Mengatasi Agitasi pada Cedera Otak Traumatik

Oleh :
dr. Anyeliria Sutanto, Sp.S

Agitasi merupakan sekuele neurobehavior yang paling sering ditemukan pada cedera otak traumatik, selain kondisi iritabilitas, hiperaktivitas, perilaku gugup (restlessness), dan disinhibisi.[1,2] Keadaan agitasi dan agresi terjadi pada setidaknya sepertiga kasus dari keseluruhan kasus cedera otak traumatik.[3] Kondisi agitasi sering terkait dengan perilaku destruktif yang berpotensi membahayakan pasien dan orang di sekitarnya, mempengaruhi pengobatan, meningkatkan penahanan (restrain) fisik dan kimia yang tidak diperlukan, meningkatkan durasi rawat, menghambat rehabilitasi, dan mengganggu kemandirian fungsional penderita.[1-3]

Tata laksana dari agitasi pasca cedera otak traumatik dapat dibagi menjadi terapi nonfarmakologi dan farmakologi. Beberapa terapi farmakologi disarankan dalam mengatasi agitasi, tetapi keuntungan dan keamanan dari berbagai agen ini memiliki efek dan interaksi yang masih belum jelas, serta dapat menyamarkan gejala dari komplikasi cedera otak traumatik.[2,4] Oleh karena itu, penanganan kasus agitasi pada cedera otak traumatik menjadi tantangan tersendiri bagi klinisi.

Agitasi pada Cedera Otak Traumatik

Referensi