Risiko Gangguan Jiwa dan Penyalahgunaan Zat pada Residen Psikiatri – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Zuhrotun Ulya, Sp.KJ, M.H.

Psychiatry: A Discipline at Specific Risk of Mental Health Issues and Addictive Behavior? Results from the National BOURBON Study

Fond G, Bourbon A, Micolaud-Franchi J-A, Auquier P, Boyer L, Lançon C.  Journal of Affective Disorders. 2018; 238: 534-538. PMID: 29936392.

Abstrak

Latar Belakang: Dokter memiliki risiko mengalami burnout, ansietas, dan depresi.

Tujuan Penelitian: Mengeksplorasi status kesehatan jiwa self-reported, penggunaan narkoba, dan motif pada sampel nasional residen di departemen psikiatri dibandingkan bidang spesialisasi yang lain.

Metode Penelitian: Sejumlah residen dari 35 Fakultas Kedokteran di Perancis direkrut melalui daftar surel dan media sosial antara bulan Desember 2016 dan Mei 2018, kemudian diminta mengisi kuesioner di internet secara anonim.

Hasil Penelitian: Sejumlah 2165 residen (302 residen di departemen psikiatri dan 1863 di bidang spesialisasi lain), dengan rerata usia 25,9 tahun (±2.8) dan 35% pria, diikutkan dalam studi ini. Berdasarkan analisis multivariat, didapatkan bahwa bahwa residen di departemen psikiatri memiliki kecenderungan risiko 1,9 kali merokok (tembakau) lebih tinggi, 1,5 kali penyalahgunaan alkohol, 2,7 kali penyalahgunaan ganja. Mereka lebih sering membutuhkan pertemuan rutin dengan psikiater dan atau psikolog (2,5 kali lebih tinggi), mengkonsumsi antidepresan (3,8 kali) dan anxiolitik (1,8 kali). Mereka melaporkan lebih sering terpapar kekerasan seksual (2,2 kali) dan kekerasan fisik (1,9 kali), serta memiliki vitalitas yang lebih rendah (3,5 kali). Residen di departemen psikiatri dilaporkan memiliki kecenderungan lebih tinggi mengkonsumsi ekstasi (1,6 kali), mushrooms (1,5 kali), amfetamin (1,9 kali), dan LSD (1,8 kali). Pola penyalahgunaan tersebut dilakukan tidak semata-mata motif klasik (seperti menghadiri pesta dan pengaruh kelompok), melainkan untuk keperluan menghadapi tekanan yang dirasakan (1,7 kali), mengatasi kecemasan (1,7 kali) dan mencari efek stimulant (1,4 kali) atau sedatif (1,9 kali).

Kesimpulan: Residen di departemen psikiatri lebih berisiko terpapar tindak kekerasan selama menempuh jenjang karir dan pendidikan kedokteran, mereka melaporkan penurunan vitalitas dan peningkatan penyalahgunaan obat. Motif dari konsumsi mengindikasikan adanya masalah kesehatan jiwa, dan berkaitan dengan peningkatan kebutuhan terhadap psikoterapi dan penggunaan sendiri antidepresan atau anxiolitik. Populasi ini sebaiknya ditargetkan sebagai populasi rentan dibandingkan residen bidang spesialisasi lainnya, agar luaran kesehatan yang buruk dapat dicegah.

stress doctor

Ulasan Alomedika

Penelitian ini ditujukan pada dokter residen di departemen psikiatri dan bidang spesialisasi yang lain. Munculnya ide penelitian didasari pada temuan tingginya kejadian depresi dan ide bunuh diri pada mahasiswa kedokteran, serta kaitan antara depresi dan perilaku penyalahgunaan zat.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi epidemiologi observasi deskriptif dengan metode cross-sectional. Residen direkrut dari 35 Fakultas Kedokteran di seluruh Perancis, melalui surel dan jaringan sosial media. Data diambil secara daring menggunakan kuesioner dengan identitas anonim via Google forms software dengan rata-rata waktu penyelesaian 15 menit. Kuesioner terdiri dari 23 pertanyaan untuk dokter yang tidak mengkonsumsi zat adiktif, dan 140 pertanyaan untuk dokter yang merasa memiliki masalah kesehatan mental dan gangguan penyalahgunaan zat adiktif.

Peneliti mengambil data sosiodemografik (usia, jenis kelamin, jumlah anak yang dimiliki) serta total jumlah jam kerja dalam satu minggu. Penelitian ini cukup menarik karena meminta residen melakukan self-report mengenai kualitas hidup yang dimiliki, diikuti laporan penyalahgunaan alkohol, ganja, merokok, hingga kebutuhan terhadap pemeriksaan psikiatri dan atau psikolog. Peneliti juga menganalisis konsumsi harian antidepresan, ansiolitik, golongan hipnotik, mood stabilizer, dan antipsikotik. Peneliti juga memasukkan pola konsumsi rutin atau sesaat untuk ekstasi, kokain, mushroom, amfetamin, LSD, heroin, dan ketamin selama pendidikan kedokteran, serta motif atau alasan menggunakan.

Ulasan Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali melakukan eksplorasi kesehatan mental dan perilaku adiktif pada dokter residen di departemen psikiatri. Temuan utama dalam penelitian ini mengarah pada peningkatan intensitas merokok, penyalahgunaan ganja, alkohol, konsumsi antidepresan, ansiolitik, sedatif, stimulan, kebutuhan berobat ke psikiater dan atau psikolog, serta penurunan vitalitas hidup pada 302 residen yang bertugas di departemen psikiatri dari total 2165 dokter residen.

Temuan dalam studi ini belum mampu menelusuri sejauh mana hubungan sebab-akibat antara motif dan pola pemakaian atau penyalahgunaan obat. Selain itu, jumlah subjek penelitian sebanyak 8% dari keseluruhan dokter residen yang ada di Perancis ketika penelitian dilakukan.

Kelebihan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif pertama berskala nasional dengan subjek penelitian adalah dokter residen dari berbagai fakultas kedokteran di Perancis, yang memasukkan komponen penilaian status kesehatan mental, kualitas kehidupan, penggunaan zat psikoaktif, dan motif yang dimiliki. Jumlah subjek penelitian yang terlibat mewakili 8% jumlah total dokter residen yang ada di Perancis (26.800 dokter).

Limitasi Penelitian

Salah satu kekurangan dari jurnal ini adalah desain penelitian yang berupa cross-sectional, sehingga pengukuran hanya dilakukan dalam satu waktu. Desain ini juga menyebabkan tidak bisa diambil hubungan sebab-akibat dan tidak bisa diukur response rate yang akurat.

Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan penelitian yang menggunakan pendekatan longitudinal untuk menggambarkan hubungan temporal antara hasil yang telah dipaparkan dengan kondisi sebenarnya, serta penelitian dengan pendekatan kualitatif atau sosiologi yang akan membantu menguraikan permasalahan riil di lapangan.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Menilik pada permasalahan internal yang menjadi pekerjaan rumah pelaksanaan dokter residen di Indonesia, penelitian ini tentu bisa diterapkan di Indonesia. Evaluasi kesehatan fisik dan mental dokter residen hingga saat ini belum dilakukan di Indonesia. Berdasarkan hasil studi ini, dapat dilihat pentingnya memulai melakukan evaluasi kesehatan fisik dan mental dokter residen secara berkala dan berkelanjutan.

Dokter residen perlu diberikan arahan dan penekanan bagaimana melakukan coping stressor yang efektif, serta mengarahkan permasalahan pada respon yang matur, task oriented, dan terarah untuk menghindari perilaku maladaptif dan habisnya energi psikis ketika melaksanakan tugas.

Penelitian terhadap dokter residen di Perancis ini dapat menjadi arahan dalam program pendidikan kedokteran dan menjadi bekal dokter residen psikiatri agar terhindar dari risiko tindak kekerasan fisik dan seksual yang dilakukan oleh pasien gangguan jiwa.

Tetapi perlu diingat bahwa penelitian ini dilakukan pada 8% dokter residen di Perancis, di mana kurikulum dan kultur pendidikan kedokteran di sana tentu berbeda dengan Indonesia. Sehingga, masih perlu dilakukan penelitian serupa dengan subjek studi dokter residen di Indonesia

Referensi