Budesonide Suspensi Topikal sebagai Pilihan Terapi Esofagitis Eosinofilik

Oleh :
dr. Brenda Desy Romadhon

Budesonide suspensi, yang biasa digunakan pada terapi nebulizer untuk asma, dapat diberikan topikal untuk pengobatan esofagitis eosinofilik. Budesonide suspensi topikal adalah dengan membuat bubur oral viscous budesonide (OVB), sehingga saat ditelan zat budesonide dapat menempel langsung di dinding esofagus.

Walaupun pemberian budesonide suspensi oral tersebut off-label, tetapi terbukti dapat menurunkan jumlah hitung jenis eosinofil, memperbaiki gambaran endoskopi, hingga memperbaiki gejala esofagitis. Artikel ini adalah mempelajari efikasi pemberian steroid topikal, termasuk budesonide suspensi oral, dalam menginduksi remisi histologis dan klinis pada pasien esofagitis eosinofilik.[1,5-8]

Sumber: Openi, 2009 Sumber: Openi, 2009

Esofagitis Eosinofilik

Esofagitis eosinofilik merupakan peradangan esofagus yang ditandai dengan infiltrasi eosinofil pada mukosa superfisial esofagus, berhubungan dengan alergi makanan, infeksi, gastrooesofageal reflux (GERD), dan keadaan atopi lainnya, seperti asma, rhinitis alergi, dan dermatitis atopik.

Gejala yang muncul berupa disfagia disertai gejala-gejala lain yang mirip dengan GERD, seperti muntah, nausea, regurgitasi, nyeri dada dan epigastrium. Insidensi penyakit ini meningkat seiring berjalannya waktu. Studi populasi melaporkan insidensi esofagitis eosinofilik berkisar antara 0,1-1,2 per 10.000 orang di berbagai belahan dunia, didominasi oleh pria serta ras kaukasia.[2-4]

Terapi untuk esofagitis eosinofilik termasuk eliminasi diet, medikamentosa, bahkan endoskopi dilatasi. Medikamentosa yang diberikan biasanya obat kortikosteroid sistemik dan topikal, serta obat golongan proton pump inhibitor (PPI) seperti omeprazole, lansoprazole, atau pantoprazole. Efektifitas kortikosteroid sistemik sangat baik dalam menurunkan gejala esophagitis dan jumlah infiltrasi eosinofil di esofagus. Namun, terapi kortikosteroid untuk esofagitis eosinofilik membutuhkan waktu yang cukup lama sampai terjadinya penyembuhan, sehingga efek samping pemberian kortikosteroid sistemik jangka panjang merupakan hal yang harus dipertimbangkan.

Selain itu, angka kekambuhan yang cukup tinggi setelah terapi kortikosteroid dihentikan, menunjukkan bahwa pasien dengan esofagitis eosinofilik membutuhkan obat ini dalam jangka waktu yang lama dan berulang.[2-4]

Budesonide Suspensi Topikal

Budesonide suspensi adalah larutan yang biasa digunakan untuk terapi nebulizer penderita asma. Budesonide tergolong obat kortikosteroid yang memiliki efek antiinflamasi. Budesonide suspensi, pada kasus esophagitis eosinofilik, diberikan topikal dalam bentuk bubur oral viscous budesonide (OVB).[5,8]

OVB dapat dibuat dengan mencampur budesonide suspensi dalam respule dengan pemanis, seperti madu, hingga mencapai konsistensi yang cukup kental. Bila dibandingkan dengan menelan sediaan kortikosteroid semprot multi dose inhaler (MDI), bentuk bubur OVB lebih mudah dikonsumsi, terutama untuk pasien anak-anak. Beberapa peneliti, bekerja sama dengan perusahaan farmasi, saat ini sedang berusaha menyediakan OVB yang tahan lama dan cost effective.[5,13]

Dosis Budesonide Suspensi Topikal untuk Esofagitis Eosinofilik

Dosis budesonide suspensi topikal untuk penderita esofagitis eosinofilik adalah:

  • Dewasa: berkisar 1-2 mg budesonide, diberikan 2 kali sehari selama 8-12 minggu
  • Anak dengan tinggi badan <152 cm: dosis 1 mg/hari, 1 kali per hari selama 3 bulan
  • Anak dengan tinggi >152 cm: dosis 2 mg/hari, 1 kali per hari selama 3 bulan[6-8]

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gupta et al, membandingkan efektivitas budesonide dosis rendah (0,35 mg/hari), dosis medium (1,4 mg/hari), dan dosis tinggi (2,8 mg/hari) selama 12 minggu. Pada akhir penelitian, respon perbaikan dinilai dari persentase hitung jenis eosinofil yang mencapai ≤ 6 eosinofil/LPB serta skor gejala esophagitis eosinofilik yang menurun ≥50%.

