Prognosis Ruptur Uretra
Prognosis cedera uretra tergantung dari kecepatan dan ketepatan diagnosis serta penatalaksanaan yang adekuat.
Komplikasi
Komplikasi tersering yang terjadi akibat ruptur uretra, baik uretra anterior maupun posterior, adalah striktur. Striktur ini dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi. Pada kasus ruptur uretra yang tidak ditangani secara adekuat, komplikasi dapat berupa infeksi, sepsis, uremia, hingga kematian.
Striktur Uretra dan Disfungsi Ereksi
Berdasarkan statistik, kejadian komplikasi striktur uretra rekuren yang membutuhkan penatalaksanaan berupa dilatasi atau insisi mencapai 10-15%, sementara kasus yang memerlukan operasi mayor berulang hanya ditemukan pada 1-2% kasus.[3] Selain itu, hampir separuh (45%) pasien ruptur uretra posterior mengalami disfungsi ereksi.[4] Publikasi tahun 2012 menemukan bahwa pada 41 pasien disfungsi ereksi karena striktur uretra yang diakibatkan ruptur uretra terkait fraktur pelvis, dilakukannya uretroplasti anastomosis tidak mengubah fungsi ereksi pada 2 minggu setelah operasi.[5]
Infeksi, Sepsis, Uremia, dan Kematian
Publikasi tahun 2011 menyatakan infeksi sekunder akan terjadi dalam 2 minggu pada ruptur uretra yang tidak ditangani secara adekuat dan kematian akan terjadi dalam 2 minggu berikutnya. Untuk itu, penanganan ruptur uretra yang adekuat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi ini.[3]
Prognosis
Prognosis ruptur uretra sangat baik, terutama bila tidak ada keterlibatan bladder neck. Namun, fungsi ereksi pasien dapat terganggu pada pasien ruptur uretra posterior. Terjadinya disfungsi ereksi pasca ruptur uretra ditentukan beberapa faktor prediktor berikut:
- Diastasis simfisis pubis
Lateral displacement prostat
- Gap ruptur uretra >2 cm
- Fraktur rami pubis bilateral
- Fraktur Malgaigne: fraktur pelvis yang tidak stabil[3,4]