Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Prognosis Hifema general_alomedika 2022-10-11T11:53:11+07:00 2022-10-11T11:53:11+07:00
Hifema
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Prognosis Hifema

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha
Share To Social Media:

Prognosis hifema umumnya baik tetapi tergantung pada derajatnya trauma, perdarahan sekunder, atau adanya komplikasi, seperti glaukoma dan atrofi optik. Hifema mungkin menyebabkan komplikasi seperti glaukoma dan perdarahan berulang.[6]

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat hifema adalah glaukoma, perdarahan berulang, pewarnaan darah korneal, serta atrofi optik.

Glaukoma

Sekitar 30% pasien hifema akibat trauma dapat mengalami peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan tekanan intraokular dapat disebabkan oleh karena obstruksi trabecular meshwork akibat eritrosit, fibrin, debris, dan trombosit. Peningkatan tekanan intraokular ini dapat menyebabkan glaukoma sekunder pada 10% pasien hifema derajat 2, dan pada 25% pasien hifema derajat 3. Risiko glaukoma sekunder meningkat hingga 2 kali lipat pada pasien hifema derajat 4.[1,2]

Suatu studi retrospektif pada anak-anak di Australia yang mengalami hifema traumatik menemukan bahwa terjadi peningkatan dan asimetri tekanan intraokular dalam kurun waktu 5-12 tahun pasca trauma yang dapat mempengaruhi kedalaman bilik anterior yang meningkatkan risiko terjadinya glaukoma.[7]

Perdarahan Berulang (Perdarahan Sekunder)

Perdarahan berulang atau perdarahan sekitar terjadi biasanya 2-5 hari setelah trauma. Hal ini disebabkan oleh adanya lisis dan retraksi dari bekuan darah dan fibrin pada pembuluh darah yang terluka sebagai bagian dari proses penyembuhan. Pasien dengan hemofilia, von Willebrand disease, dan penyakit sel sabit memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami perdarahan sekunder.[2,4]

Pewarnaan Darah Korneal

Sekitar 2-11% kasus hifema mengalami pewarnaan darah korneal atau yang dikenal sebagai corneal blood staining. Semakin besar hifema, perdarahan sekunder, peningkatan tekanan intraokular, dan adanya riwayat disfungsi endotelial dapat meningkatkan risiko komplikasi ini. Corneal blood staining umumnya ditemukan pada pasien dengan hifema total dan mengalami kenaikan tekanan intraokular [1,6]

Atrofi Optik

Risiko komplikasi atrofi optik dapat terjadi akibat adanya kontusio nervus akibat trauma atau adanya glaukoma sekunder akibat hifema. Pasien dengan penyakit sel sabit dapat mengalami atrofi optik pada tekanan intraokular yang rendah/normal.[1]

Prognosis

Prognosis kembalinya tajam penglihatan bergantung pada derajat beratnya trauma, dimana pada pasien dengan mikrohifema atau hifema derajat 1, pasien akan mengalami resolusi dalam waktu 5 hari. Sedangkan pada pasien dengan hifema derajat 3 ke atas, visus terbaik yang dapat dicapai dilaporkan hanya 20/50.[4]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

1. Andreoli CM, Gardiner MF. Traumatic Hyphema: Clinical Features and Diagnosis. Uptodate. 2021. https://www.uptodate.com/contents/traumatic-hyphema-clinical-features-and-diagnosis
2. Gragg J, Blair K, Baker MB. Hyphema. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507802/
4. Andreoli CM, Gardiner MF. Traumatic Hyphema: Management. Uptodate. 2020. https://www.uptodate.com/contents/traumatic-hyphema-management
6. Nash DL. Hyphema. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/1190165-overview
7. Richards MD, Barnes K, Yardley AE, Hanman K, Lam GC, Mackey DA. Traumatic hyphaema in children: a retrospective and prospective study of outcomes at an Australian paediatric centre. BMJ Open Ophthalmol. 2019 Jan 30;4(1):e000215. doi: 10.1136/bmjophth-2018-000215. PMID: 31179388; PMCID: PMC6528766

Penatalaksanaan Hifema
Edukasi dan Promosi Kesehatan Hi...
Diskusi Terkait
dr. Ernes Erlyana Suryawijaya
27 November 2018
Konsul Penanganan Hifema
Oleh: dr. Ernes Erlyana Suryawijaya
8 Balasan
Selamat siang dokter sekalian, saya ingin menanyakan apa saja penanganan yang harus dilakukan untuk kasus hifema. Terimakasih banyak dok :)

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.