Keuntungan Blok Saraf Perifer pada Pasien dengan Fraktur Panggul

Oleh :
dr.Mhd. Aripandi Wira, SpAn

Penggunaan blok saraf perifer pada pasien dengan fraktur panggul atau fraktur leher femur diduga mengurangi kebutuhan opioid baik sebelum, saat, maupun sesudah pembedahan. Dengan demikian, luaran klinis pasien menjadi lebih baik.

Penggunaan opioid berkaitan dengan depresi napas yang dapat mengarah pada pneumonia, kerusakan otak berat, ataupun kematian. Blok saraf perifer dapat meningkatkan mobilitas pasien dengan fraktur panggul, sehingga berpotensi memfasilitasi rehabilitasi dan mengurangi komplikasi akibat imobilisasi yang berkepanjangan.[1–5,9]

FrakturPanggul

Peran Blok Saraf Perifer dalam Kasus Fraktur Panggul

Fraktur panggul atau fraktur leher femur banyak terjadi pada pasien usia lanjut, misalnya akibat osteoporosis. Fraktur panggul akan menimbulkan rasa nyeri yang berat dan tata laksananya seringkali membutuhkan tindakan bedah.

Opioid umumnya digunakan dalam manajemen nyeri fraktur panggul. Padahal, populasi usia lanjut seringkali tidak dapat mentoleransi opioid dosis tinggi dengan baik. Selain itu, individu yang mengalami fraktur panggul juga lebih berisiko komplikasi seperti delirium, infark miokard, dan pneumonia karena imobilisasi.[1]

Penggunaan blok saraf perifer diharapkan mampu mengurangi kebutuhan pasien terhadap opioid dan memberikan efek analgesik yang lebih baik. Blok saraf perifer juga diharapkan mampu menurunkan risiko komplikasi fraktur panggul.

Blok saraf perifer dilakukan dengan menginjeksikan obat anestesi lokal ke dekat saraf untuk memblokade transmisi sinyal nyeri ke otak. Dalam kasus fraktur panggul, blok saraf perifer dapat digunakan secara tunggal maupun kombinasi dengan analgesik lainnya, serta dapat diberikan sebagai injeksi satu kali ataupun kontinyu.[1,8]

Keuntungan Blok Saraf Perifer pada Pasien dengan Fraktur Panggul

Salah satu keuntungan blok saraf perifer adalah mengurangi kebutuhan opioid dan peningkatan mobilisasi pasien. Selain itu, blok saraf perifer juga mengurangi risiko delirium dan tidak memiliki risiko penyalahgunaan. National Institute of Health Care and Excellence (NICE) merekomendasikan untuk mempertimbangkan penggunaan blok saraf perifer jika opioid dan paracetamol tidak menghilangkan nyeri secara adekuat.[1–3,6]

Efek Analgesik Lebih Panjang

Sebuah uji klinis terhadap 75 pasien dengan fraktur panggul menunjukkan bahwa blok saraf perifer memiliki efikasi yang lebih baik dibandingkan analgesik intravena, serta menghasilkan periode bebas nyeri selama lebih dari 24 jam. Pada studi, penggunaan blok saraf perifer pada pasien fraktur panggul mengurangi kebutuhan analgesik tambahan, dapat memulai rehabilitasi lebih awal, dan lebih cost effective.[7,8]

Menurunkan Risiko Delirium Pasca Operasi

Fraktur panggul pada geriatri sering dikaitkan dengan insidens tinggi delirium pasca operasi. Terdapat studi yang melaporkan bahwa insidens delirium pasca operasi dapat mencapai 30,4%.

Pasien dengan keadaan delirium pasca operasi mengalami peningkatan risiko mortalitas 30 hari. Telah terdapat beberapa studi yang mengindikasikan bahwa teknik blok saraf perifer perioperatif dapat menurunkan angka kejadian delirium pasca operasi.[1,3,8]

Menurunkan Risiko Penyalahgunaan Zat

Blok saraf perifer juga tidak menimbulkan risiko penyalahgunaan seperti pada penggunaan analgesik golongan opioid. Telah dilaporkan bahwa 75% dari pengguna heroin pertama kali terpapar melalui obat opioid yang diresepkan dari dokter.[1]

Menurunkan Risiko Keluhan Gatrointestinal Akibat OAINS

Konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) meningkatkan risiko perdarahan dan dapat memperburuk gejala gastrointestinal pada pasien geriatri. Paracetamol merupakan alternatif dari OAINS dengan insidens efek samping yang rendah.

