Patofisiologi Retensi Urin
Patofisiologi retensi urin berkaitan dengan gangguan pada keseimbangan antara kontraksi detrusor dan relaksasi sfingter uretra. Ini dapat disebabkan oleh obstruksi mekanis, seperti pada hiperplasia prostat dan striktur uretra; atau disfungsi neurologis, seperti pada cedera medula spinalis dan neuropati diabetik. Mekanisme tersebut menimbulkan akumulasi urin dalam kandung kemih dan meningkatkan tekanan intravesika.[1-4]
Retensi Urin Neurogenik
Patofisiologi neurogenik merupakan mekanisme yang paling banyak mendasari terjadinya retensi urin. Kelainan neurogenik melibatkan adanya kerusakan seperti cedera atau neuropati pada saraf yang bertanggungjawab terhadap kontraksi dan relaksasi otot detrussor vesika urinaria.
Hal ini menyebabkan terjadinya disfungsi otot pada vesika urinaria sehingga terjadi retensi urin dan overdistensi pada vesika urinaria. Lokasi kerusakan saraf yang terlibat dapat pada upper motor neuron atau lower motor neuron. Contoh penyebab neurogenik adalah cedera spinal dan diabetik neuropati.[1-4]
Retensi Urin Myogenik
Patofisiologi myogenik melibatkan adanya penurunan tonus dan kontraktilitas otot detrussor vesika urinaria. Penurunan tonus dan kontraktilitas ini bisa dipicu oleh overdistensi vesika urinaria yang disengaja atau tidak disengaja, usia tua, atau penyakit kronik seperti diabetes mellitus.[1-4]
Retensi Urin Obstruktif
Patofisiologi obstruktif melibatkan adanya proses yang menghambat keluarnya urin, seperti yang terjadi pada benign prostate hyperplasia (BPH), striktur uretra, dan prolaps organ pelvis.[1-4]
Retensi Urin Terkait Obat
Patofisiologi farmakologi melibatkan adanya obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi tonus dan kekuatan kontraksi otot detrussor vesika urinaria, seperti golongan antikolinergik, agonist alfa, serta opioid.[1-4]
Retensi Urin Terkait Inflamasi
Patofisiologi inflamasi dapat terjadi tanpa dipicu infeksi terlebih dahulu atau dilandasi oleh infeksi saluran kemih. Inflamasi dapat menyebabkan edema mukosa organ atau spasme otot organ sehingga menghalangi urin dapat keluar dengan lancar.[1-4]
Patofisiologi Psikogenik
Patofisiologi psikogenik kadang-kadang dapat terjadi karena dipicu beberapa gangguan mental seperti ansietas. Ansietas dapat memicu aktivasi sistem saraf simpatis sehingga menyebabkan tonus otot meningkat.
Hal ini menyebabkan kontraksi otot tidak dapat terjadi secara sempurna sehingga urin dapat sulit diinisiasi untuk keluar. Ansietas yang terjadi akibat lingkungan seperti merasa jijik dengan toilet umum misalnya, juga dapat menyebabkan hal serupa sehingga pasien dapat melaporkan ia tidak bisa berkemih bila sedang berada di toilet umum.[1-4]