Komplikasi Transplantasi Kornea
Komplikasi transplantasi kornea bisa terjadi berupa komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek terjadi dalam hitungan hari sampai dengan minggu setelah operasi, sedangkan komplikasi jangka panjang terjadi setelah sebulan sampai dengan beberapa tahun.[14,15]
Beberapa komplikasi jangka pendek adalah:
- Perdarahan
- Infeksi, baik terbatas pada kornea atau intraokular
- Peningkatan tekanan intraokular[14,15]
Sedangkan komplikasi jangka panjang dari prosedur transplantasi kornea adalah:
- Penolakan atau rejeksi terhadap graft
- Edema kornea
- Katarak
Gangguan refraksi berupa astigmatisma, miopia, atau keduanya.
- Rekurensi dari penyakit sebelumnya[14,15]
Komplikasi utama dengan insidensi cukup tinggi adalah reaksi rejeksi atau penolakan terhadap graft, khususnya pada teknik transplantasi kornea total. Rejeksi terhadap graft dilaporkan terjadi pada sekitar 50-70% dari kasus trauma, dan sekitar 10% pada kondisi kelainan anatomis. Upaya untuk menurunkan kejadian komplikasi ini adalah dengan melakukan teknik transplantasi sebagian/lamellar, yaitu hanya sekitar 1-3% kejadian rejeksi graft pada prosedur descemet membrane endothelial keratoplasty/DMEK.[5,14,15]
Beberapa gejala yang perlu diperhatikan sebagai tanda awal reaksi rejeksi adalah penurunan visus, fotosensitivitas, nyeri dan kemerahan pada mata. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian obat anti radang baik secara topikal dan dikombinasi dengan administrasi injeksi intraokular. Namun pada kondisi sangat berat, dapat dipertimbangkan pemberian anti peradangan oral bahkan intravena. Bila kondisi rejeksi graft berulang, maka perlu dilakukan tindakan lanjut dengan transplantasi ulang atau keratoprosthesis yaitu pemasangan kornea buatan.[5,14,15]