Penatalaksanaan Kanker Esofagus
Penatalaksanaan kanker esofagus memerlukan pendekatan multidisiplin dan ditentukan oleh stadium serta subtipe histologis (karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma). Tiga modalitas utama dalam penatalaksanaan kanker esofagus adalah pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi.
Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama untuk kanker esofagus, terutama stadium awal. Kontraindikasi pembedahan adalah metastasis ke kelenjar getah bening N2 atau organ solid (contoh: hepar, paru-paru), serta tumor yang menginvasi jaringan sekitar (contoh: aorta, perikardium, struktur trakeobronkial, nervus laryngeus recurrens).[2,7]
Komorbid berupa penyakit kardiovaskular dan respirasi dapat mengurangi kesintasan pasien pasca pembedahan, sehingga fungsi jantung dan paru-paru harus dievaluasi sebelum dilakukan operasi.[2]
Pembedahan pada kanker esofagus berupa esofagektomi atau reseksi esofagus. Teknik operasi yang umum dilakukan adalah esofagektomi dengan gastric pull-up. Esofagektomi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yakni transhiatal, transtoraksik, minimal invasif, endoscopic mucosal resection, dan salvage endoscopic resection.[2,3,7]
Esofagektomi Transtoraksik (TTE)
Prinsip TTE adalah torakotomi sisi kanan dan laparotomi untuk menarik gaster melalui hiatus esofagus ke rongga toraks dan melakukan anastomosis dengan esofagus yang sudah direseksi. Jika pada laparotomi ditemukan metastasis ke rongga peritoneal, maka pembedahan tidak dilanjutkan.[2]
Terdapat dua tipe TTE, yakni:
- Esofagektomi Ivor Lewis: torakotomi dan laparotomi, anastomosis dilakukan di apeks rongga toraks sebelah kanan
- Esofagektomi McKeown: torakotomi diikuti laparotomi dan anastomosis servikal [2,3]
Esofagektomi Transhiatal (THE)
Pada THE, diseksi esofagus dilakukan melalui hiatus esofagus yang telah dilebarkan tanpa torakotomi. Melalui hiatus tersebut, esofagus dimobilisasi menuju thoracic inlet.[2]
Kemudian, dilakukan insisi di leher sebelah kiri. Vena jugularis interna dan arteri carotis diidentifikasi dan ditarik ke lateral, kemudian esofagus diisolasi di sebelah posterior saluran napas. Setelah reseksi lambung proksimal dan esofagus bagian toraks, sisa lambung ditarik melalui mediastinum posterior hingga bertemu dengan esofagus setinggi servikal, kemudian dilakukan anastomosis.[2,3]
Esofagektomi Minimal Invasif
Laparoskopi dan torakoskopi mulai mendapatkan tempat dalam penatalaksanaan kanker esofagus. Video-assisted thoracoscopy digunakan untuk mobilisasi esofagus di rongga toraks, dan laparoskopi dapat digunakan untuk mobilisasi lambung di rongga abdomen.
Keuntungan pembedahan minimal invasif adalah lama rawat inap yang lebih singkat, nyeri pasca pembedahan lebih sedikit, dan pemulihan yang lebih cepat dibandingkan pembedahan biasa.[2,3]
Endoscopic Mucosal Resection (EMR)
EMR merupakan pilihan terkini tata laksana kanker esofagus superfisial. Kasus yang dapat menjadi kandidat untuk EMR adalah kasus dengan risiko rendah metastasis ke kelenjar getah bening, seperti high-grade dysplasia dan neoplasma yang terbatas pada mukosa (stadium Tis, T1a, atau T1b).[2]
Lesi yang disarankan untuk dilakukan EMR adalah lesi berdiameter ≤2 cm dan hanya terdapat kurang dari sepertiga keliling dinding mukosa esofagus. EMR juga dapat digabungkan dengan ablasi radiofrekuensi dan ablasi cryotherapy untuk mengatasi Barrett’s esophagus.[3]
Salvage Endoscopic Resection (SER)
Salvage Endoscopic Resection (SER) dapat menjadi pilihan terapi pada pasien gagal terapi setelah kemoradioterapi definitif untuk karsinoma sel skuamosa.[2]
Kemoterapi dan Radioterapi
Terapi multimodalitas berupa kemoradioterapi merupakan tata laksana nonpembedahan standar untuk kanker esofagus. Di Amerika Serikat, kemoradioterapi diikuti esofagektomi pada kasus yang dapat direseksi menghasilkan tingkat kesintasan lebih baik dibandingkan pasien yang hanya menjalani pembedahan.[3,13]
Kemoradioterapi untuk kanker esofagus dapat diberikan preoperatif (neoajuvan) dan/atau pasca operatif pada pasien kanker esofagus stadium T3 atau N1. Tujuan kemoradioterapi preoperatif adalah mengurangi ukuran tumor primer untuk memudahkan reseksi dan mengeliminasi atau menunda metastasis jauh.[2]
Berdasarkan panduan National Comprehensive Cancer Network (NCCN) 2013, regimen triple therapy drug adalah paclitaxel/carboplatin, cisplatin/fluoropyrimidine, dan oxaliplatin/fluorouracil.[3]
Terapi Paliatif
Pada pasien dengan kanker yang tidak dapat direseksi, terapi paliatif berfokus pada mengatasi disfagia, dengan tujuan meringankan penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien serta orang-orang terdekatnya. Terapi paliatif yang tepat dapat memperpanjang masa hidup, memperbaiki status nutrisi, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.[2]
Terapi paliatif dapat berupa kemoterapi, keikutsertaan dalam percobaan klinis, atau perawatan suportif. Perawatan suportif mencakup pemasangan NGT bila diperlukan, serta prosedur radiasi atau endoskopi seperti dilatasi dan stenting pada esofagus untuk mengurangi disfagia. Esofagektomi paliatif dapat dilakukan, namun jarang bermanfaat.[11]