Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Ruptur Ginjal general_alomedika 2021-01-20T19:20:28+07:00 2021-01-20T19:20:28+07:00
Ruptur Ginjal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Ruptur Ginjal

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan
Share To Social Media:

Diagnosis ruptur ginjal ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Adanya mekanisme trauma pada area pinggang adalah indikator kecurigaan trauma pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri dan jejas pada area pinggang. Pemeriksaan penunjang sensitif yang dapat dilakukan adalah CT scan.

Anamnesis

Anamnesis yang cermat diperlukan dalam menggali informasi yang dibutuhkan sebagai indikator kecurigaan ruptur ginjal. Hal-hal yang perlu didapatkan dari anamnesis, antara lain:

  • Lokasi, onset, dan jenis nyeri yang dialami
  • Riwayat dan mekanisme trauma, baik tumpul maupun tembus, pada area pinggang (flank)
  • Keluhan saat berkemih, seperti adanya darah saat berkemih, tidak bisa berkemih, dan gangguan pancaran urin. Adanya proses trauma yang diikuti dengan keluhan saat berkemih dapat menjadi indikator kecurigaan trauma ginjal.
  • Riwayat penyakit ginjal sebelumnya : Pasien trauma dengan riwayat penyakit ginjal lebih berisiko mengalami ruptur ginjal.
  • Riwayat operasi ginjal sebelumnya [1,2,5]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menentukan lokasi, luas, dan keparahan cedera yang dialami. Pada mekanisme trauma tumpul, jejas dapat menjadi indikator lokasi trauma yang terjadi. Adanya jejas pada flank, punggung, dada bagian bawah, dan perut bagian atas dapat meningkatkan kecurigaan terhadap ruptur ginjal.

Pada mekanisme trauma tembus, luka masuk dan luka keluar perlu diidentifikasi. Tanda-tanda peritoneum seperti guarding sign dan rebound tenderness juga perlu diperiksa. Adanya hematuria yang terlihat langsung, hematoma pada perut bagian atas atau flank, terabanya massa, ekimosis atau abrasi, dan fraktur iga merupakan tanda yang harus diwaspadai. [1,2]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding ruptur ginjal adalah trauma pada organ saluran kemih lainnya, seperti trauma ureter, trauma buli, dan trauma uretra. Trauma saluran kemih dapat memberikan gambaran anamnesis dan pemeriksaan fisik yang hampir serupa. Hematuria, baik gross (makroskopik) dan mikroskopik, adalah gejala yang dapat ditemui pada semua jenis trauma saluran kemih, sehingga hematuria tidak dapat dijadikan dasar penegakan diagnosis pada trauma saluran kemih. Pencitraan saluran kemih diperlukan untuk membedakan lokasi trauma saluran kemih. [4,5]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang utama yang diperlukan dalam penegakan diagnosis ruptur ginjal adalah pencitraan. Pencitraan diperlukan untuk grading ruptur ginjal, mengetahui kelainan ginjal yang dialami sebelumnya, dan mengetahui kerusakan organ lain. Pencitraan yang dapat dilakukan pada ruptur ginjal, antara lain CT scan, intravenous pyelography, dan USG.

Computed Tomography (CT) Scan

CT scan dengan kontras intravena merupakan gold standard penegakan diagnosis pada pasien ruptur ginjal. Pencitraan dengan CT scan dapat menentukan lokasi cedera ginjal dan organ lain dengan cepat dan akurat melalui informasi anatomis dan fisiologis yang diperlukan dalam grading.

CT scan hanya dapat dilakukan pada pasien dengan hemodinamik yang stabil. CT scan diindikasikan pada pasien trauma tumpul dengan gross haematuria atau dengan hematuria mikroskopik disertai hipotensi. CT scan juga diindikasikan pada pasien trauma tembus dengan hematuria, baik mikroskopik maupun makroskopik. [1,2,4]

Intravenous Pyelography (IVP)

IVP digunakan sebagai pencitraan intraoperatif untuk mengetahui anatomis dan fungsional ginjal yang tidak terkena cedera. IVP dapat dilakukan pada pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil. IVP dilakukan dengan injeksi kontras one-shot secara bolus dan diikuti foto polos abdomen setelah 10 menit injeksi. [1,2]

Ultrasonography (USG)

USG dapat dilakukan untuk mengetahui adanya cairan bebas pada abdomen. Hasil pencitraan USG sangat dipengaruhi oleh pengalaman dari operator. Operator yang berpengalaman dapat mendeteksi adanya hematom dan laserasi ginjal. USG lebih disarankan pada pasien anak. [1,2] USG juga dapat dilakukan untuk mengetahui adanya batu ginjal, kista ginjal, dan kelainan pada ginjal lainnya.

