Epidemiologi Ulkus Kornea
Data epidemiologi ulkus kornea menunjukkan bahwa kondisi ini bisa terjadi pada seluruh kelompok demografi, tetapi ditemukan lebih sering pada pengguna lensa kontak. Sebuah studi di California menunjukkan bahwa ulkus kornea bakterial paling banyak ditemukan wanita berusia 25 hingga 34 tahun.[10]
Global
Secara global, ulkus kornea dilaporkan berkontribusi sebesar 12,2% dari seluruh kasus transplantasi kornea.[15,16]
Studi retrospektif di California menunjukkan bahwa ulkus kornea bakterial paling banyak ditemukan pada wanita kelompok usia 25-34 tahun, terutama pengguna lensa kontak.
Infeksi herpes okular diperkirakan terjadi pada 5-20 kasus per 10.000 per tahun di negara berkembang. Agen kausatif mayoritas adalah virus herpes simpleks.[1]
Keratitis fungal merupakan kasus yang jarang. Studi di Inggris Raya menemukan bahwa keratitis mikotik hanya terjadi pada 0,32 kasus per juta orang-tahun.
Peripheral ulcerative keratitis (PUK) yang merupakan penyebab ulkus kornea autoimun dilaporkan memiliki insidensi sebesar 3 per juta per tahun.[10]
Indonesia
Data epidemiologi ulkus kornea secara nasional di Indonesia belum tersedia. Berdasarkan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014-2016, penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia adalah katarak.[17]
Mortalitas
Ulkus kornea umumnya tidak menyebabkan kematian, tetapi memiliki morbiditas yang tinggi. Ulkus kornea akan menimbulkan sikatriks dan kerusakan permanen pada kornea yang akan menyebabkan gangguan penglihatan. Penatalaksanaan memerlukan terapi yang optimal, kedisiplinan tinggi, hingga transplantasi kornea. Gangguan fungsi penglihatan akan mengganggu kemampuan pasien dalam beraktivitas sehari-hari atau bekerja.[7-9]