Epidemiologi Fraktur Terbuka
Data epidemiologi fraktur terbuka di Indonesia masih belum tersedia. Namun berdasarkan survei dari RISKESDAS tahun 2013, angka prevalensi cedera secara nasional sebesar 8,2%. [9]
Global
Insiden fraktur terbuka dilaporkan sebesar 30,7 per 100.000 orang per tahun dengan bentuk cedera yang umumnya terjadi adalah cedera dengan energi tinggi seperti crush injury (39,5%) diikuti oleh kecelakaan lalu lintas (34,1%). Insiden terjadinya fraktur terbuka menurun pada laki-laki dan meningkat pada perempuan seiring pertambahan usia, dengan usia rata-rata keseluruhan 45,5 tahun.
Kejadian fraktur terbuka dilaporkan tertinggi pada laki-laki antara usia 15-19 tahun yaitu sebesar 54,5 per 100.000 orang/tahun. Sedangkan pada perempuan dilaporkan tertinggi antara usia 80-89 tahun, yaitu sebesar 53 per 100.000 orang/tahun. Fraktur terbuka yang paling sering terjadi adalah fraktur terbuka falang, serta tulang panjang tibia dan fibula. [6]
Indonesia
Data mengenai prevalensi fraktur terbuka di Indonesia masih sulit untuk ditemukan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Republik Indonesia tahun 2013 menyatakan prevalensi cedera secara nasional sebesar 8,2% dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%). Penyebab cedera terbanyak, antara lain jatuh (40,9%), kecelakaan sepeda motor (40,6%), cedera akibat benda tajam atau tumpul (7,3%), dan kecelakaan transportasi darat lain (7,1%). [9]
Mortalitas
Menurut WHO, terdapat 1,25 juta kematian lalu lintas di dunia pada tahun 2013. Sebagian besar kematian tersebut terjadi pada individu dengan perlindungan paling minimal seperti pengendara sepeda motor, pengendara sepeda, dan pejalan kaki. Berdasarkan tingkat pendapatan negara menunjukkan negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki tingkat kematian lalu lintas yang lebih tinggi per 100.000 penduduk (masing-masing 24,1 dan 18,4) dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi (9,2) dimana wilayah Afrika memiliki tingkat kematian lalu lintas jalan tertinggi (26,6), sedangkan wilayah Eropa memiliki tingkat terendah (9,3). Di Indonesia sendiri terdapat 15,3 per 100.000 kematian akibat kecelakaan lalu lintas. [10-12]