Klasifikasi

Penentuan derajat trauma pada ginjal yang paling banyak digunakan adalah berdasarkan klasifikasi American Association for the Surgery of Trauma (AAST). Klasifikasi AAST ditentukan berdasarkan hasil CT scan ataupun eksplorasi. AAST dapat menentukan derajat, kebutuhan transfusi darah, kebutuhan nefrektomi, dan prognosis ruptur ginjal. AAST juga dapat digunakan dalam memprediksi morbiditas trauma tumpul dan tembus, serta mortalitas trauma tumpul pada ginjal. [2]

Tabel 1. Derajat cedera ginjal menurut American Association for the Surgery of Trauma (AAST)

Derajat   Deskripsi
1 Kontusio Hematuria mikroskopik atau gross, studi urologi normal
Hematoma Hematoma subkapsular yang tak meluas tanpa laserasi parenkim ginjal
2 Hematoma Hematoma perirenal yang tidak meluas
Laserasi Laserasi korteks ginjal dengan kedalaman <1 cm tanpa ekstravasasi urin
3 Laserasi Laserasi korteks >1 cm tanpa ruptur sistem pengumpul dan tanpa ekstravasasi urin
4 Laserasi Laserasi parenkim ginjal meluas melalui korteks ginjal, medulla, dan system pengumpul (collecting system)
Vaskuler Cedera arteri atau vena segmental dengan hematoma atau laserasi pembuluh darah parsial atau trombosis pembuluh darah
5 Laserasi Shattered kidney
Vaskuler Avulsi hilum ginjal yang menyebabkan devaskularisasi ginjal

 

Referensi

1. Erlich T, Kitrey ND. Renal trauma: the current best practice. Therapeutic advances in urology. 2018 Oct;10(10):295-303.
2. Indradiputra IM, Hartono T. Tata laksana Konservatif Pasien Dewasa dengan Trauma Tumpul Ginjal Derajat IV Terisolasi. Cermin Dunia Kedokteran. 2016 Feb 1;43(2):123-6.
4. Summerton DJ, Djakovic N, Kitrey ND, Kuehhas FE, Lumen N, Serafetinidis E, Sharma DM. Guidelines on urological trauma. Eur Urol. 2014 Nov 14.
5. Bryk DJ, Zhao LC. Guideline of guidelines: a review of urological trauma guidelines. BJU international. 2016 Feb;117(2):226-34.

Epidemiologi Ruptur Ginjal
Penatalaksanaan Ruptur Ginjal

Artikel Terkait

  • Red Flag Hematuria
    Red Flag Hematuria
Diskusi Terbaru
dr. Budi Setiawan Lakukua
Hari ini, 16:47
Cyanocobalamin dan Methycobalamin pada neuralgia pasca herpetik
Oleh: dr. Budi Setiawan Lakukua
1 Balasan
Selamat sore, dok. Izin bertanya dok. Pada penderita penyakit neuralgia pasca herpetik dengan DM tipe 2, lebih efektif cyanocobalamin atau methycobalamin ya...
Anonymous
Hari ini, 13:44
Syarat Rekomendasi Spesialis
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Salam sejawat di Alodokter, adakah teman-teman yang mau berbagi bagaimana pengalamannya mendapatkan Rekomendasi melanjut pendidikan spesialis dokter?...
dr.Azrie Izzatul Jannah
Hari ini, 10:57
Pasien dengan injury prone wound tetanus riwayat suntik antitetanus tahun 2017
Oleh: dr.Azrie Izzatul Jannah
1 Balasan
Apabila pernah suntik ATS pd thn 2017, jika thn 2022 mengalami kecelakaan yg menyebabkan adanya prone wound tetanus, anti tetanus apa yg baiknya diberikan?...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.