Efek Pemberian Statin Preoperatif Terhadap Luaran Klinis Pembedahan Jantung

Oleh :
dr.I.B. Komang Arjawa, Sp.JP, FIHA

Statin kerap diberikan preoperatif pada pasien yang akan menjalani operasi jantung karena diharapkan akan meningkatkan luaran klinis. Statin memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan yang telah lama dihubungkan dengan perbaikan luaran kardiak. Beberapa bukti terdahulu juga menunjukkan bahwa pemberian statin preoperatif dapat menurunkan tingkat komplikasi setelah operasi jantung, tetapi kekuatan buktinya masih lemah.[1-3]

Peran Pemberian Statin Preoperatif

Kejadian kardiovaskular mayor merupakan salah satu komplikasi yang paling diwaspadai pasca prosedur pembedahan jantung. Terapi perioperatif yang optimal penting untuk mencegah munculnya komplikasi tersebut. Secara garis besar, pemberian statin preoperatif pada pasien yang akan menjalani pembedahan jantung bertujuan untuk mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular selama dan setelah operasi.

Statin Preoperatif Terhadap Luaran Klinis Pembedahan Jantung

Statin memiliki efek pleiotropik, seperti menurunkan peradangan, meningkatkan stabilitas plak aterosklerotik, dan memperbaiki fungsi endotel. Ini diharapkan akan membantu menurunkan risiko kejadian iskemia miokard perioperatif, infark jantung, serta risiko aritmia. Selain itu, statin juga diharapkan dapat mengurangi kejadian gagal jantung dan mortalitas pasca operasi.

Beberapa panduan praktik klinis merekomendasikan pemberian statin preoperatif pada pasien yang menjalani coronary artery bypass grafting (CABG), terlepas dari profil lipid pasien. Penghentian terapi statin juga tidak direkomendasikan sebelum atau sesudah CABG pada pasien yang tidak mengalami efek samping dari terapi. Meski begitu, basis bukti yang mendukung praktik ini masih belum cukup kuat.[1-3]

Kajian Basis Bukti Mengenai Pengaruh Pemberian Statin Preoperatif terhadap Luaran Klinis

Sebuah studi yang melakukan pengacakan pada 151 pasien menunjukkan bahwa pemberian simvastatin 20 mg menghasilkan produksi nitrit oksida lebih tinggi dan menurunkan respon inflamasi perioperatif. Pada beberapa penelitian retrospektif non-RCT, pemberian statin preoperatif juga dihubungkan dengan penurunan kejadian infark miokard post-operatif, mortalitas, atrial fibrilasi, disfungsi neurologis, serta disfungsi renal dan infeksi.[4,5]

Meskipun ada data dari penelitian retrospektif, data lebih besar dari RCT terkait efek pemberian statin preoperatif terhadap luaran klinis, termasuk kematian post-operatif, masih saling bertentangan. Sebuah uji klinis terdahulu yang dilakukan pada pasien yang menjalani revaskularisasi miokard tidak menemukan efek bermakna dari pemberian atorvastatin preoperatif pada tingkat kematian.[6]

Hasil serupa juga ditemukan pada uji klinis LOAD yang melibatkan 648 statin-naïve partisipan. Uji klinis ini mengacak pasien untuk mendapat atorvastatin 80 mg dalam 18 jam sebelum operasi atau plasebo. Uji klinis ini tidak menemukan adanya penurunan risiko mortalitas, komplikasi kardiovaskular, maupun stroke pada kelompok yang mendapat statin.[7]

Dalam tinjauan Cochrane (2024) yang mengevaluasi data dari 8 uji klinis acak terkontrol (RCT) dan melibatkan total 5592 partisipan, pemberian statin preoperatif ditemukan tidak mempengaruhi luaran klinis pasien dewasa yang akan menjalani pembedahan jantung elektif. Analisis menunjukkan bahwa pemberian statin tidak memberikan efek bermakna terkait tingkat mortalitas 30 hari, aritmia, stroke, dan lama rawat. Efek terhadap kejadian kardiovaskular mayor dan disfungsi ginjal juga dianggap tidak jelas.[3]

Kesimpulan

Praktik pemberian statin preoperatif pada pasien yang akan menjalani pembedahan jantung diharapkan dapat menurunkan tingkat kematian dan kejadian kardiovaskular. Meski demikian, sebuah tinjauan Cochrane (2024) dan beberapa uji klinis lainnya menemukan bahwa pemberian statin tidak menghasilkan efek bermakna dalam hal tingkat kematian 30 hari, aritmia, lama rawat, kejadian kardiovaskular mayor, maupun disfungsi ginjal.

Referensi