Prognosis Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Prognosis post traumatic stress disorder (PTSD) sangat tergantung pada individu yang mengalami, jenis dan beratnya trauma yang menyebabkan, serta ada atau tidaknya komplikasi atau komorbiditas gangguan mental lain.
Komplikasi
Pasien-pasien dengan post traumatic stress disorder (PTSD) sangat sering ditemukan mengalami gangguan mental lain, seperti depresi, gangguan cemas, gangguan bipolar, dan penyalahgunaan zat.
Pada populasi perempuan hamil, adanya PTSD bisa menimbulkan komplikasi berat badan lahir rendah dan kemampuan ibu untuk menyusui rendah. PTSD juga bisa memicu timbulnya kecemasan dan depresi pada populasi ini.
Diagnosis PTSD juga berhubungan dengan fungsi sosial yang buruk, sehingga menyebabkan kurangnya performa sosial, isolasi, dan distres.[1,5,7,15]
PTSD telah dikaitkan dengan peningkatan risiko bunuh diri, baik pemikiran atau percobaan bunuh diri. Risiko dilaporkan meningkat hingga hampir 3 kali lipat. Hal ini akan semakin meningkat pada pasien dengan gangguan disosiatif.[17-19]
Prognosis
Gejala-gejala post traumatic stress disorder (PTSD) umumnya mengalami fluktuasi sepanjang waktu dan cenderung memberat ketika pasien mengalami distres. Luaran jangka panjang akan bergantung pada kemampuan koping pasien terhadap stres, ada tidaknya penyalahgunaan zat, dukungan sosial, dan kemampuan untuk tetap mengikuti program terapi. 30% pasien dapat membaik tanpa penanganan, dan 40% mengalami perbaikan gejala setelah terapi, meskipun tetap bisa ada gejala sisa.[1]