - Mialgia (nyeri otot) A - Ada Demam Tinggi (menggigil) L - Lethargy (kelelahan berlebihan) A - Anemia (Hb rendah) R - Rasa Mual dan MuntahI - Icterus...
dr. Agung
05 Desember 2022
Hemoglobin tiba-tiba turun drastis pada pasien dengan diagnosis demam dengue
Oleh: dr. Agung
2 Balasan
Alo Dokter, izin konsul, saya dapat pasien hari jumat kemarin anak2 usia 14 tahun, BB 31 kg, dengan keluhan demam tinggi sudah 1 minggu sebelum datang,...
dr. Reinike Larasati Fajrin
09 Oktober 2022
Pasien dengan malaria dan batuk pilek apakah pengobatan bisa digabung dengan antibiotik
Oleh: dr. Reinike Larasati Fajrin
3 Balasan
Izin bertanya dok, jika ada pasien dengan malaria ditambah batuk pilek sudah 1 minggu dan sekret kehijauan, bisa kah pengobatan malaria ini kita gabung...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.