Peran Pungsi Lumbal dalam Diagnosis Perdarahan Subaraknoid

Oleh :
dr.Christian Permana

Peran pungsi lumbal dalam diagnosis perdarahan subaraknoid di era CT scan yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi masih belum jelas. Pungsi lumbal merupakan prosedur invasif dengan risiko efek samping, memerlukan waktu tunggu minimal 12 jam sejak timbulnya gejala, dan hasilnya dapat membingungkan akibat perdarahan dari tap traumatik.

Perdarahan subaraknoid atau subarachnoid hemorrhage (SAH) adalah ekstravasasi darah ke ruang antara lapisan arachnoid dan piameter dari selaput meninges. CT scan kepala nonkontras merupakan pemeriksaan pilihan pertama dalam mendiagnosis SAH, tetapi jarak antara onset perdarahan dan CT scan yang semakin jauh akan menurunkan sensitivitas pemeriksaan.[1-3]

PungsiLumbalPerdarahanSubaraknoid

Tujuan Pungsi Lumbal pada Perdarahan Subarakhnoid

Pungsi lumbal merupakan pemeriksaan invasif dengan banyak risiko komplikasi, sehingga pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk semua pasien dengan keluhan dugaan SAH. Berbagai studi mengindikasi pungsi lumbal pada pasien dengan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik kecurigaan tinggi SAH, tetapi hasil CT scan kepala nonkontras menemukan gambaran SAH.[2-4]

Tanda patognomonik SAH pada pungsi lumbal adalah eritrosit atau cairan berwarna kekuningan (xanthochromia) pada cairan serebrospinal (CSS). Xanthochromia adalah warna kekuningan pada CSS akibat pemecahan eritrosit menjadi oxyhemoglobin, yang kemudian akan diubah menjadi bilirubin in vivo.[2-4]

Risiko Trauma Akibat Pungsi Lumbal

Eritrosit pada CSS harus dibedakan dengan eritrosit akibat trauma injeksi pungsi lumbal. Eritrosit akibat trauma dapat mencapai 30% kasus dari tindakan pungsi lumbal LP.[3]

Eritrosit akibat trauma injeksi pungsi lumbal juga dapat menghasilkan oxyhemoglobin jika terekspos cahaya. Namun, oxyhemoglobin di sini tidak diubah menjadi bilirubin karena proses tersebut terjadi diluar tubuh. Oleh karena itu, melindungi CSS dari cahaya setelah pengambilan sampel dapat mencegah pengubahan eritrosit menjadi oxyhemoglobin.[2,3]

Upaya Membedakan Eritrosit Akibat Trauma dengan Perdarahan Subarakhnoid

Spektrofotometri CSS dapat digunakan untuk membedakan oxyhemoglobin akibat trauma pungsi lumbal atau bilirubin pada SAH, tetapi pemeriksaan ini tidak banyak tersedia di fasilitas kesehatan.  Selain itu, bilirubin dari eritrosit baru terbentuk setelah 12 jam pasca perdarahan.[2,3]

Penelitian oleh Perry et al menyarankan untuk pengambilan 4 tabung berbeda sampel CSS, sebagai upaya membedakan eritrosit pada SAH atau akibat trauma pungsi lumbal. Jika eritrosit dalam CSS akibat trauma, maka jumlah eritrosit akan semakin sedikit pada tabung keempat jika dibandingkan dengan tabung pertama.[3,5]

Jika pada tabung keempat memiliki >2.000x106 sel darah merah dengan warna xanthochromia, maka kemungkinan besar disebabkan oleh SAH. Sebaliknya, jika eritrosit  <2000x106  dan tidak terdapat xanthochromia, maka diagnosis SAH dapat disingkirkan.[3,5]

Penelitian Terkait Pungsi Lumbal pada Perdarahan Subarakhnoid

Pemeriksaan pungsi lumbal di era dengan pemeriksaan CT scan yang semakin baik sudah jarang dilakukan. Penelitian oleh Sayer et al yang melibatkan 2.248 pasien dengan kecurigaan SAH, dan dilakukan pemeriksaan pungsi lumbal kemudian CT scan kepala. Sebanyak 92 pasien ​​(4,8%) positif mengandung darah, dan di antaranya hanya 8 pasien yang memiliki aneurisma pada pencitraan lebih lanjut, dan 1 pasien memiliki fistula kavernosa karotis.[8]

Penelitian ini menyimpulkan bahwa LP setelah CT kepala negatif memiliki hasil diagnostik yang sangat rendah untuk kasus SAH. Mungkin hal ini karena prevalensi penyakit yang rendah, serta sampel yang tidak dapat diinterpretasikan atau tidak meyakinkan.[8]

Penelitian oleh Rankin et al menunjukkan dari 1.761 pemeriksaan LP dengan warna xanthochromia, ternyata hanya 9 sampel yang positif SAH. Selain itu, angka false positive tinggi, sebesar 65%.[6]

Pemeriksaan pungsi lumbal juga memiliki risiko komplikasi. Gill et al menunjukkan risiko komplikasi pungsi lumbal sebesar 4% dari 342 subjek. Di mana 13 pasien mengalami post-dural headaches dan 1 pasien mengalami perdarahan epidural.[7]

Kesimpulan

Pemeriksaan pungsi lumbal (LP) untuk menegakkan diagnosis perdarahan subaraknoid (SAH) memiliki banyak kekurangan, seperti waktu pemeriksaan yang dapat dilakukan setelah 12 jam onset SAH sehingga memperlambat penegakan diagnosis dan terapi, serta pemeriksaan yang invasif. Selain itu, angka false positive LP cukup tinggi, sehingga memerlukan alat  spektrofotometri untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas, tetapi  alat ini jarang tersedia di laboratorium.

LP juga memiliki risiko perdarahan, yang dapat mempersulit interpretasi cairan serebrospinal (CSS), apakah darah atau xanthochromia yang disebabkan oleh SAH atau darah akibat traumatic tap. CT scan kepala adalah pemeriksaan lini pertama untuk diagnosis SAH.

Dalam sejumlah kecil kasus, di mana pasien memiliki CT scan negatif dengan kecurigaan klinis tingkat tinggi perdarahan subarachnoid, penelitian tidak menunjukkan bahwa LP dapat meningkatkan diagnosis SAH. Oleh karena itu, manfaat pemeriksaan LP lebih sedikit daripada risiko pemeriksaan.

Referensi