Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Hifema general_alomedika 2019-01-24T14:45:49+07:00 2019-01-24T14:45:49+07:00
Hifema
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Hifema

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha
Share To Social Media:

Tujuan utama penatalaksanaan hifema adalah mencegah terjadinya komplikasi, terutama glaukoma. Tirah baring, penggunaan eye patching, obat-obatan topikal, serta tindakan bedah dapat diberikan sesuai dengan derajat hifema. Penyakit ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani segera supaya tidak terjadi kehilangan penglihatan.

Berobat Jalan

Mikrohifema dapat ditata laksana dengan rawat jalan, kecuali terjadi perdarahan sekunder atau peningkatan tekanan intraokular. Pasien dengan hifema derajat 1 juga tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Dokter akan memberikan saran untuk melakukan tirah baring dengan elevasi kepala agar daram masuk ke lapisan inferior dan diserap oleh tubuh. [1,2]

Eye patching dengan pelindung metal perlu dipasang pada mata untuk membantu penyembuhan hifema. Patching dapat meningkatkan kenyamanan pasien dan imobilisasi untuk mencegah terjadinya abrasi kornea.[1,2]

Medikamentosa

Obat yang dapat diberikan untuk hifema adalah golongan midriatik dan sikloplegik, agen antifibrinolitik, kortikosteroid topikal, serta medikasi antiglaukoma.

Midriatik dan Sikloplegik

Penggunaan agen sikloplegik, seperti atropine topikal, dapat membantu mengurangi risiko keterlibatan synechiae posterior. Beberapa teori juga menyatakan adanya manfaat dalam menurunkan risiko perdarahan sekunder dari iris atau badan siliar, meningkatkan aliran uveoskleral, dan mencegah pembentukan synechia posterior. Rekomendasi penggunaan adalah atropin sulfat tetes mata diberikan 3 kali dalam sehari selama 2 minggu. Walaupun demikian, bukti klinis dari berbagai studi menyatakan penggunaan midriatik atau sikloplegik tidak efektif dalam meningkatkan tajam penglihatan atau mencegah kemungkinan komplikasi perdarahan ulang.[1,2]

Agen Antifibrinolitik

Agen antifibrinolitik seperti asam traneksamat dan aminocaproic acid (ACA) sudah terbukti dapat menurunkan risiko komplikasi perdarahan ulang setelah hifema. Rekomendasi penggunaan ACA adalah ACA topikal tetes mata 1 tetes setiap 4 jam pada mata yang mengalami hifema selama 5 hari. ACA topikal lebih dipilih dibandingkan dengan ACA oral karena tidak menyebabkan efek samping, seperti nausea, muntah, dan hipotensi. Namun, penggunaan ACA kontraindikasi pada ibu hamil, disfungsi renal atau hati, dan pasien dengan risiko tromboembolik tinggi. [1,2]

Kortikosteroid

Kortikosteroid topikal juga digunakan untuk mencegah terjadinya perdarahan ulang. Kortikosteroid dapat menjaga stabilisasi blood-ocular barrier, dan menurunkan influks plasminogen ke ruang anterior mata. Adanya aktivitas antiinflamasi pada kortikosteroid dapat mencegah terjadinya pembentukan sinekia posterior. Namun, penggunaan steroid topikal hanya diberikan selama beberapa hari saja bukan untuk penggunaan jangka panjang karena dapat menyebabkan risiko glaukoma akibat steroid. [1,2]

Medikasi Antiglaukoma

Apabila pada pemeriksaan didapatkan adanya peningkatan tekanan intraokular (>24 mmHg) dapat diberikan beta blocker topikal, seperti metilpranolol dan timolol, serta inhibitor karbonat anhidrasi oral, seperti acetazolamide dan dorzolamide. [1]

Pembedahan

Berdasarkan data yang ada, sekitar 5-7% pasien dengan hifema memerlukan tindakan pembedahan. Pasien dengan hifema derajat 4 memerlukan tindakan pembedahan sesegera mungkin. Indikasi klinis untuk evakuasi surgikal adalah peningkatan tekanan intraokular yang menetap, corneal blood staining, dan hifema derajat tinggi.[1,2]

Read and Goldberg merekomendasikan evakuasi surgikal bila salah satu kriteria di bawah ini:

  1. Tekanan intraokular lebih dari 60 mmHg selama 2 hari (untuk mencegah optik atrofi)
  2. Tekanan intraokular lebih dari 24 mmHg selama 24 jam pertama atau terdapat peningkatan tekanan intraokular berulang lebih dari 30 mmHg pada penyakit sel sabit
  3. Tekanan intraokular lebih dari 25 mmHg dengan hifema total selama  5 hari (mencegah corneal blood staining)

  4. Terdapat corneal blood staining pada pemeriksaan mikroskopik

  5. Hifema hanya berkurang <50% selama 8 hari. [1]

Tindakan surgikal yang paling sering dilakukan adalah parasentesis limbal dengan drainase. Tindakan ini menggunakan jarum dengan ukuran 27 Gauge untuk mengambil darah cair dari ruang anterior sehingga tekanan intraokular dan aliran aqueous dapat kembali normal. Tindakan trabekulektomi dan iridektomi dapat dikerjakan untuk mengeluarkan bekuan darah pada hifema derajat berat. [1,2]

Follow Up

Pasien dengan hifema derajat berat atau memiliki risiko tinggi untuk perdarahan ulang perlu dilakukan pemeriksaan setiap hari dan pengawasan secara ketat.  Pada pasien rawat jalan, follow up dilakukan pada hari ke-2 dan ke-7 setelah penatalaksanaan hifema untuk melihat kemungkinan komplikasi atau apakah ada indikasi untuk melakukan tindakan bedah. [1,2]

Referensi

1. Bansal S, Gunasekeran DV, Ang B, Lee J, Khandelwal R, Sullivan P, Agrawal R. Controversies in the pathophysiology and management of hyphema. 2015. Survey of Ophthalmology. 2016;61:297-308.
2. Gragg J, Baker MB. Hyphema. Stat Pearls- NCBI Bookshelf. 2018.1-6.

Diagnosis Hifema
Prognosis Hifema
Diskusi Terkait
dr. Ernes Erlyana Suryawijaya
27 November 2018
Konsul Penanganan Hifema
Oleh: dr. Ernes Erlyana Suryawijaya
8 Balasan
Selamat siang dokter sekalian, saya ingin menanyakan apa saja penanganan yang harus dilakukan untuk kasus hifema. Terimakasih banyak dok :)

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.