Farmakologi Petidin
Mekanisme farmakologi petidin dengan mengaktifkan reseptor opioid di susunan saraf sehingga impuls nyeri terhambat serta farmakokinetik petidin di dalam tubuh.
Farmakodinamik
Petidin adalah analgesik sintesis yang memiliki efek sama dengan morfin dan termasuk dalam kelas fenilpiperidin. Petidin akan mengaktifkan reseptor opioid di susunan saraf pusat dan tepi, menahan keluarnya neurotransmitter, serta mengurangi aktivitas neuron pasca sinaps sehingga menghambat impuls nyeri. [6] Selain efek analgesik, petidin juga menimbulkan efek pada susunan saraf pusat berupa depresi napas, mengantuk, sedasi, perubahan mood, euforia, disforia, mual muntah dan menimbulkan perubahan pada elektroensefalografi. Onset terjadinya efek tersebut lebih cepat dari morfin dengan durasi kerja yang lebih singkat. Dosis besar petidin dapat menimbulkan eksitasi dan kejang. Petidin tidak efektif dalam mengatasi batuk dan diare. Secara umum, dosis 75-100 mg petidin parenteral setara dengan 10 mg morfin dalam menimbulkan efek analgesik, euforia dan depresi napas.[5]
Farmakokinetik
Farmakokinetik petidin terdiri dari absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya.
Absorbsi
Penggunaan petidin dapat melalui intramuskular, intravena dan injeksi subkutan. Pada penggunaan intramuskular dengan dosis 100mg, sekitar 80% diabsorbsi dalam enam jam dengan konsentrasi maksimal pada plasma tercapai setelah 24 menit. Efek analgesik akan bertahan setelah 2-4 jam pada penggunaan melalui intramuskular, intravena dan subkutan.[1] Petidin mengalami first pass metabolisme yang besar di hepar dengan nilai rata-rata 50-60%. Nilai ini akan meningkat sampai 80-90% pada pasien dengan gangguan hepar. Tingkat efektifitas petidin pada penggunaan oral setara dengan setengah dari efektifitas pada penggunaan parenteral.[1]
Distribusi
Belum ada informasi spesifik yang menjelaskan mengenai distribusi petidin dalam tubuh, namun beberapa data menunjukkan petidin didistribusikan dengan cepat pada jaringan dan sisanya didistribusikan secara luas pada ekstravaskuler. Volum distribusi adalah 4.17L/kg dengan kadar ikatan plasma sekitar 64.3% terutama pada albumin dan asam glikoprotein alpha-1. Nilai distribusi yang luas ini akan mengakibatkan kadar petidin bebas tidak akan meningkat jika terjadi perpindahan petidin dari ikatan protein plasma.[1,5]
Metabolisme
Sebagian besar petidin dimetabolime di hepar. Proses metabolime ini diawali dengan proses hidrolisis menjadi asam petidin, selanjutnya diikuti dengan proses koagulasi parsial dengan asam glukoronik. Petidin juga melalui proses N-demetilasi menjadi norpetidin dan mengalami hidrolisis dan konjugasi yang terakhir. Norpetidin adalah bahan metabolit aktif dan memiliki aktivitas sebagai antinyeri setara dengan setengah kadar petidin dan memiliki aktivitas anti kejang setara dengaan dua kali petidin. Pada pasien dengan gangguan hepar dapat terjadi akumulasi dari kadar petidin, oleh karena itu dianjurkan untuk dilakukan penyetaraan dosis pada golongan pasien ini.[5]
Ekskresi
Kadar nilai bersihan plasma pada penggunaan petidin intravena adalah 1.06L/menit (0.71-1.32l/menit), sekitar 3.8% (2.2-6.9%) dari dosis petidin akan diekskresikan dalam bentuk yang sama. Nilai bersihan plasma ini akan berkurang pada disfungsi hepar. Nilai half life petidin diperkirakan sekitar 3.5 jam. Pada pasien sirosis dan pada pasien dengan hepatitis akut, nilai ini dapat memanjang sampai 7-11 jam sehingga sebaiknya dilakukan penyesuaian dosis. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau pada usia lebih dari 60 tahun dan neonatus, nilai half life dari norpetidin akan memanjang sampai lebih dari 30 jam, sehingga menimbulkan akumulasi dan efek toksik seperti kejang, agitasi, iritabel, tremor, twitching dan kejang mioklonus. Dalam keadaan normal, nilai half life adalah 8-21 jam. Pada wanita hamil, nilai half life adalah 20.6 jam.[5] Kadar obat yang diekskresikan tidak berubah atau tetap dalam keadaan metabolisme aktifnya disesuaikan dengan tingkat keasaman dimana petidin dan norpetidin terdapat pada urin yang asam sedangkan bentuk konjugasinya terdapat pada urin yang basa.[1]