Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Teknik Pemeriksaan Sistem Motorik general_alomedika 2021-12-21T11:00:22+07:00 2021-12-21T11:00:22+07:00
Pemeriksaan Sistem Motorik
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Pemeriksaan Sistem Motorik

Oleh :
dr.Yeni Purnamasari
Share To Social Media:

Teknik pemeriksaan sistem motorik termasuk penilaian sikap badan / postur, bentuk dan ukuran otot, gerakan abnormal yang tidak terkendali, tonus otot, gerakan ekstremitas, dan kekuatan otot. Pemeriksaan ini dilakukan dalam posisi berdiri, duduk, maupun berbaring. [9,10]

Persiapan Pasien

Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan sistem motorik adalah :

  1. Melakukan anamnesis secara detail sebelum memulai prosedur pemeriksaan sistem motorik karena berhubungan dengan lokasi tempat pemeriksaan
  2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien
  3. Memastikan keadaan ruangan pemeriksaan tertutup, sehingga dapat menjamin kerahasiaan pasien, serta memiliki penerangan yang baik dan mintalah pendampingan oleh perawat, yang dapat bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan yang tidak benar, ditinjau dari pihak pemeriksa, maupun pasien
  4. Memberikan instruksi kepada pasien untuk mengatur posisi sesuai pemeriksaan yang akan dilakukan dapat berdiri, duduk, atau berbaring apabila pasien tidak mampu duduk atau berdiri [9]

Peralatan

Pada pemeriksaan sistem motorik tidak dibutuhkan dan diperlukan peralatan dasar. [9]

Posisi Pasien

Untuk melakukan pemeriksaan sistem motorik pasien dapat diposisikan berdiri maupun duduk, tergantung dari jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Namun apabila pasien tidak dapat berdiri atau duduk, maka pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara berbaring dan pemeriksa berada di sebelah sisi pasien. [9]

Prosedural

Pemeriksaan sistem motorik pada pasien melibatkan berbagai macam pemeriksaan. Pada pemeriksaan sistem motorik, setiap bagian badan yang dapat bergerak dapat dilakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi, gerakan pasif dan gerakan aktif, serta kekuatan otot. [10]

Inspeksi

Pemeriksaan inspeksi dilakukan dengan memperhatikan sikap badan (postur), bentuk dan ukuran otot, dan gerakan abnormal yang tidak terkendali. Berikut prosedur pemeriksaan inspeksi yang dapat dilakukan :

  1. Inspeksi sikap badan dan gait: mengamati sikap badan pasien secara keseluruhan dan sikap setiap anggota tubuh pasien. Pemeriksa mengamati sikap pasien saat berdiri, duduk, berbaring, bergerak, dan saat berjalan
  2. Inspeksi bentuk dan ukuran otot: membandingkan dengan sisi yang sehat, baik dalam keadaan otot beristirahat, maupun keadaan berkontraksi. Pengamatan harus dilakukan secara sistematis dimulai dari daerah kepala dan wajah, hingga ekstremitas bawah. Perhatikan adanya perubahan bentuk otot (atrofi, hipotrofi, atau hipertrofi). Pada kasus kelumpuhan sejak kanak-kanak, ukuran anggota gerak atas atau bawah yang mengalami kelumpuhan akan terlihat lebih pendek dibandingkan dengan anggota gerak yang sehat
  3. Inspeksi gerakan abnormal tidak terkendali: dapat berupa tremor (fisiologis, halus, kasar), khorea, atetosis, balismus, tik, fasikulasi, mioklonik, dan spasme [9]

Palpasi

Sebelum melakukan pemeriksaan palpasi, mintalah pasien untuk tenang dan mengistirahatkan otot-ototnya, agar tidak terjadi kesalahan penilaian sewaktu pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan palpasi otot-otot ekstremitas bagian atas termasuk otot triseps, biseps, dan otot-otot lengan bawah. Sedangkan pemeriksaan palpasi otot-otot ekstremitas bawah termasuk otot-otot paha dan betis. Penilaian dilakukan dengan cara sebagai berikut :

  1. Membandingkan otot yang sakit dengan otot yang sama pada sisi tubuh lain yang sehat
  2. Melakukan pemeriksaan terlebih dahulu pada otot yang sehat
  3. Palpasi dengan pemijatan otot untuk menilai tonus otot (normal, hipotoni, atau hipertoni)
  4. Menanyakan pasien apakah terasa nyeri saat dilakukan palpasi [9]

Pemeriksaan Gerakan

Pemeriksaan gerakan dilakukan untuk menilai luas gerak persendian dan dibagi menjadi pemeriksaan gerakan pasif dan gerakan aktif. Pada pemeriksaan motorik, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara pasif terlebih dahulu kemudian dilanjutkan pemeriksaan secara aktif. [9]

Pemeriksaan Gerakan Pasif :

Pasien diminta untuk tenang dan mengistirahatkan ekstremitas yang akan diperiksa. Pemeriksa kemudian menggerakkan ekstremitas pasien (tungkai atau lengan) pada persendian hingga ekstremitas dalam keadaan fleksi kemudian diekstensikan kembali, dengan gerakan yang dibuat bervariasi, yaitu pada awalnya cepat, kemudian lambat, cepat kembali, lebih lambat, seterusnya bergantian dan berulang-ulang. Pemeriksaan dilakukan pada ekstremitas yang sehat terlebih dahulu, lalu pada ekstremitas sisi yang sakit. Sambil mengerjakan ekstremitas lakukan penilaian ada tidaknya tahanan (kekakuan), baik berupa spastisitas, maupun rigiditas. Pada keadaan normal, jika pasien benar mengistirahatkan persendian, tidak ditemukan adanya tahanan. [9,10]

