Patofisiologi Sarcopenia
Patofisiologi sarcopenia atau sarkopenia berkaitan erat dengan proses penuaan. Derajat keparahan sarcopenia dapat bervariasi tergantung faktor risiko tertentu, yaitu kebiasaan aktivitas fisik yang kurang, ketidakseimbangan hormon, faktor inflamasi, regenerasi dan sintesis protein, serta remodeling neuromuskular.
Kebiasaan Kurang Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang kurang dianggap sebagai faktor risiko terpenting pada sarcopenia. Sekitar usia 50 tahun, jumlah serat otot mulai terjadi penurunan bertahap. Jika dibandingkan pasien yang memiliki gaya hidup sedenter dengan mereka yang secara fisik lebih aktif, penurunan serat dan kekuatan otot lebih terlihat pada kelompok yang tidak banyak bergerak. Pada pasien imobilisasi akibat penyakit komorbid yang mengharuskan banyak berbaring seperti pasca stroke, penurunan masa otot akan terlihat lebih drastis.[3]
Ketidakseimbangan Hormon
Penurunan konsentrasi beberapa hormon, seperti growth hormone (GH), testosterone, tiroid, dan insulin like growth factor-1 (IGF-1), akibat bertambahnya usia berperan menurunkan massa dan kekuatan otot. Penurunan kadar GH dan IGF-1 dikaitkan dengan perubahan komposisi tubuh pada lansia, di mana terjadi peningkatan lemak viseral dan penurunan massa otot.[5]
Kadar testosteron pada pria menurun 1% tiap tahunnya, sehingga bioavailabilitas menurun 2% tiap tahun setelah usia 30 tahun. Pada wanita, kadar testosteron menurun sangat drastis pada usia 20−45 tahun. Penurunan testosteron berperan dalam penurunan massa otot.[5]
Faktor Inflamasi
Kehilangan otot yang ekstrem seringkali akibat kombinasi penurunan sinyal anabolik hormonal dan promosi sinyal katabolik yang dimediasi sitokin proinflamasi, seperti tumor necrosis factor alpha (TNF-α) dan interleukin-6 (IL-6). Peningkatan kadar TNF-α dan IL-6 terlihat di dalam otot rangka individu yang lebih tua.[6]
Regenerasi dan Sintesis Protein
sarcopenia sering dicetuskan akibat penurunan kemampuan tubuh untuk mensintesis protein, ditambah dengan asupan protein yang tidak memadai untuk mempertahankan massa otot. Protein yang teroksidasi banyak ditemukan pada otot rangka dengan penuaan, dan akibat eliminasi yang kurang memadai oleh sistem proteolisis menyebabkan penumpukan lipofuscin dan protein cross-linked. Kondisi ini menyebabkan akumulasi protein disfungsional nonkontraktil di dalam otot rangka, yang merupakan penyebab penurunan drastis kekuatan otot pada sarcopenia.[7]
Remodeling Neuromuskular
Kehilangan neuron merupakan proses yang progresif dan irreversibel pada proses penuaan. Neurodegenerasi terkait usia merupakan faktor yang penting pada proses penuaan otot. Beberapa level sistem saraf dipengaruhi oleh usia, termasuk korteks motor, sumsum tulang belakang, neuron perifer, dan neuromuscular junction.[5]
Pada sumsum tulang belakang, terdapat penurunan jumlah motor neuron alfa yang menyebabkan aliran motor neuron ke serat otot tipe 2 menurun. Selain itu, pada proses penuaan juga terjadi kehilangan serabut saraf perifer dan gangguan pada bungkus myelin.[5]