Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Edukasi dan Promosi Kesehatan Rubella general_alomedika 2018-11-30T13:57:52+07:00 2018-11-30T13:57:52+07:00
Rubella
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Edukasi dan Promosi Kesehatan Rubella

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Edukasi tentang cara pencegahan infeksi rubella dan promosi kesehatan terkait peran vaksinasi dalam menurunkan risiko infeksi rubella sangat esensial.

Edukasi Pasien

Edukasi terhadap pasien dengan rubella mencakup perlunya tindakan isolasi selama 7 hari setelah pasien mengalami ruam untuk mencegah penularan infeksi. Pasien juga perlu ditanyakan mengenai kontak terhadap wanita hamil agar tindakan pencegahan wabah dapat dilakukan segera tanpa perlu ditunda atau menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk konfirmasi diagnosis[32].

Individu yang rentan terhadap infeksi rubella dan tidak memiliki catatan yang lengkap terkait kekebalan terhadap rubella sebaiknya disarankan untuk vaksinasi. Individu yang tidak memiliki catatan tentang kekebalan terhadap rubella yang dikecualikan dari vaksinasi rubella atas berbagai alasan medis, keagamaan, dan alasan lainnya perlu disarankan untuk menghindari kunjungan ke daerah yang terkena dampak wabah rubella sampai 23 hari setelah onset ruam pada kasus rubella terakhir yang teridentifikasi[32].

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Imunisasi masih merupakan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit rubella yang efektif. Imunisasi dapat dicapai dengan cara imunisasi pasif dan aktif. Imunisasi pasif untuk rubella yang pernah dipelajari adalah dengan cara pemberian globulin serum yang mengandung antibodi rubella dan hiperimunoglobulin dengan titer antibodi yang jauh lebih tinggi. Namun keduanya tidak tersedia di Indonesia[33].

Imunisasi aktif secara teori dilakukan dengan cara memberikan vaksin hidup yang dilemahkan. Vaksin rubella tersedia dalam bentuk kombinasi dengan vaksin campak dan gondongan. [33]

Vaksin Rubella

Vaksin rubella hidup yang dilemahkan dan mendapat izin edar serta digunakan di banyak negara mengandung isolat virus RA27/3. Virus RA27/3 diisolasi dari fetus yang terinfeksi rubella pada tahun 1965 yang kemudian dibiakkan ke dalam sel WI-38 dan diinkubasi pada suhu 37oC. Setelah melalui 25 hingga 33 tahap pasase, vaksin RA27/3 didapatkan dan terbukti memiliki imunogenisitas yang baik. Dosis vaksin RA27/3 yang diberikan minimal 1000 plaque-forming unit (PFU) secara subkutan untuk dapat mempertahankan imunogenisitas[33]. Uniknya, pemberian secara intranasal juga diketahui berpotensi memicu respons imun dengan kualitas sebaik pemberian subkutan walaupun dosis pemberian yang disarankan lebih tinggi, yakni 10.000 PFU[34].

Di banyak negara, vaksin rubella diberikan dalam bentuk vaksin triplet yang juga mengandung vaksin campak dan gondongan (measles-mumps-rubella/MMR). Ada pula vaksin kombinasi campak dan rubella saja (measles-rubella/MR), seperti yang sedang dikampanyekan di Indonesia. Sediaan vaksin MR ini mengandung vaksin campak Edmonton-Zagreb 1000 TCID50 dan vaksin rubella RA27/3 1000 TCID50[33].

Dibandingkan pendahulunya, vaksin RA27/3 memberikan persentase respons imun berupa pembentukan antibodi penetral yang lebih tinggi, yakni 95% dalam 8 minggu pasca injeksi subkutan dan mencapai 100% dalam 2 tahun. Kekebalan terhadap rubella menetap pada 95% penerima vaksin rubella bahkan hingga 5 tahun pasca injeksi. Pada prinsipnya, belum ada bukti yang mendukung perlunya pemberian dosis vaksin kedua. Namun, di banyak negara termasuk Indonesia, adopsi strategi vaksinasi booster rubella sebelum anak mencapai usia sekolah (5 tahun) dipertimbangkan untuk meningkatkan kekebalan terhadap rubella sebelum mencapai usia reproduktif [33].

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan pemberian dua dosis vaksin MMR secara rutin pada anak-anak dengan ketentuan dosis pertama diberikan antara usia 12-15 bulan sedangkan dosis kedua diberikan antara usia 4-6 tahun sebelum anak mulai sekolah [35]. Sejalan dengan rekomendasi tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia menyarankan agar pemberian dosis MMR/MR pertama diberikan ketika anak berusia 15 bulan apabila telah mendapat vaksin campak saat usia 9 bulan, atau diberikan saat usia 12 bulan apabila belum mendapat vaksin campak hingga usia 12 bulan. Kemudian dosis vaksin MMR/MR kedua dapat diberikan ketika anak berusia 5 tahun. [36]

Pada dewasa, vaksinasi rubella diberikan sebanyak 0,5 mL secara intramuskular atau subkutan sebanyak 2 dosis. Jarak antara dosis pertama dan kedua yang dianjurkan adalah minimal 1 bulan. Pada wanita usia produktif, kehamilan harus ditunda setidaknya hingga 28 hari setelah vaksinasi. [39]

Referensi

32. Centers for Disease Control and Prevention. Rubella (German Measles, Three-Day Measles) [Internet]. 2017.
33. Reef SE, Plotkin SA. Rubella Vaccines. In: Plotkin’s Vaccines [Internet]. Seventh Ed. Elsevier; 2018. p. 970–1000.e18.
34. Bennett J V, Fernandez de Castro J, Valdespino-Gomez JL, Garcia-Garcia M de L, Islas-Romero R, Echaniz-Aviles G, et al. Aerosolized measles and measles-rubella vaccines induce better measles antibody booster responses than injected vaccines: randomized trials in Mexican schoolchildren. Bull World Health Organ [Internet]. 2002;80(10):806–12.
36. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi Jadwal Imunisasi 2017 [Internet]. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017.
39. Australian Government Department of Health. Rubella. 2018.

Prognosis Rubella
Diskusi Terbaru
dr.Dizi Bellari Putri
Hari ini, 13:53
Suplemen Omega-3 Meningkatkan Risiko Atrial Fibrilasi - Artikel SKP ALOMEDIKA
Oleh: dr.Dizi Bellari Putri
1 Balasan
ALO Dokter!Tahukah, Dok? Beberapa studi telah melaporkan bahwa penggunaan suplemen asam lemak omega-3 dapat meningkatkan risiko atrial fibrilasi. Padahal...
dr.Dizi Bellari Putri
Hari ini, 09:35
Ask the Expert Spesialis Mata di Forum Diskusi Alomedika - Selasa 5 Juli 2022
Oleh: dr.Dizi Bellari Putri
1 Balasan
Alo Dokter!Alomedika akan kembali mengadakan "Ask the Expert" bersama Dokter Spesialis Mata. Yuk, catat tanggal dan jamnya!- Hari: Selasa, 5 Juli 2022-...
Anonymous
Hari ini, 08:06
Salep 24 bagaimana cara penggunaannya
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Izin dok berdiskusi perihal salep 24 yang digunakan untuk pasien scabies dibawah 2 bulan dipakai 3 hari berturut” 72 jam terus menerus atau seperti permetrin...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.