Intervensi untuk Meningkatkan Komunikasi dalam Tujuan Perawatan Pasien dengan Penyakit Serius – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Anastasia Feliciana

Intervention to Promote Communication About Goals of Care for Hospitalized Patients with Serious Illness A Randomized Clinical Trial

Curtis JR, Lee RY, Brumback LC, et al. JAMA Network. 2023. 329(23):2028-2037. DOI: 10.1001/jama.2023.8812

studilayak

Abstrak

Latar belakang: Diskusi mengenai tujuan perawatan sangatlah penting dalam perawatan paliatif yang berkualitas. Sayangnya sering kali diskusi atau komunikasi ini dirasa kurang pada pasien lanjut usia dengan penyakit serius yang dirawat di rumah sakit.

Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi intervensi communication-priming dengan Panduan Jumpstart untuk meningkatkan diskusi tujuan perawatan antara dokter dan pasien lanjut usia dengan penyakit serius yang dirawat inap.

Luaran primer penelitian ini adalah  proporsi pasien yang telah mendapat diskusi tujuan perawatan (tercatat dalam rekam medis elektronik) dalam 30 hari. Luaran lanjutan adalah evaluasi efek intervensi berdasarkan usia, jenis kelamin, riwayat demensia, ras/etnis minoritas dan tempat studi berlangsung.

Metode: Penelitian ini merupakan uji acak klinis yang praktis, di mana terbagi menjadi kelompok yang menjalani perawatan seperti biasa dan kelompok yang mendapat intervensi communication-priming dengan Panduan Jumpstart oleh dokter, pada 3 rumah sakit di Amerika Serikat dalam satu sistem pelayanan kesehatan.

Kriteria eligibilitas penelitian ini adalah pasien yang berusia ≥55 tahun dengan penyakit kronis berdasarkan studi perawatan akhir hayat Dartmouth Atlas atau pasien yang berusia ≥80 tahun. Pasien dieksklusi bila pernah berdiskusi mengenai tujuan perawatan paliatif dari awal masuk rumah sakit hingga skrining eligibilitas penelitian ini.

Randomisasi dilakukan antara April 2020 hingga Maret 2021 dan dilakukan stratifikasi berdasarkan tempat studi dan riwayat dementia. Dokter yang menangani pasien dirandomisasi untuk memberikan intervensi komunikasi. Dokter yang memberikan intervensi mendapatkan satu halaman Panduan Jumpstart terkait diskusi mengenai tujuan perawatan.

Hasil: Dari skrining yang dilakukan kepada 3.918 pasien, diperoleh 2.512 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian. Rerata usia 71,7 ± 10,8 tahun dan 48% berjenis kelamin wanita.  Subjek dirandomisasi menjadi kelompok intervensi (1.255 subjek) dan kelompok perawatan biasa (1.257 subjek). Variasi ras subjek adalah sebagai berikut: Kaukasia 70%, Non-Hispanik 93%, Ras Kulit Hitam 13%, Asia 12%, Hispanik 6%, India-Amerika/ Alaska Native 1,8% dan Native Hawaiian/ Pacific Islander 0,5%.

Proporsi pasien yang mendapat diskusi tujuan perawatan dan tercatat dalam rekam medis elektronik (dalam 30 hari) pada kelompok intervensi adalah 34,5% sedangkan pada kelompok perawatan biasa 30,4%. Intervensi memiliki efek yang lebih besar di antara pasien dengan ras atau etnis minoritas.

Di antara 803 subjek dengan ras atau etnis minoritas, proporsi diskusi tujuan perawatan 10,2% lebih tinggi di kelompok intervensi daripada kelompok perawatan biasa. Di antara 1.641 subjek ras Kaukasia Non-Hispanik, proporsi yang memperoleh diskusi tujuan perawatan adalah 1,6% lebih tinggi pada kelompok intervensi. Tidak ada efek terapi yang berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, riwayat dementia dan tempat studi berlangsung.

Kesimpulan: Intervensi komunikasi antara dokter dan pasien lanjut usia dengan penyakit serius yang dirawat inap secara signifikan meningkatkan dokumentasi diskusi tujuan perawatan dalam rekam medis elektronik, dengan efek yang lebih besar pada pasien dengan ras atau etnis minoritas.

Physician,Talking,With,Senior,Man,At,Clinic,Pandemic,During,Covid-19

Ulasan Alomedika

Studi ini meneliti pengaruh intervensi dalam hal komunikasi terkait tujuan perawatan oleh dokter kepada pasien dengan penyakit serius yang dirawat inap dibandingkan dengan perawatan biasa (tanpa communication-priming). Intervensi yang dilakukan adalah communication-priming dengan Panduan Jumpstart yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas diskusi mengenai tujuan perawatan pada pasien dan pengasuh dengan penyakit serius.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan uji acak klinis yang dilakukan di 3 rumah sakit di Amerika Serikat yang memiliki sistem pelayanan kesehatan yang sama. Pada kelompok intervensi diberikan communication-priming dengan Panduan Jumpstart untuk meningkatkan diskusi mengenai tujuan perawatan antara dokter dan pasien lanjut usia dengan penyakit serius yang dirawat inap.

