Kontraindikasi ECMO & ECPR
Kontraindikasi Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO) meliputi kondisi ireversibel tanpa opsi terapi definitif, kerusakan neurologis berat, serta kontraindikasi absolut terhadap antikoagulasi. Extracorporeal Cardiopulmonary Resuscitation (ECPR) dikontraindikasikan bila henti jantung disebabkan oleh penyakit terminal, terjadi keterlambatan signifikan dalam inisiasi, atau terdapat cedera otak hipoksik ireversibel.[2,5,8-11]
Kontraindikasi ECMO
Kontraindikasi absolut ECMO mencakup kondisi medis yang membuat terapi ini tidak memberikan manfaat klinis atau justru menimbulkan risiko yang lebih besar. Misalnya, pasien dengan penyakit terminal atau disfungsi organ multipel yang ireversibel tidak akan memperoleh perbaikan jangka panjang dari ECMO. Begitu pula, pasien dengan kerusakan neurologis berat akibat hipoksia tidak direkomendasikan, karena meskipun fungsi kardiorespirasi dapat dipertahankan, kualitas hidup pasca-ECMO tetap buruk.
Selain itu, kebutuhan antikoagulasi sistemik selama ECMO membuat adanya kontraindikasi absolut pada pasien dengan perdarahan masif yang tidak terkontrol atau gangguan koagulasi berat. Dalam situasi ini, risiko komplikasi perdarahan akan jauh melebihi potensi manfaat ECMO.
Kontraindikasi relatif meliputi usia lanjut, obesitas ekstrem, atau adanya komorbiditas signifikan seperti sirosis hati atau kanker lanjut, yang menurunkan peluang kesintasan atau keberhasilan. Faktor teknis seperti keterlambatan inisiasi ECMO atau tidak tersedianya dukungan tim multidisiplin juga harus dipertimbangkan.[5,8-11]
Kontraindikasi ECPR
Kontraindikasi ECPR pada dasarnya mengikuti prinsip dasar bahwa intervensi ini hanya bermanfaat bila terdapat kemungkinan reversibilitas penyebab henti jantung dan prognosis neurologis yang masih baik. Pasien dengan penyakit terminal atau kondisi medis yang tidak dapat diperbaiki, seperti kanker stadium akhir atau gagal organ multipel yang ireversibel, tidak dianjurkan untuk menjalani ECPR karena tindakan ini tidak akan memperbaiki kualitas maupun kuantitas hidup.
Selain itu, adanya kerusakan neurologis berat akibat hipoksia, yang ditandai dengan waktu henti jantung lama tanpa ROSC (return of spontaneous circulation) atau bukti klinis dan radiologis cedera otak anoksik, juga merupakan kontraindikasi. Dalam kasus tersebut, walaupun fungsi sirkulasi dapat dipertahankan dengan ECMO, sangat kecil kemungkinan pasien untuk mencapai pemulihan neurologis bermakna.
Kontraindikasi lain mencakup keterlambatan signifikan dalam inisiasi ECPR, misalnya ketika akses ke fasilitas ECMO memakan waktu lama sehingga periode low-flow terlalu panjang. Selain itu, pasien dengan perdarahan masif yang tidak terkontrol, gangguan koagulasi berat, atau trauma mayor juga berisiko tinggi mengalami komplikasi fatal selama prosedur.[2,3,5,7,9]