Epidemiologi Rubella
Data epidemiologi terdahulu menunjukkan bahwa epidemi rubella minor terjadi tiap 6-9 tahun, sedangkan epidemi skala besar terjadi tiap interval 30 tahun. Epidemi besar rubella paling mutakhir terjadi pada tahun 1964 ketika sebanyak 12 juta orang terinfeksi rubella[19].
Ketika vaksin rubella hidup yang dilemahkan mendapat izin penggunaan pada tahun 1969, belum pernah ada lagi epidemi rubella mayor yang tercatat di negara-negara yang telah menerapkan strategi vaksinasi menggunakan vaksin yang dimaksud. Namun, wabah dalam skala kecil masih kerap terjadi di beberapa tempat seperti tempat kerja, sekolah, dan barak militer yang disebabkan oleh adanya kontak erat antar individu yang rentan [20,21].
Global
Insidens global sindrom rubella kongenital (SRK) pada era sebelum vaksinasi rubella dapat mencapai 0,1-0,2 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai 0,8-4,0 per 1000 kelahiran hidup selama epidemi rubella[22].
Estimasi SRK berdasarkan angka seroprevalensi dan cakupan imunisasi rubella pada era pasca vaksinasi rubella menunjukkan bahwa wilayah Amerika, Eropa, dan Mediterania Timur yang telah memperkenalkan strategi vaksinasi rubella universal sejak tahun 2010 sudah mengalami penurunan kejadian SRK. Di Eropa dan Amerika, insidens SRK diperkirakan hanya <2 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di Mediterania Timur mencapai 25 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu, perkiraan insidens SRK di Pasifik Barat, Afrika, dan Asia Tenggara masing-masing menembus 90, 116, dan 121 kejadian per 100.000 kelahiran hidup. Data tersebut menjadikan regio Afrika dan Asia Tenggara sebagai wilayah dengan beban SRK tertinggi di dunia[23].
Indonesia
Keterbatasan data ilmiah masih belum memungkinkan untuk memperkirakan beban penyakit rubella di Indonesia. Selain itu, pedoman yang kini digunakan untuk surveilans rubella di Indonesia berpotensi menimbulkan banyak kehilangan laporan kasus rubella. Hal ini ditunjukkan dalam laporan tahunan insidens rubella tiap tahun yang mencapai 3000 kasus di Indonesia, sedangkan perkiraan insidens di Jawa Timur saja berdasarkan sebuah model transmisi mencapai 500.000 kasus[23, 24].
Sebuah penelitian di Jawa Timur menggunakan model penyebaran penyakit berdasarkan usia menunjukkan bahwa tanpa cakupan vaksinasi rubella yang cukup, akan terdapat 700 bayi baru lahir dengan sindrom rubella kongenital (SRK) setiap tahun atau setara dengan 0,77 kejadian SRK per 1000 kelahiran hidup. Estimasi insidens tersebut berpotensi untuk ditekan hingga menjadi 0,0045 per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu 20 tahun dengan strategi vaksinasi menggunakan dua dosis vaksin kombinasi rubella-campak (MR) dengan persentase cakupan yang sama (88% untuk bayi usia 9 bulan dan 80% untuk anak usia 6 tahun).