Pemeriksaan Gerakan Aktif :

Memeriksa range of motion (ROM) pada ekstremitas atas dan bawah dengan cara mengatur posisi pasien, dapat duduk atau berbaring bagi pasien yang tidak mampu duduk. Pemeriksaan range of motion (ROM) juga bermanfaat untuk meningkatkan fleksibilitas pasien dengan gangguan gait. Berikut pemeriksaan gerakan aktif antara lain :

  1. Pada pemeriksaan ekstremitas atas,  dilakukan gerakan rotasi lengan pada persendian bahu, dan meminta pasien menggerakkan bahunya ke atas, bawah, depan, dan belakang. Apabila pasien tidak dapat menggerakkan lengannya, cukup menggerakkan sendi-sendi kecil pada jari tangan, atau menggeser lengannya dan bandingkan antara sisi sehat dan sakit
  2. Pada pemeriksaan ekstremitas bawah, dimulai pada tungkai yang sehat terlebih dahulu kemudian sisi yang sakit. Meminta pasien untuk menggerakkan tungkainya pada persendian paha setinggi mungkin ke arah belakang, samping kanan dan kiri. Apabila pasien tidak dapat mengangkat tungkai, dapat menggerakkan sendi-sendi kecil pada jari kaki, atau menggeser tungkainya. Bandingkan gerakan yang sakit dengan yang sehat, dan lakukan penilaian gerakan [9]

Pemeriksaan Kekuatan Otot-otot

Pemeriksaan kekuatan otot digunakan untuk menilai disfungsi dari kekuatan otot pasien. Derajat kekuatan otot dinyatakan dalam skala pengukuran menggunakan angka, dimulai dari angka nol hingga lima. Semakin kecil angka maka semakin lemah kekuatan otot, sebaliknya semakin besar angka maka semakin besar kekuatan otot. Berikut interpretasi dari pengukuran derajat kekuatan otot :

  • Derajat 0: tidak terdapat kontraksi otot sama sekali, atau lumpuh total
  • Derajat 1: terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak dapat menggerakan persendian
  • Derajat 2: pasien mampu menggerakkan ekstremitas, namun gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat, misalnya pasien mampu menggeser lengan namun tidak dapat mengangkatnya
  • Derajat 3: kekuatan otot sangat lemah, akan tetapi anggota tubuh dapat digerakkan melawan gaya gravitasi
  • Derajat 4: kekuatan otot lemah, tetapi anggota tubuh dapat digerakkan melawan gaya gravitasi, dan dapat pula menahan sedikit tahanan yang diberikan
  • Derajat 5: tidak didapatkan kelumpuhan, atau kondisi normal [11]

Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas :

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam berbagai posisi pemeriksaan, antara lain duduk, berdiri, atau berbaring. Pemeriksa menahan gerakan otot untuk menilai kekuatan otot. Pemeriksaan dilakukan pada sisi yang sehat terlebih dahulu kemudian dibandingkan dengan sisi yang sakit. Pemeriksaan kekuatan otot-otot ekstremitas atas adalah :

  • Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi otot lengan bawah
  • Pemeriksaan kekuatan adduksi dan abduksi otot lengan
  • Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
  • Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi sendi metakarpal
  • Pemeriksaan kekuatan abduksi dan adduksi jari tangan
  • Pemeriksaan kekuatan menggenggam [9-11]

Pemeriksaan Kekuatan Otot-Otot Ekstremitas Bawah :

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu, bandingkan dengan kekuatan otot pada sisi yang sehat. Lakukan penilaian kekuatan otot dengan cara menahan gerakan otot, lalu merujuk pada derajat kekuatan otot. Pemeriksaan kekuatan otot-otot ekstremitas bawah adalah :

  • Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi otot paha
  • Pemeriksaan kekuatan adduksi dan abduksi otot tungkai
  • Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi persendian lutut
  • Pemeriksaan kekuatan dorsofleksi dan plantarfleksi otot-otot kaki [9-11]

Referensi

9. Takakusaki K. Functional neuroanatomy for posture and gait control. Journal of movement disorders. 2017 Jan;10(1):1.
10. Nicholl DJ, appleton JP (May 29, 2014). "Clinical neurology: why this still matters in the 21st century". J Neurol Neurosurg Psychiatry. 86 (2): 229–33.
11. Bohannon RW. Considerations and Practical Options for Measuring Muscle Strength: A Narrative Review. BioMed research international, 2019, 2019.

Kontraindikasi Pemeriksaan Siste...
Edukasi Pasien Pemeriksaan Siste...
Diskusi Terkait
dr. Ni Luh Putu Wulan Budyawati
19 Agustus 2019
Anak usia 3 tahun tiba-tiba tidak bisa berjalan
Oleh: dr. Ni Luh Putu Wulan Budyawati
12 Balasan
Alodokter! Selamat malam dok, ijin share pertanyaan dari user dok, user mengeluhkan anaknya usia 3 tahun, laki-laki tiba-tiba tidak bisa berjalan. Dikatakan...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.