Penatalaksanaan Fraktur Terbuka
Penatalaksanaan fraktur terbuka terbagi menjadi penatalaksanaan di Unit Gawat Darurat (UGD) dan pembedahan. Umumnya pada kasus fraktur terbuka diikuti dengan cedera pada bagian tubuh lainnya (multiple injuries) sehingga diperlukan penilaian keadaan umum dengan cepat dan keadaan yang mengancam jiwa segera ditangani. [3,4]
Penatalaksanaan di Unit Gawat Darurat (UGD)
Penatalaksanaan di Unit Gawat Darurat merupakan penanganan awal pada fraktur terbuka meliputi survei primer dan resusitasi, pemberian profilaksis antibiotik dan tetanus, debridement dan stabilisasi awal. [13,15]
Survei Primer dan Resusitasi
Pada survei primer dilakukan penanganan pada keadaan yang mengancam nyawa, misalnya sumbatan jalan napas, henti napas, atau henti jantung.
Debridement
Dilakukan irigasi dengan larutan garam fisiologis atau air steril untuk membersihkan luka dari material asing dan jaringan mati sehingga memperbaiki suplai darah pada daerah tersebut. Kemudian luka ditutup dengan kasa steril dan sekitar luka dipastikan bersih, lalu disiapkan untuk operasi.
Beberapa prinsip dalam melakukan debridement, antara lain eksisi luka, ekstensi luka, penilaian terhadap fraktur, membersihkan jaringan mati, dan membersihkan debris.
Penggunaan povidone iodine dan H2O2 tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan. [3,13,18]
Pemberian Antibiotik Profilaksis
Pemberian antibiotik profilaksis pada fraktur terbuka dapat menurunkan risiko infeksi. [16] Pemberian antibiotik direkomendasikan sesegera mungkin dan dapat dipilih berdasarkan derajat fraktur, dengan rekomendasi sebagai berikut :
- Derajat I-II : Cefazolin 1-2 g dosis awal, dilanjutkan dengan 1 gram setiap 8 jam selama 48 jam. Diberikan secara intravena. Apabila pasien memiliki riwayat alergi terhadap sefalosporin, dapat digunakan clindamycin 900 mg intravena setiap 8 jam selama 48 jam.
- Derajat III : Ceftriaxone 1 g intravena setiap 24 jam selama 48 jam. Alternatif lain adalah clindamycin 900 mg intravena setiap 8 jam dan aztreonam 1 gram intravena setiap 8 jam selama 48 jam
- Derajat III dengan keadaan khusus seperti crush injury atau gangguan vaskular : Tambahkan Penicillin G 4 juta IU intravena setiap 4 jam selama 48 jam yang berfungsi untuk mencegah infeksi Clostridium pada luka yang terkontaminasi tanah, terutama pada area pertanian. [17]
Pemberian Profilaksis Tetanus
Berikut indikasi pemberian profilaksis tetanus:
- Jika pemberian booster tetanus dalam 5 tahun terakhir, maka tidak perlu mendapatkan profilaksis tetanus.
- Jika pemberian booster tetanus > 5 tahun atau vaksin tidak lengkap, maka perlu diberikan Tetanus Toksoid (TT) 0,5 mL.
- Jika pemberian booster tetanus >10 tahun atau pasien imunokompromais, maka perlu diberikan Tetanus Toksoid (TT) 0,5 mL dan Tetanus immunoglobulin (HTIG) sesuai dengan usia. Anak < 5 tahun mendapatkan 75 U, usia 5-10 tahun mendapatkan 125 U, dan usia >10 tahun mendapatkan 250 U. [13,15]
Stabilisasi
Stabilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan splint, brace, atau traksi sementara. Tujuan tindakan ini untuk mengurangi rasa nyeri, meminimalkan trauma jaringan lunak dan mencegah terjadinya gangguan pembekuan. [4,13]
Pembedahan
Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan dalam penatalaksanaan operatif seperti melakukan debridement secara agresif, stabilisasi fraktur, dan tatalaksana khusus pada luka yang kompleks. [13]
Debridement secara Agresif
Debridement dilakukan secara agresif dengan mengekspos fraktur atau memperpanjang luka secara proksimal dan distal sejalan dengan ekstremitas untuk mencegah terjadinya infeksi mendalam serta membersihkan luka dari benda asing. Paling efektif, debridement dilakukan menggunakan larutan garam fisiologis. [4,13]
Stabilisasi Fraktur
Stabilisasi fraktur terbuka secara dini dapat melindungi jaringan lunak sekitar area trauma, mengembalikan panjang dan kesejajaran posisi tulang sehingga mencegah kerusakan lebih lanjut dan infeksi. Stabilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi internal dan eksternal. [4,13,15]
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) :
Reduksi terbuka dengan fiksasi dalam atau open reduction internal fixation (ORIF) merupakan prosedur pembedahan untuk menyatukan fraktur dengan menggunakan pelat logam, pins, rods, atau screws. Indikasi pemasangan ORIF, antara lain pada fraktur tidak stabil dan cenderung displaced setelah reposisi, fraktur yang berlawanan posisi dengan gerak otot, fraktur yang memiliki waktu penyatuan lama, fraktur patologis, fraktur multipel, dan fraktur pada penderita dengan asuhan keperawatan sulit (pasien geriatri dan paraplegia).
Open Reduction External Fixation (OREF) :
Reduksi terbuka dengan fiksasi luar atau open reduction external fixation (OREF) merupakan prosedur pembedahan untuk menyatukan dan menstabilkan fraktur dan jaringan lunak dengan memasukkan pin melalui kulit kedalam tulang lalu ditahan dengan external frame. Indikasi pemasangan OREF, antara lain fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang berat sehingga luka harus dirawat terbuka, fraktur disertai infeksi, fraktur pada area persendian, fraktur multipel berat terutama jika terdapat fraktur pada os femur bilateral, dan fraktur pelvis dengan pendarahan masif.
Tatalaksana pada Luka yang Kompleks
Beberapa fraktur terbuka memiliki luka yang besar dengan kehilangan kulit dan jaringan lunak ekstensif sehingga dilakukan penutupan luka sementara untuk mengurangi risiko infeksi dan mempercepat penyembuhan. Setelah itu, dilakukan penutupan luka secara permanen. [3,4]
Beberapa teknik penutupan luka secara permanen, antara lain skin graft, flap lokal, dan free flap. [13,15]