Edukasi dan Promosi Kesehatan Rubella
Edukasi tentang cara pencegahan infeksi rubella dan promosi kesehatan terkait peran vaksinasi dalam menurunkan risiko infeksi rubella sangat esensial.
Edukasi Pasien
Edukasi terhadap pasien dengan rubella mencakup perlunya tindakan isolasi selama 7 hari setelah pasien mengalami ruam untuk mencegah penularan infeksi. Pasien juga perlu ditanyakan mengenai kontak terhadap wanita hamil agar tindakan pencegahan wabah dapat dilakukan segera tanpa perlu ditunda atau menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk konfirmasi diagnosis[32].
Individu yang rentan terhadap infeksi rubella dan tidak memiliki catatan yang lengkap terkait kekebalan terhadap rubella sebaiknya disarankan untuk vaksinasi. Individu yang tidak memiliki catatan tentang kekebalan terhadap rubella yang dikecualikan dari vaksinasi rubella atas berbagai alasan medis, keagamaan, dan alasan lainnya perlu disarankan untuk menghindari kunjungan ke daerah yang terkena dampak wabah rubella sampai 23 hari setelah onset ruam pada kasus rubella terakhir yang teridentifikasi[32].
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Imunisasi masih merupakan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit rubella yang efektif. Imunisasi dapat dicapai dengan cara imunisasi pasif dan aktif. Imunisasi pasif untuk rubella yang pernah dipelajari adalah dengan cara pemberian globulin serum yang mengandung antibodi rubella dan hiperimunoglobulin dengan titer antibodi yang jauh lebih tinggi. Namun keduanya tidak tersedia di Indonesia[33].
Imunisasi aktif secara teori dilakukan dengan cara memberikan vaksin hidup yang dilemahkan. Vaksin rubella tersedia dalam bentuk kombinasi dengan vaksin campak dan gondongan. [33]
Vaksin Rubella
Vaksin rubella hidup yang dilemahkan dan mendapat izin edar serta digunakan di banyak negara mengandung isolat virus RA27/3. Virus RA27/3 diisolasi dari fetus yang terinfeksi rubella pada tahun 1965 yang kemudian dibiakkan ke dalam sel WI-38 dan diinkubasi pada suhu 37oC. Setelah melalui 25 hingga 33 tahap pasase, vaksin RA27/3 didapatkan dan terbukti memiliki imunogenisitas yang baik. Dosis vaksin RA27/3 yang diberikan minimal 1000 plaque-forming unit (PFU) secara subkutan untuk dapat mempertahankan imunogenisitas[33]. Uniknya, pemberian secara intranasal juga diketahui berpotensi memicu respons imun dengan kualitas sebaik pemberian subkutan walaupun dosis pemberian yang disarankan lebih tinggi, yakni 10.000 PFU[34].
Di banyak negara, vaksin rubella diberikan dalam bentuk vaksin triplet yang juga mengandung vaksin campak dan gondongan (measles-mumps-rubella/MMR). Ada pula vaksin kombinasi campak dan rubella saja (measles-rubella/MR), seperti yang sedang dikampanyekan di Indonesia. Sediaan vaksin MR ini mengandung vaksin campak Edmonton-Zagreb 1000 TCID50 dan vaksin rubella RA27/3 1000 TCID50[33].
Dibandingkan pendahulunya, vaksin RA27/3 memberikan persentase respons imun berupa pembentukan antibodi penetral yang lebih tinggi, yakni 95% dalam 8 minggu pasca injeksi subkutan dan mencapai 100% dalam 2 tahun. Kekebalan terhadap rubella menetap pada 95% penerima vaksin rubella bahkan hingga 5 tahun pasca injeksi. Pada prinsipnya, belum ada bukti yang mendukung perlunya pemberian dosis vaksin kedua. Namun, di banyak negara termasuk Indonesia, adopsi strategi vaksinasi booster rubella sebelum anak mencapai usia sekolah (5 tahun) dipertimbangkan untuk meningkatkan kekebalan terhadap rubella sebelum mencapai usia reproduktif [33].
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan pemberian dua dosis vaksin MMR secara rutin pada anak-anak dengan ketentuan dosis pertama diberikan antara usia 12-15 bulan sedangkan dosis kedua diberikan antara usia 4-6 tahun sebelum anak mulai sekolah [35]. Sejalan dengan rekomendasi tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia menyarankan agar pemberian dosis MMR/MR pertama diberikan ketika anak berusia 15 bulan apabila telah mendapat vaksin campak saat usia 9 bulan, atau diberikan saat usia 12 bulan apabila belum mendapat vaksin campak hingga usia 12 bulan. Kemudian dosis vaksin MMR/MR kedua dapat diberikan ketika anak berusia 5 tahun. [36]
Pada dewasa, vaksinasi rubella diberikan sebanyak 0,5 mL secara intramuskular atau subkutan sebanyak 2 dosis. Jarak antara dosis pertama dan kedua yang dianjurkan adalah minimal 1 bulan. Pada wanita usia produktif, kehamilan harus ditunda setidaknya hingga 28 hari setelah vaksinasi. [39]