Partisipan:

Penyakit serius yang dimaksud adalah 9 penyakit kronis yang masuk dalam Studi Perawatan Akhir Hayat Dartmouth Atlas, yaitu kanker dengan prognosis buruk, penyakit paru kronis, penyakit jantung koronergagal jantung kongestifpenyakit pembuluh darah perifer, penyakit ginjal kronis sedang-berat, penyakit hepar kronis berat, diabetes mellitus dengan komplikasi  kerusakan organ tahap akhir, dan dementia. Pasien yang pernah memperoleh diskusi mengenai tujuan perawatan dieksklusi dari studi ini.

Pasien yang masuk dalam kriteria eligibilitas dinilai kapasitas kognitifnya untuk terkait informed-consent. Pada pasien yang tidak berkapasitas memberi persetujuan informed-consent, seorang yang membuat keputusan terhadap pasien secara legal dapat memberi persetujuan informed-consent. Klinisi yang memberikan intervensi komunikasi adalah dokter umum, residen dan dokter spesialis dalam tim rawat inap maupun dokter yang tergabung dalam perawatan geriatri dan paliatif. Penelitian ini melakukan single-blinding, di mana hanya asesor luaran yang tidak mengetahui randomisasi subjek.

Intervensi:

Panduan Jumpstart disampaikan kepada pasien atau pengasuh saat kunjungan awal. Panduan didesain untuk memudahkan dan memandu diskusi mengenai tujuan perawatan antara pasien atau pengasuh dengan dokter yang menangani.

Sebelumnya subjek pada kelompok intervensi mengisi kuesioner dasar untuk mengetahui preferensi individu terkait komunikasi tujuan perawatan, barrier dan fasilitator komunikasi dan preferensi terapi untuk resusitasi jantung-paru. Respons subjek dari kuesioner dasar ini akan berujung pada dua versi Panduan Jumpstart yaitu versi untuk pasien dan pengasuh, yang akan disampaikan oleh dokter.

Ulasan Hasil Penelitian

Proporsi pasien yang tercatat di rekam medis elektronik mendapatkan diskusi tujuan perawatan dalam 30 hari adalah 34,5% (433 dari 1.255 subjek) di kelompok intervensi, versus 30,4% (382 dari 1.257 subjek) di kelompok perawatan. Analisa efek terapi menunjukkan adanya efek yang lebih besar pada subjek dengan ras atau etnis minoritas, di mana perbedaan proporsi diskusi tujuan perawatan lebih tinggi 10,2% pada kelompok intervensi.

Khusus pada pasien Kaukasia Non-Hipanik, diskusi tujuan perawatan lebih tinggi 1,6% pada kelompok intervensi. Semua analisis data tersebut menggunakan proporsi lokasi perawatan dan riwayat dementia yang telah disesuaikan, sehingga mengurangi bias.

Kelebihan Penelitian

Studi ini meneliti efek communication-priming dengan Panduan Jumpstart, yang merupakan metode baru dan sedang berkembang, untuk meningkatkan diskusi tujuan perawatan antara dokter dan pasien lanjut usia dengan penyakit serius. Uji acak klinis ini bersifat single-blinded di mana randomisasi subjek tidak diketahui oleh asesor luaran penelitian. Hal ini merupakan hal yang wajar karena tentu dokter dan pasien akan saling mengetahui pengelompokkan karena perlakuan yang diperoleh.

Jumlah subjek dalam penelitian ini cukup banyak dengan angka drop-out yang rendah, dan dibantu dengan pendataan rekam medis elektronik yang tentunya memudahkan penarikan data luaran dengan lebih cepat dan akurat. Selain itu, semua analisis data penelitian ini telah dilakukan dengan penyesuaian proporsi lokasi perawatan dan riwayat dementia, sehingga mengurangi bias.

Limitasi Penelitian

Luaran penelitian ini menitikberatkan pada proporsi pasien yang mendapatkan diskusi mengenai tujuan perawatan dan evaluasi efeknya berdasarkan usia, jenis kelamin, riwayat dementia, ras atau etnis, dan tempat studi berlangsung. Sangat disayangkan dalam penelitian ini tidak didalami lebih lanjut mengenai kualitas komunikasi dan bagaimana feedback pasien, padahal ini lebih cocok dijadikan luaran primer dan dokumentasi lebih cocok dijadikan luaran sekunder. Diperlukan studi lebih lanjut terkait perspektif pasien dan pendamping terkait tujuan perawatan secara lebih detil.

Selain itu, oleh karena studi ini hanya dilakukan di tiga rumah sakit di Amerika Serikat, hasil studi ini belum dapat digeneralisasi ke lokasi lainnya.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Studi ini dilakukan di 3 rumah sakit di Amerika Serikat dan belum ada penelitian serupa di Indonesia. Studi ini mengindikasikan bahwa communication priming bermanfaat untuk mendorong dan memandu diskusi tentang tujuan perawatan pada pasien dengan penyakit serius.

Intervensi communication priming ditemukan efektif dalam meningkatkan dokumentasi diskusi tujuan perawatan. Meski begitu, studi ini belum menilai pendapat dari pasien dan apakah intervensi dapat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman pada pasien. Penerapan strategi komunikasi yang lebih baik bagi dokter diperlukan di Indonesia, sehingga penelitian yang menggunakan protokol ini merupakan ide bagus untuk melihat titik akhir respons pasien/keluarga dan dokumentasi tujuan terapi yang lebih baik.

Referensi