Pendekatan tata laksana aneurisma intrakranial yang tidak ruptur (Unruptured Intracranial Aneurysm, UIA) mencakup manajemen konservatif, kliping bedah mikro, dan coil endovaskular. Semua pilihan tata laksana tersebut memiliki potensi risiko dan manfaat masing-masing, tetapi hingga kini masih belum ada konsensus mengenai pendekatan mana yang ideal.
UIA merupakan pelebaran pembuluh darah arteri otak yang bersifat rentan mengalami ruptur. Prevalensi UIA pada populasi paruh baya mencapai 3% di seluruh dunia, dengan lokasi tersering pada area bifurkasio. Secara klinis, UIA dapat menimbulkan gejala pertumbuhan aneurisma atau bahkan tidak menunjukkan gejala dalam kurun waktu yang lama. Aneurisma asimptomatik umumnya ditemukan secara tidak sengaja saat pasien menjalani pencitraan kepala akibat kondisi medis lain, misalnya cedera otak traumatik. Rupturnya aneurisma intrakranial akan menyebabkan perdarahan subaraknoid (Subarachnoid haemorrhage, SAH), yang merupakan jenis stroke dengan prognosis yang buruk.[1-3]
Faktor Risiko Ruptur Aneurisma
Aneurisma paling banyak ditemukan pada rentang usia 35 hingga 60 tahun (usia produktif) dengan perbandingan perempuan dan pria kurang lebih 3:2.[3] Beberapa faktor telah dikaitkan dengan perkembangan, pertumbuhan, dan ruptur aneurisma, antara lain konsumsi alkohol, perokok, jenis kelamin perempuan, terapi hormon estrogen, usia lanjut, riwayat penyakit keluarga serupa, dan hipertensi yang tidak terkontrol.[3,4]
Secara klinis, risiko ruptur dapat diperkirakan menggunakan skor risiko PHASES (Tabel 1). Dari sistem skor tersebut, risiko absolut ruptur aneurisma dalam 5 tahun sebesar:
- ≤2 poin: 0,4%
- 3 poin: 0,7%
- 4 poin: 0,9%
- 5 poin: 1,3%
- 6 poin: 1,7%
- 7 poin: 2,4%
- 8 poin: 3,2%
- 9 poin: 4,3%
- 10 poin: 5,3%
- 11 poin: 7,2%
- ≥ 12 poin: 17,8%[6]
Tabel 1. Skor Risiko Ruptus Aneurisma Serebral
Kriteria | Poin |
Populasi | |
Amerika Utara dan Eropa (kecuali Finlandia) | 0 |
Jepang | 3 |
Finlandia | 5 |
Hipertensi | |
Ya | 1 |
Tidak | 0 |
Usia | |
< 70 tahun | 0 |
≥ 70 tahun | 1 |
Ukuran Aneurisma | |
<7,0 mm | 0 |
7,0–9,9 mm | 3 |
10,0–19,9 mm | 6 |
≥20,0 mm | 10 |
Riwayat Perdarahan Subarakhnoid Akibat Aneurisma | |
Tidak | 0 |
Ya | 1 |
Lokasi Aneurisma | |
Arteri karotid interna | 0 |
Arteri serebral media | 2 |
Arteri serebral anterior/ posterior communicating artery/ sirkulasi posterior | 4 |
Sumber: Greving et al, 2014.[6]
Opsi Penatalaksanaan Aneurisma Intrakranial
Hingga kini, penatalaksanaan aneurisma intrakranial yang tidak ruptur (Unruptured Intracranial Aneurysm, UIA) masih banyak menjadi perdebatan. Secara umum, terdapat 2 pilihan tata laksana yang tersedia, yaitu pengobatan konservatif (observasi dan manajemen faktor risiko) serta tindakan operatif (kliping bedah mikro dan coiling endovaskular).[1]
Pendekatan Konservatif
Pendekatan konservatif dipertimbangkan dalam kasus di mana prosedur dinilai memiliki risiko tinggi atau tidak memiliki manfaat bermakna. Pada pendekatan konservatif, dilakukan observasi ketat dan manajemen faktor risiko, misalnya dengan mengontrol hipertensi.[1]
Ukuran aneurisma dipantau secara berkala dengan MRI angiografi atau CT angiografi. Belum ada bukti konklusif yang dapat merekomendasikan interval dan frekuensi pemantauan. Beberapa studi menyarankan pemantauan dengan modalitas pencitraan setidaknya 6-12 bulan setelah diagnosis awal. Pemantauan kontinu setiap tahun atau setiap 2 tahun dapat dipertimbangkan setelahnya, jika aneurisma dianggap cukup stabil.[1,3,7]
Tindakan Operatif
Kliping bedah mikro adalah operasi yang dapat digunakan untuk mengatasi aneurisma intrakranial dengan memungkinkan drainase perdarahan selama prosedur dan menghindari terjadinya hipertensi intrakranial. Namun, tindakan ini dikaitkan dengan risiko morbiditas yang tinggi, seperti defisit neurologi, kelumpuhan saraf kranial, infeksi, dan durasi rawat inap yang lebih lama. Sementara itu, coil endovaskular memiliki beberapa keunggulan dibandingkan kliping, seperti pengurangan waktu prosedur dan anestesi, serta risiko morbiditas (defisit neurologis, kelumpuhan saraf kranial, infeksi, cacat berat) dan kematian di rumah sakit yang lebih kecil. Namun, kelemahan dari tindakan ini adalah daya tahan yang cenderung lebih rendah.[1]
