Patofisiologi Kanker Esofagus
Patofisiologi kanker esofagus dibedakan berdasarkan tipe histologinya. Pada karsinoma sel skuamosa, timbulnya kanker berkaitan erat dengan karsinogen dari rokok dan alkohol. Sedangkan pada adenokarsinoma, patofisiologinya dikaitkan dengan gastroesophageal reflux disease (GERD) dan Barrett’s esophagus.[2,3]
Karsinoma Sel Skuamosa
Timbulnya karsinoma sel skuamosa berhubungan dengan inflamasi epitel akibat karsinogen yang mengakibatkan displasia dan transformasi maligna in situ. Karsinogen dari rokok dan alkohol berperan penting dan bersifat sinergis dalam patofisiologi karsinoma sel skuamosa.[2-4]
Alkohol merusak DNA sel dengan cara mengurangi aktivitas metabolik intraseluler sehingga menghambat detoksifikasi dan meningkatkan oksidasi. Selain itu, alkohol merupakan pelarut senyawa yang larut dalam lemak, sehingga memudahkan karsinogen dalam rokok untuk masuk ke dalam sel epitel esofagus.[2,3] Karsinogen dalam alkohol yang diduga berperan adalah aldehida.[4]
Beberapa karsinogen dalam rokok meliputi: senyawa amin aromatik, nitrosamin, hidrokarbon aromatik polisiklik, aldehida, dan fenol. Ikan dan sayur tertentu yang diawetkan juga mengandung nitrosamin yang dapat berperan menimbulkan karsinoma sel skuamosa pada esofagus.[2,3]
Adenokarsinoma
Timbulnya adenokarsinoma esofagus berhubungan dengan metaplasia Barrett akibat refluks asam lambung yang berlangsung kronis. Pada proses metaplasia, epitel gepeng berlapis yang melapisi esofagus digantikan oleh epitel kolumnar.[2,3]
Perubahan metaplasia Barrett menjadi adenokarsinoma dihubungkan dengan perubahan pada ekspresi gen serta struktur gen dan protein. Beberapa perubahan molekuler yang diidentifikasi adalah perubahan pada gen p16, mutasi gen TP35, dan abnormalitas siklus sel.[2]
Adenokarsinoma esofagus juga dihubungkan dengan obesitas sentral, meskipun patofisiologinya belum diketahui secara pasti. Adiposit yang mengalami hipertrofi dan sel-sel radang dalam deposit lemak meningkatkan pelepasan adipokin dan sitokin - sebuah lingkungan yang mendukung perkembangan tumor. Selain itu, obesitas juga meningkatkan tekanan intraabdominal dan meningkatkan risiko gastroesophageal reflux disease (GERD).[1-3]