Komplikasi ECMO & ECPR
Komplikasi tindakan Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO) mencakup perdarahan akibat kebutuhan antikoagulasi, tromboemboli, disfungsi organ sekunder, serta komplikasi teknis terkait kanulasi dan sirkuit. Pada Extracorporeal Cardiopulmonary Resuscitation (ECPR), selain risiko tersebut, tambahan komplikasi dapat berupa kerusakan neurologis akibat waktu low-flow yang berkepanjangan serta cedera akibat resusitasi intensif.[2,5,6,12]
Komplikasi Tindakan ECMO
Komplikasi ECMO dapat timbul dari aspek teknis prosedur, kebutuhan antikoagulasi, maupun dampak fisiologis penggunaan mesin ekstrakorporeal. Salah satu komplikasi tersering adalah perdarahan, baik berupa perdarahan mayor (intrakranial, gastrointestinal, atau hemotoraks) maupun perdarahan minor di tempat kanulasi. Hal ini terutama disebabkan oleh kebutuhan pemberian antikoagulan sistemik untuk mencegah trombosis sirkuit.
Selain perdarahan, tromboemboli juga menjadi komplikasi signifikan. Aktivasi sistem koagulasi dan kontak darah dengan permukaan sirkuit dapat menyebabkan pembentukan trombus, yang berisiko menimbulkan emboli sistemik pada VA ECMO atau emboli paru pada VV ECMO.
Komplikasi lain yang sering dijumpai adalah infeksi, terutama pada area kanulasi vaskular, yang dapat berkembang menjadi sepsis bila tidak ditangani secara adekuat. Disfungsi organ sekunder, seperti gagal ginjal akut akibat hipoperfusi atau hemolisis terkait pompa, juga dapat terjadi. Selain itu, komplikasi teknis seperti malposisi kanula, diseksi vaskular, atau iskemia ekstremitas (pada VA ECMO dengan kanulasi arteri femoralis) juga harus diwaspadai.[2,5,6]
Komplikasi Tindakan ECPR
Komplikasi ECPR pada dasarnya mencakup seluruh risiko yang terdapat pada ECMO, namun dengan tambahan tantangan akibat kondisi emergensi dan status pasien yang lebih kritis. Salah satu komplikasi utama adalah kerusakan neurologis, yang terjadi karena periode low-flow selama henti jantung sebelum inisiasi ECMO.
Cedera otak anoksik dapat menyebabkan defisit neurologis permanen meskipun fungsi sirkulasi berhasil dipulihkan, sehingga outcome neurologis menjadi faktor penentu keberhasilan jangka panjang. Selain itu, komplikasi perdarahan sering dijumpai karena kebutuhan antikoagulasi sistemik ditambah trauma jaringan akibat resusitasi kardiopulmoner. Tromboemboli juga tetap menjadi risiko, baik akibat aktivasi koagulasi maupun akibat hemodinamik yang tidak stabil.
Infeksi merupakan komplikasi lain yang harus diwaspadai, terutama karena kanulasi dilakukan dalam kondisi emergensi yang sering kali kurang ideal secara aseptik. Lebih lanjut, komplikasi teknis seperti malposisi kanula, diseksi vaskular, atau iskemia ekstremitas lebih sering terjadi pada ECPR dibanding ECMO elektif, karena prosedur dilakukan dalam waktu singkat di bawah tekanan resusitasi.[2,5,12]