Kliping bedah memungkinkan kliping langsung setelah kraniotomi dilakukan. Coil endovaskular adalah metode noninvasif yang memungkinkan aneurisma diisi dengan coil, sehingga menghindari ruptur dengan menyangga tekanan hemodinamik.[1,3]
Pemilihan Pendekatan Konservatif Atau Operatif
Pengelolaan aneurisma intrakranial yang tidak ruptur (Unruptured Intracranial Aneurysm, UIA) cenderung kompleks karena sulit memprediksi secara akurat kapan aneurisma akan ruptur. Meskipun demikian, beberapa literatur menyebutkan pengontrolan faktor risiko yang dapat dimodifikasi memiliki peranan penting.[1,4,5] Studi terkait korelasi antara faktor risiko yang dapat dimodifikasi, seperti hipertensi dan merokok, dengan ruptur aneurisma menekankan pentingnya edukasi modifikasi gaya hidup, berhenti merokok, dan kontrol tekanan darah.[3,4] Selain itu, beberapa studi menunjukkan manfaat penggunaan aspirin maupun antikoagulan meskipun masih dalam perdebatan.[3,5]
Umumnya, aneurisma berukuran <7 mm diterapi secara konservatif karena kemungkinan ruptur yang lebih kecil.[1] Sumber lain menyebutkan kurang dari 5 mm.[2] Namun, pada pasien dengan faktor risiko seperti penyakit ginjal polikistik, sindrom Ehlers-Danlos tipe IV, sindrom Marfan, merokok, memiliki riwayat keluarga dengan aneurisma atau perdarahan subarachnoid, dan pasien dengan aneurisma yang sudah pecah di lokasi lain, diperlukan perhatian khusus.[1,2]
Perlu dicatat bahwa terdapat banyak variabel yang berbeda dalam aneurisma, seperti ukuran, lokasi, adanya kalsifikasi, lobulasi, cabang, dan komorbiditas pasien. Studi lebih lanjut diperlukan untuk lebih memastikan mana pendekatan manajemen terbaik dan untuk lebih memahami evolusi penyakit.[1]
Pemilihan Kliping Bedah Mikro
Kliping bedah mikro diyakini memberikan pengobatan definitif dan jangka panjang untuk aneurisma, tetapi basis bukti ilmiah terkait efikasinya masih menunjukkan hasil bervariasi. Data terkait risiko kliping inkomplit dan bagaimana kemungkinan ruptur jangka panjang setelah dilakukan kliping bedah masih terbatas.
Aneurisma berukuran >10 mm, lokasi aneurisma pada sirkulasi posterior, adanya penyulit seperti aterosklerosis dan kalsifikasi, serta usia pasien ≥ 50 tahun merupakan beberapa prediktor luaran lebih buruk pada kliping bedah. Selain itu, kliping sebaiknya dilakukan pada layanan kesehatan yang memiliki volume kasus aneurisma intrakranial yang lebih besar.[7]
Pemilihan Coil Endovaskular
Tindakan coil endovaskular lebih disukai karena lebih tidak invasif. Secara umum, tindakan ini menunjukkan angka kegagalan dan risiko komplikasi yang rendah. Bukti ilmiah yang ada mengindikasikan bahwa tindakan coil endovaskular lebih aman dibandingkan kliping bedah pada pasien berusia di atas 50 tahun. Meski demikian, perlu dicatat adanya risiko rekanalisasi aneurisma karena durabilitas coil lebih rendah dibandingkan kliping bedah, serta terdapat risiko cedera radiasi akibat paparan selama tindakan dilakukan.[7,8]
Kesimpulan
Belum ada cukup bukti berkualitas baik untuk merekomendasikan pengobatan konservatif atau tindakan operatif seperti kliping bedah mikro dan coil endovaskular dalam penatalaksanaan aneurisma intrakranial yang tidak ruptur (Unruptured Intracranial Aneurysm, UIA). Pemilihan terapi perlu melihat skenario klinis masing-masing pasien, termasuk ukuran dan lokasi aneurisma intracranial, usia pasien, adanya komorbiditas, serta penyulit seperti aterosklerosis dan kalsifikasi. Uji klinis acak lebih lanjut masih diperlukan sebelum rekomendasi pemilihan jenis tindakan, pasien, dan intervensi dapat dilakukan.