Didapatkan respon perbaikan terbanyak terdapat pada kelompok dosis medium (52%, p=.0092) dan dosis tinggi (47,1%, p=0.174). Tidak ada perbedaan respon perbaikan bermakna pada kelompok dosis rendah (11,8%) dibandingkan kelompok plasebo.[9]

Penyerapan OVB diharapkan terjadi langsung pada permukaan esofagus. Oleh sebab itu, dalam pemberian budesonide suspensi topikal pasien diminta untuk tidak makan, tidak minum (selain air putih), tidak menyikat gigi, dan tidak mencuci mulut 30 menit sebelum dan sesudah mengonsumsi sediaan tersebut.[5,9]

Efikasi Budesonide Suspensi Oral

Sebuah studi retrospektif kohort yang dilakukan oleh Reed CC et al. menguji efikasi budesonide suspensi yang diberikan topikal, dengan dosis total 2 mg/hari selama 8-12 minggu. Dari 48 pasien terdapat penurunan signifikan gejala disfagia (p<0.001), heartburn (p<0.06), nyeri dada, muntah, dan adanya perbaikan gejala secara global.

Rerata hitung jenis eosinofil menurun dari 55 menjadi 22 eosinofil/LPB (p<0.001). Pada studi ini, perbaikan gejala dan jumlah eosinofil tetap rendah setelah follow up bulan ke-17. Hal ini menunjukkan budesonide suspensi topikal mampu mempertahankan respon terapi cukup lama.[5]

Suatu studi systematic review dan meta-analisis oleh Rawla et al, meneliti 555 sampel penelitian dari 12 uji klinis acak dan non acak, menunjukkan adanya perbaikan secara klinis (perbaikan gejala), histologi (penurunan hitung jenis eosinofil), dan juga perbaikan gambaran endoskopi esofagus.

Perbandingan respon histologi dibanding plasebo menunjukkan risk ratio sebesar 11.93 (CI 95%, p>0,001). Rerata penurunan hitung jumlah eosinofil pada kelompok eksperimental dibanding plasebo sebesar -69,41 (CI 95% p<0,001). Pada kelompok penelitian non acak, rerata penurunan pre dan post terapi budesonide sebesar 46,85 (CI 95% p<0,001).[6]

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Dellon ES et al membandingkan efikasi budesonide OVB 1 mg/4 mL dua kali sehari selama 8 minggu, dibandingkan dengan fluticasone metered dose inhalers (MDI) 880 µg dua kali sehari selama 8 minggu. Sebelum perlakuan rerata hitung eosinofil awal sebesar 73 eosinofil/LPB pada grup OVB, dan 77 eosinofil/LPB pada grup fluticasone MDI. Sedangkan skor DSQ (dysphagia symptom questionnaire) berturut-turut 11 dan 8.

Setelah perlakuan, rerata hitung eosinofil sebesar 15 eosinofil/LPB pada kelompok OVB, dan 21 eosinofil/LPB pada kelompok fluticasone MDI. Skor DSQ menjadi 5 dan 4 berturut-turut. Kandidiasis esofagus terjadi sebanyak 12% pada pasien dengan terapi OVB dan 16% pada kelompok fluticasone MDI, sedangkan oral trush berturut-turut 3% dan 2%.

Tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok ini, sehingga peneliti menyimpulkan kedua terapi ini sama-sama dapat diterima sebagai pilihan terapi esofagitis eosinofilik.[7]

Efek Samping Budesonide Suspensi Oral

Efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang adalah munculnya kondisi immunocompromised yang menyebabkan munculnya penyakit oportunistik. Kandidiasis esofagus, kandidiasis oral (oral thrush), dan infeksi herpes simpleks labialis merupakan penyakit yang dapat timbul akibat penggunaan kortikosteroid jangka panjang, meskipun hal ini sangat jarang.

Sebanyak 12% ditemukan kandidiasis esofagus sebagai efek samping terapi budesonide topikal, sedangkan oral trush sebanyak 3%. Kandidiasis esofagus bersifat asimtomatik dan biasanya ditemukan saat endoskopi. Kondisi klinis berupa plak pseudomembran keputihan baik yang ditemukan saat endoskopi maupun yang muncul di rongga mulut perlu diperhatikan. Meskipun dapat muncul, pengobatan kandidiasis esofagus ataupun oral tergolong mudah, yakni dengan antijamur sistemik.[7,10]

Secara teori, penggunaan kortikosteroid topikal jangka lama juga dapat menimbulkan insufisiensi adrenal, atrofi mukosa esofagus, dan osteoporosis. Loke et al melaporkan peningkatan risiko fraktur sebesar 1,27 kali pada penggunaan kortikosteroid inhalasi pasien penyakit paru obstruktif kronik.

Masih belum ada laporan munculnya kasus efek samping atrofi mukosa esofagus dan osteoporosis pada penggunaan OVB untuk esophagitis eosinofilik. Namun, Hsu et al. melaporkan 4,7% anak dengan esophagitis eosinofiik yang disertai asma dan mendapatkan pengobatan steroid topikal mengalami insufisiensi adrenal. Meskipun pada penelitian tersebut, insufisiensi adrenal terjadi secara asimtomatik.[11,12,14]

Kesimpulan

Budesonide suspensi oral cukup efektif digunakan sebagai pilihan terapi esofagitis eosinofilik. Penggunaan Budesonide suspensi oral mampu memperbaiki kondisi klinis, gambaran histologis dan gambaran endoskopi esofagus. Dosis dewasa 1-2 mg, dua kali sehari, selama 8-12 minggu menunjukkan luaran yang baik. Meskipun demikian, efek samping tersering berupa infeksi kandidiasis esofagus dan mulut perlu diperhatikan.

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi