Penatalaksanaan Hifema
Tujuan utama penatalaksanaan hifema adalah mencegah terjadinya komplikasi, terutama glaukoma. Tirah baring, penggunaan eye patching, obat-obatan topikal, serta tindakan bedah dapat diberikan sesuai dengan derajat hifema. Penyakit ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani segera supaya tidak terjadi kehilangan penglihatan.
Berobat Jalan
Mikrohifema dapat ditata laksana dengan rawat jalan, kecuali terjadi perdarahan sekunder atau peningkatan tekanan intraokular. Pasien dengan hifema derajat 1 juga tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Dokter akan memberikan saran untuk melakukan tirah baring dengan elevasi kepala agar daram masuk ke lapisan inferior dan diserap oleh tubuh. [1,2]
Eye patching dengan pelindung metal perlu dipasang pada mata untuk membantu penyembuhan hifema. Patching dapat meningkatkan kenyamanan pasien dan imobilisasi untuk mencegah terjadinya abrasi kornea.[1,2]
Medikamentosa
Obat yang dapat diberikan untuk hifema adalah golongan midriatik dan sikloplegik, agen antifibrinolitik, kortikosteroid topikal, serta medikasi antiglaukoma.
Midriatik dan Sikloplegik
Penggunaan agen sikloplegik, seperti atropine topikal, dapat membantu mengurangi risiko keterlibatan synechiae posterior. Beberapa teori juga menyatakan adanya manfaat dalam menurunkan risiko perdarahan sekunder dari iris atau badan siliar, meningkatkan aliran uveoskleral, dan mencegah pembentukan synechia posterior. Rekomendasi penggunaan adalah atropin sulfat tetes mata diberikan 3 kali dalam sehari selama 2 minggu. Walaupun demikian, bukti klinis dari berbagai studi menyatakan penggunaan midriatik atau sikloplegik tidak efektif dalam meningkatkan tajam penglihatan atau mencegah kemungkinan komplikasi perdarahan ulang.[1,2]
Agen Antifibrinolitik
Agen antifibrinolitik seperti asam traneksamat dan aminocaproic acid (ACA) sudah terbukti dapat menurunkan risiko komplikasi perdarahan ulang setelah hifema. Rekomendasi penggunaan ACA adalah ACA topikal tetes mata 1 tetes setiap 4 jam pada mata yang mengalami hifema selama 5 hari. ACA topikal lebih dipilih dibandingkan dengan ACA oral karena tidak menyebabkan efek samping, seperti nausea, muntah, dan hipotensi. Namun, penggunaan ACA kontraindikasi pada ibu hamil, disfungsi renal atau hati, dan pasien dengan risiko tromboembolik tinggi. [1,2]
Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal juga digunakan untuk mencegah terjadinya perdarahan ulang. Kortikosteroid dapat menjaga stabilisasi blood-ocular barrier, dan menurunkan influks plasminogen ke ruang anterior mata. Adanya aktivitas antiinflamasi pada kortikosteroid dapat mencegah terjadinya pembentukan sinekia posterior. Namun, penggunaan steroid topikal hanya diberikan selama beberapa hari saja bukan untuk penggunaan jangka panjang karena dapat menyebabkan risiko glaukoma akibat steroid. [1,2]
Medikasi Antiglaukoma
Apabila pada pemeriksaan didapatkan adanya peningkatan tekanan intraokular (>24 mmHg) dapat diberikan beta blocker topikal, seperti metilpranolol dan timolol, serta inhibitor karbonat anhidrasi oral, seperti acetazolamide dan dorzolamide. [1]
Pembedahan
Berdasarkan data yang ada, sekitar 5-7% pasien dengan hifema memerlukan tindakan pembedahan. Pasien dengan hifema derajat 4 memerlukan tindakan pembedahan sesegera mungkin. Indikasi klinis untuk evakuasi surgikal adalah peningkatan tekanan intraokular yang menetap, corneal blood staining, dan hifema derajat tinggi.[1,2]
Read and Goldberg merekomendasikan evakuasi surgikal bila salah satu kriteria di bawah ini:
- Tekanan intraokular lebih dari 60 mmHg selama 2 hari (untuk mencegah optik atrofi)
- Tekanan intraokular lebih dari 24 mmHg selama 24 jam pertama atau terdapat peningkatan tekanan intraokular berulang lebih dari 30 mmHg pada penyakit sel sabit
-
Tekanan intraokular lebih dari 25 mmHg dengan hifema total selama 5 hari (mencegah corneal blood staining)
-
Terdapat corneal blood staining pada pemeriksaan mikroskopik
- Hifema hanya berkurang <50% selama 8 hari. [1]
Tindakan surgikal yang paling sering dilakukan adalah parasentesis limbal dengan drainase. Tindakan ini menggunakan jarum dengan ukuran 27 Gauge untuk mengambil darah cair dari ruang anterior sehingga tekanan intraokular dan aliran aqueous dapat kembali normal. Tindakan trabekulektomi dan iridektomi dapat dikerjakan untuk mengeluarkan bekuan darah pada hifema derajat berat. [1,2]
Follow Up
Pasien dengan hifema derajat berat atau memiliki risiko tinggi untuk perdarahan ulang perlu dilakukan pemeriksaan setiap hari dan pengawasan secara ketat. Pada pasien rawat jalan, follow up dilakukan pada hari ke-2 dan ke-7 setelah penatalaksanaan hifema untuk melihat kemungkinan komplikasi atau apakah ada indikasi untuk melakukan tindakan bedah. [1,2]