Meski demikian, terdapat studi yang menunjukkan bahwa blok saraf perifer memiliki efikasi yang lebih baik dibandingkan paracetamol intravena dalam menurunkan nyeri gerak pasca operasi pada pasien fraktur panggul. Studi ini juga tidak menemukan perbedaan risiko komplikasi keduanya.[2]

Relatif Lebih Aman Digunakan pada Pasien dengan Komorbiditas

Pasien fraktur panggul dapat memiliki penyakit komorbid, seperti diabetes mellitus dan disfungsi renal. Pemberian obat analgesik konvensional, seperti opioid dan OAINS, dilakukan dengan pengawasan ekstra pada pasien-pasien ini, bahkan jika bisa sebaiknya dihindari.

Pemberian OAINS misalnya, telah diketahui tidak hanya memperburuk fungsi ginjal tetapi juga dapat mengganggu pemulihan tulang. Risiko ini tidak berlaku pada blok saraf perifer yang lebih aman digunakan pada pasien dengan penyakit komorbid.[4,5,8]

Memfasilitasi Pemosisian Pasien dalam Operasi

Memposisikan pasien dengan fraktur femur ketika akan dilakukan anestesi spinal sulit, karena pergeseran otot maupun tulang akan terasa sangat nyeri bagi pasien. Rasa nyeri juga menimbulkan spasme terhadap otot yang dapat memperparah posisi dari tulang yang fraktur.

Blok saraf perifer terbukti mampu memberikan efek analgesik dan memfasilitasi pasien untuk diposisikan sebelum tindakan anestesi spinal maupun epidural untuk dilakukan pembedahan.[3,5,9]

Menurunkan Penggunaan Obat-Obat Sistemik

Blok saraf perifer dapat digunakan sebagai pengganti anestesi umum selama pembedahan, ataupun sebagai terapi nyeri tambahan pada periode preoperatif maupun pasca operasi. Dengan demikian, penggunaan obat-obatan sistemik selama intraoperatif dapat dikurangi.[1,8]

Bukti Ilmiah Efikasi Blok Saraf Perifer pada Pasien Fraktur Panggul

Beberapa metode blok saraf perifer telah dilaporkan mampu membuat pasien mencapai rasa bebas nyeri selama pergerakan. Sebagai contoh, penggunaan blok kompartemen fasia iliaka preoperatif telah dilaporkan memberi efek analgesik yang baik selama periode perioperatif pembedahan panggul.[2,8]

Tinjauan sistematik yang dipublikasikan di Cochrane Database of Systematic Reviews mengenai pembaruan tinjauan sebelumnya yang mengevaluasi efikasi blok saraf perifer pada kasus fraktur panggul. Tinjauan ini menganalisis data dari 49 uji klinis dengan total 3.061 partisipan, 1.553 dirandomisasi untuk mendapat blok saraf perifer dan 1.508 tidak mendapat blok saraf (sham block). Rerata usia partisipan adalah 59–89 tahun.

Durasi pemantauan bervariasi mulai dari 5 menit hingga 12 bulan. Hasil studi menemukan bahwa blok saraf perifer mampu mengurangi nyeri pergerakan dalam 30 menit setelah prosedur dilakukan, menurunkan risiko acute confusional state, menurunkan risiko infeksi toraks, dan menurunkan waktu yang dibutuhkan untuk mobilisasi pertama kali.

Studi juga menyatakan bahwa blok saraf perifer mungkin dapat mengurangi beban biaya medis karena mengurangi kebutuhan obat analgesik. Meski begitu, blok saraf perifer nampaknya tidak mempengaruhi angka kejadian infark miokard dan mortalitas. Namun, perlu diketahui bahwa jumlah partisipan yang diikutkan untuk menganalisis luaran tersebut masih terlalu sedikit sehingga masih diperlukan studi lebih lanjut.[1]

Kesimpulan

Blok saraf perifer merupakan tindakan alternatif yang dapat dipilih untuk menghasilkan rasa bebas nyeri pada pasien fraktur panggul. Tindakan blok saraf perifer memiliki efikasi yang baik, dengan berbagai keuntungan seperti mampu menurunkan kebutuhan opioid ataupun obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Blok saraf perifer juga mampu menurunkan risiko komplikasi dari fraktur panggul, seperti delirium, serta relatif lebih aman digunakan pada pasien dengan komorbiditas dibandingkan pilihan analgesik sistemik lainnya.

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi