Hubungan antara Homosistein dengan Ankylosing Spondylitis – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr.Eduward Thendiono, SpPD,FINASIM

Association of homocysteine with ankylosing spondylitis: a systematic review and meta-analysis

Hui-hui Li, Xue-quan Li, Lin-tao Sai, Yi Cui, Jia-hui Xu, Chi Zhou, Jing Zheng, Xing-fu Li, Hua-xiang Liu, Ying-jie Zhao. Advances in Rheumatology, 2021. 61:17. https://doi.org/10.1186/s42358-021-00175-7

Abstrak

Latar Belakang: Hiperhomosisteinemia telah dikaitkan dengan penyakit autoimun seperti ankylosing spondylitis (AS), lupus eritematosus sistemik (LES), dan rheumatoid arthritis (RA). Temuan saat ini yang mengaitkan antara kadar plasma/serum homosistein (HCY) pada pasien AS masih inkonsisten. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi secara sistematis mengenai hubungan antara kadar homosistein sirkulasi dengan ankylosing spondylitis.

Metode: Basis data elektronik daring (PubMed, Web of Science, Embase, ScienceDirect, China National Knowledge Infrastructure/CNKI dan Wanfang data) digunakan untuk memperoleh semua artikel relevan yang dipublikasi hingga 7 mei 2020. Pooled standardized mean difference (SMD) dengan interval kepercayaan 95% (CI) dikalkulasi dengan menggunakan model random-effect, Stata16 software.

Hasil: Sembilan artikel yang terdiri dari 778 pasien ankylosing spondylitis dan 522 kontrol diikutsertakan pada meta analisis ini. Tidak ditemukan perbedaan signifikan  kadar homosistein di antara grup pasien ankylosing spondylitis dan grup kontrol (pooled SMD = 0,46; 95%CI= -0,30 hingga 1,23; P= 0,23). Akan tetapi, analisis subgrup menemukan bahwa kadar homosistein secara signifikan lebih tinggi (P<0,005) pada grup pasien ankylosing spondylitis yang diterapi dengan methotrexate (MTX) jika dibandingkan dengan grup kontrol. Sebaliknya, kadar homosistein secara signifikan lebih rendah (P< 0,05) pada grup pasien ankylosing spondylitis yang mendapat terapi anti-TNF alfa jika dibandingkan dengan grup kontrol. Tidak ditemukan perbedaan signifikan di antara kadar homosistein dengan skor aktivitas penyakit (Bath ankylosing spondylitis disease activity index, BASDAI) maupun genotip C677T methylenetetrahydrofolate reductase (MTHFR).

Kesimpulan: Meta analisis ini mengindikasikan bahwa kadar homosistein serupa di antara grup pasien ankylosing spondylitis dengan kontrol, dan tidak berkorelasi dengan aktivitas penyakit. Namun, perbedaan terapi farmakologi dapat menimbulkan fluktuasi pada kadar homosistein sirkulasi pasien ankylosing spondylitis. Masih dibutuhkan studi lebih lanjut dalam skala luas guna mengonfirmasi hasil tersebut.

Hubungan antara Homosistein dengan Ankylosing Spondylitis -Telaah Jurnal Alomedika-min

Ulasan Alomedika

Homosistein (HCY) merupakan asam amino mengandung sulfur yang terbentuk dari hasil metabolisme methionine menjadi sistein. Kadar homosistein meningkat pada banyak penyakit seperti penyakit kelainan tipe dementia, fraktur terkait osteoporosis, penyakit ginjal kronis, defisiensi vitamin B6, B12, atau asam folat, serta pada penyakit autoimun termasuk ankylosing spondylitis.

Kadar homosistein yang meningkat dapat memicu reaksi autoimun melalui pengikatan dan modifikasi struktur protein spesifik sehingga membentuk neoantigen yang diduga berkaitan dengan awitan penyakit autoimun atau pada progresi kerusakan kardiovaskuler. Homosistein juga dapat memodifikasi Human Leukocyte Antigens-B27 (HLA-B27) melalui pembentukan ikatan disulfida dengan residu sistein yang tidak berpasangan pada posisi 67 (Cys67) dari rantai berat HLA-B27. Hal ini nantinya akan memicu penghancurannya melalui reaksi autoimun abnormal.

Secara kolektif, mekanisme di atas berpotensi terlibat dalam terjadinya ankylosing spondylitis. Meskipun demikian, hasil studi terdahulu mengenai hubungan antara hiperhomosisteinemia dengan inflamasi pada ankylosing spondylitis masih inkonsisten.

Ulasan Metode Penelitian

Peneliti melakukan pencarian artikel relevan di basis data daring seperti PubMed, Web of Science, Embase, ScienceDirect, China National Knowledge Infrastructure (CNKI), dan Wanfang data hingga tanggal publikasi 7 mei 2020. Adapun kriteria inklusi yang digunakan adalah studi kasus kontrol atau potong lintang yang melibatkan pasien dewasa, dengan diagnosis ankylosing spondylitis dikonfirmasi melalui kriteria American College of Rheumatology atau European Spondyloarthropathy Study Group, dan terdapat data konsentrasi serum atau plasma homosistein baik untuk kontrol maupun pasien ankylosing spondylitis.

Meta analisis dilakukan dengan menerapkan pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analysis (PRISMA). Penilaian kualitas metodologi penelitian dari studi yang diikutsertakan menggunakan skala Newcastle-Ottawa.  Hasil analisis dipresentasikan sebagai Pooled standardized mean difference (SMD) dengan interval kepercayaan 95% (CI), dihitung menggunakan model random-effect dengan Stata16 software. Penilaian heterogenitas antar studi menggunakan Cochrane Q statistic dan tes I2.

Ulasan Hasil Penelitian

Hasil pencarian menemukan 15 studi, namun hanya 9 studi yang memenuhi kriteria inklusi. Studi yang diikutkan dalam analisis terdiri dari 4 studi berbasis di Asia, 3 di Turki, 1 di Eropa, dan 1 di Amerika Selatan. Partisipan mencakup 778 pasien ankylosing spondylitis dan 522 kontrol.

Hasil meta analisis tidak menemukan perbedaan signifikan  kadar homosistein antara grup pasien ankylosing spondylitis dengan grup kontrol. Pada analisis subgroup, ditemukan bahwa kadar homosistein secara signifikan lebih tinggi pada grup pasien ankylosing spondylitis yang diterapi dengan methotrexate (MTX) jika dibandingkan dengan grup kontrol. Sebaliknya, kadar homosistein secara signifikan lebih rendah pada grup pasien ankylosing spondylitis yang mendapat terapi anti-TNF alfa jika dibandingkan dengan grup kontrol. Tidak ada perbedaan kadar homosistein antara grup pasien ankylosing spondylitis yang mendapat terapi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau sulfasalazine dengan grup kontrol.

Kelebihan Penelitian

Studi ini adalah meta analisis pertama yang membandingkan kadar homosistein pasien ankylosing spondylitis terhadap kelompok kontrol. Studi ini sudah menerapkan pedoman PRISMA beserta penilaian kualitas metodologi, bias publikasi, hingga analisis sensitivitas. Peneliti juga melakukan analisis subgroup yang memperluas penilaian luaran primer, dimana ditemukan bahwa perbedaan terapi akan mempengaruhi kadar homosistein pasien.

Limitasi Penelitian

Hasil studi perlu ditafsirkan dengan hati-hati karena adanya heterogenitas antar studi. Selain itu, keterbatasan jumlah sampel membatasi peneliti untuk melakukan analisis subgrup yang lebih mendalam, misalnya analisis meta regresi.

Dalam studi ini ditemukan bahwa obat yang digunakan akan mempengaruhi kadar homosistein pasien ankylosing spondylitis. Meski demikian, analisis lanjutan yang lebih bermakna secara klinis, misalnya pengaruh hal tersebut terhadap berat-ringannya manifestasi, tidak dilakukan.

Aplikasi Penelitian di Indonesia

Hasil studi ini menunjukkan bahwa kadar homosistein tidak meningkat pada pasien ankylosing spondylitis dibandingkan dengan kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa hiperhomosisteinemia mungkin tidak berkorelasi dengan  ankylosing spondylitis. Selain itu, meskipun homosistein ditemukan meningkat pada pasien yang mendapat methotrexate, makna klinis dari hal ini belum diketahui (misalnya apakah memerlukan terapi hiperhomosisteinemia atau modifikasi terapi spesifik). Studi lebih lanjut masih dibutuhkan.

Referensi